Alhamdulillah, gema takbir membahana di seantero dunia termasuk di desa saya Adipuro, Kaliangkrik, Magelang. Saya baru sampai rumah jam 3 dini hari dengan total perjalanan mudik 2 hari 3 malam, huih…perjalanan yang panjang.
Ketika semua ini selesai, tidak ada lagi kekhawatiran dan tidak ada lagi kegelisahan karena tempat yang dituju sudah ditempati. Kadang, timbul rasa bersalah, kenapa selama perjalanan mengingkari takdir dengan mengatakan kenapa begini dan kenap begitu? Padahal tidak dipungkiri ada beragam hikmah dan refleksi diri yang saya dapatkan selama perjalanan ini.
Kehidupan manusia ibarat sebuah perjalanan menuju suatu tempat, tempat yang sekarang bukanlah tujuan, tempat tujuan ada di sana, di akhirat yang kekal abadi.
Selama mengarungi perjalanan menuju kehidupan abadi, butuh kesabaran dan ketegaran hidup. Ketika panasnya bus AC membuat badan penuh peluh dan kering, harus diingat bahwa panas ini hanya sementara. Begitu juga ketika merasakan panasnya kehidupan, maka kita selalu ingat bahwa panas yang disini hanya sementara, jika bersabar akan ada ganti berupa air jernih dan sungai berlimpah di akhirat sana.
Ketika panas terik menahan lapar, sedangkan orang disekitar makan dan minum padahal sedang waktu berpuasa, maka selalu ingat kalau menahan ini hanya beberapa jam saja, akan datang juga waktu untuk berbuka. Demikian juga ketika himpitan hidup mendera, maka bersabar dan bertawakal adalah solusi dari Islam, nantinya akan ada jalan keluar dari semua himpitan itu, atau akan digantikan himpitan dengan kelapangan.
Allah sangat lembut dalam berkehendak. Dalam bahasa artinya Allah mempunyai rencana, yang tidak kita ketahui. Kelak kau akan mengerti hikmah apa dibaliknya.
Ini mungkin yang sering terjadi dengan diri kita di masa lalu, ketika kita tidak menyukai ada suatu hal yang tidak kita suka menimpa kita. Yah kenapa saya ditempatkan di sini, padahal saya inginnya di sana. Mengapa saya diterima di universitas ini padahal saya ingin di universitas sana.
Setelah itu kita baru menyadari hikmah dibaliknya, untung saya diterima di sini jadi saya bisa ketemu si fulan dan karena itu membuat saya jadi ngaji kemudian membuat saya begini dan begitu.
Terkadang memang begitu. Saat kita ditimpa kesusahan, kita merasanya susah saja, kita tidak tahu apa hikmah dibaliknya, setelah beberapa selang waktu kita baru sekarang ini kita baru tahu hikmah itu untuk kita.
Alhamdulillah, pelajaran mudik kali ini cukup berharga, jika memang tahun depan saya mudik kayak gini lagi, gak papa, insya Allah selalu ada kebaikan dalam segalanya, kalaupun tidak maka saya memilih optimalkan itikar dan pulang mudik selepas lebaran.