15 Juli -15 September 2016
Yup, baru 3 bulan—Rasa-rasanya waktu terlalu fast and various!
Yaaa Benar! Saya masih saja merasa seperti anak kecil yang baru saja lulus
tidak punya apa-apa tapi punya mimpi besar untuk segera menikah (menyelamatkan diri dari fitnah cinta) walaupun miskin lagi papa.
Saya memang tidak ada hal apapun yang bisa cukup di”tunjuk”kan: ilmu masih miskin apalagi pengalaman. Tanpa sungkan “merajuk” minta nikah dengan modal dengkul.
Nggak malu? Nggak, koq. Saya lebih malu lagi kalau saya tidak yakin dengan janji Allah. Janji dari Yang Maha Menepati Janji, yang Janji-Nya tak pernah terkhianati dan pasti terjadi.
Rezeki bisa datang dari mana saja dan tidak selalu dalam bentuk materi-uang dan atau harta benda.
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba hambasahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui.” (QS. 24:32)
Dengan berbekal semangat dan keridhaan orang tua. Alhamdulillah lamaran saya diterima.
Dalam masa dan tempo yang singkat, akhirnya saya dan istri resmi menjadi sepasang suami-istri muda pada 15 Juli 2016—melalui sebuah resepsi pernikahan yang agung namun begitu sederhana.
Dan sungguh kesederhanaan itulah yang membuat kami berbesar hati dan begitu bersyukur. Betapa kemudian semua begitu dimudahkan dan dibukakan kebaikan-kebaikan setelahnya.
Terima kasih teriring seluas dan sedalam samudera atas limpahan kepercayaan dan dukungan Ibu dan Ibunda kami berdua serta Bapak dan Ayahanda kami berdua, tempat sumber inspirasi, cerminan kami dan sumber mata air cinta yang kemudian bermuara pada pertemuan dua keluarga besar ini.
Kami akan selalu mengikuti cinta kasih yang kalian bina dan kami tak bisa tegak berdiri tanpa limpahan dan luapan cinta kalian yang tiada pernah habis-sirna. Alhamdulillah. [ ]