3 Ittijah Tafsir di era modern menurut Dr.Abdul Majid Abdus Salam al-Muhtasib

quran2

Pendahuluan

Mengetahui ittijah tafsir di era modern (abad ke-20 masehi atau abad ke-14 hijriyah) sangat penting karena setiap tahun terbit kitab-kitab tafsir sehingga para pembacanya banyak yang dibuat bingung karena terlalu banyaknya tanpa mengetahui metode apa yang mereka pakai, kecuali pembaca yang telah memiliki ilmu, demikian menurut Dr.Abdul Majid Abdus Salam al-Muhtasib.

Syaikh Fahd bin Sulaiman ar-Rumi menambahkan bahwa studi ini sangat penting karena studi ini bisa menjadi wadah nasehat sekaligus peringatan agar tidak terjerumus kepada kesesatan selain itu melihat perkembangan zaman sekarang ini yang demikian cepat, sehingga kitab-kitab dengan cepat tersebar dan munculnya metode-metode yang mengikuti dan dekat dengan salaf dan ada yang jauh bahkan jauh sekali dari salaf.

Dalam bukunya yang berjudul Ittijahat Tafsir fi al-‘Ashr al-Rahin Dr. Abdul Majid Abdus Salam al-Muhtasib menyebutkan ada tiga ittijah tafsir pada masa ini.

  1. Ittijah Salafi
  2. Ittijah Aqli dan
  3. Ittijah Ilmi

Ittijah Salafi

Yaitu kitab-kitab tafsir masa sekarang yang sesuai dengan metode yang dipakai ulama salaf, beliau menyebutkan tiga kitab yang menurutnya mendekati dengan metode tafsir salaf yaitu.

 1. Mahasin al-Takwil oleh Syaikh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi

Al-Qasimi dalam setiap pembahasannya selalu berpatokan kepada metode pemahaman salaf as-shalih tanpa menambah dan mengurangi begiti juga ketika menemui hal-hal yang ikhtilaf, selalu ia tanggapi dengan inshaf  dan mengikuti dalil.

Tafsirnya berjumlah 17 jilid, telah diterbitkan oleh Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah di Kairo dan ditahqiq oleh Muhammad Bahjah al-Baithar.

Secara global metode al-Qasimi dalam tafsirnya dapat kita tulis dalam point-point berikut:

  1. Banyak menukil perkataan dari kitab-kitab tafsir terdahulu seperti kitab tafsir at-Thabari, Ibnu Katsir, Abu Hayyan dan Ibnu Athiyyah.
  2. Termasuk ulama tentang hadits dan ia telah mengarang sebuah kitab yang berjudul Qawaid Tahdits min Funun Musthalah Hadits
  3. Berpedoman pada bacaan qiraat yang mutawatir
  4. Menolong mazhab Ahlus Sunnah dan ia banyak membantah anggapan dan argument kalangan Muktazilah.
  5. Menjauhi riwayat Israiliyyat
  6. Terkadang menyebutkan ayat-ayat dalam injil untuk selanjutnya ia bantah
Baca juga:   Mengenal Beberapa Ahli Tafsir Kontemporer

2. Al-Tafsir al-Hadits oleh Muhammad Izzah Daruzah

Kitab ini berjumlah 12 juz dan surat-suratnya diurutkan sesuai dengan waktu turunnya ayat, dalam pendahuluan kitabnya beliau telah menjelaskan metode yang ia pakai yang secara umum sebagai berikut.

  1. Membagi ayat menjadi pasal-pasal
  2. Menjelaskan kata-kata asing secara singkat tanpa pembahasan nahwu dan balaghah.
  3. Menjelaskan kalimat secara global
  4. Menjelaskan korelasi antar pasal dan antar surat

3. Al-Tafsir al-Qurani lil Quran oleh Abdul Karim al-Khatib

Kitab ini terdiri dari 6 jilid dan setiap jilid terdiri dari 6 juz, ketika penulis menyebutkan tafsir suatu surat beliau sebutkan waktu turunnya, jumlah ayat, jumlah kalimat, junmlah huruf dan jumlah namanya. Dan secara global metode Abdul Karim al-Khatib dalam tafsirnya dapat kita tulis dalam point-point berikut:

  1. Terkadang ia sebutkan sebab turunnya ayat
  2. Menyebutkan korelasi antar ayat
  3. Ada sedikit kecondongan dengan ittijah ilmi namun dengan pemahaman yang benar

Ittijah ‘Aqli

Ittijah ini dikembangkan oleh Syaikh Muhammad Abduh yang berusaha untuk mencari kecocokan antara Islam dengan budaya Barat, pemikirann Muhammad Abduh banyak diikuti oleh orang-orang setelahnya sehingga ia banyak memiliki murid, mereka seperti; Muhammad Rasyid Ridha, Syaikh Musthafa al-Maraghi, Abdul Aziz Jawais dan Muhammad Amin.

Thuruq Tafsir menurut Muhammad Abduh

Muhammad Abduh menjadikan tafsir ilmi sebagai fondasi dakwahnya yaitu menyeru manusia kepada perbaikan masyarakat dan membersihkan agama dari semua virus bid’ah dan khurafat, tetapi dengan cara yang demikian ia banyak menyeleweng dari ahli tafsir kalangan salaf as-shalih yaitu dengan cara memahani al-Quran hanya sebagai agama yang menunjukkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan inilah yang menjadi tujuan mula diturunkannya al-Quran sedangkan pembahasan lainnya hanyalah mengikuti atau sebagai wasilah untuk menuju tujuan tersebut.

Baca juga:   Mengenal Sejarah Tafsir Islam

Tafsir menurut Muhammad Abduh terbagi menjadi dua.

  1. Tafsir yang kering yang jauh dari Allah swt dan kitab-Nya, seperti pembahasan lafadz dan I’rab al-Quran karena pembahasan ini lebih layak disebut sebagai ilmu nahwu atau ilmu ma’ani dan bukan ke pembahasan tafsir.
  2. Kepayahan mufasir untuk memahami suatu perkataan dan hikmah dalam pensyariatan sehingga terealisasi makna firman Allah swt bahwa al-Quran itu diturunkan sebagai petunjuk dan rahmat.

Hal-hal nyleneh yang ada dalam metode tafsir ilminya Muhammad Abduh

  1. Al-Quran itu tidak mengikuti aqidah akan tetapi aqidah itu diambil dari al-Quran
  2. Ada kecondongan terhadap kelompok Muktazilah
  3. Mencari kecocokan antara Islam dengan budaya Barat
  4. Membolahkan Riba Fadhl
  5. Melarang Poligami untuk masyarakat Mesir
  6. Fatwa untuk penduduk India untuk mengikuti UU Inggris

Ittijah Ilmi

Ulama terbagi menjadi dua pendapat, ada yang membolehkan dan ada yang melarang, di antara dalil yang digunakan oleh ulama yang tidak membolehkan karena al-Quran adalah kitab suci yang berisi hidayah kepada manusia dan bersifat pasti, bukan ilmu pengetahuan yang sifatnya selalu berubah-ubah atau nisbi.

Kitab tafsir salaf ada yang menggunakan metode ini dalam kitab mereka seperti: Fakhu ar-razi, al-Baidhawi, az-Zarkasyi dan dari kalangan ulama modern seperti: Syaikh Muhammad Abduh, Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Syaikh Thanthawi Jauhari dan Musthafa Shadiq ar-Rafi’i.

Di antara mereka ada juga ulama yang mengingkari metode seperti ini semisal Abu Hayan, as-Syatibi, Muhammad Rasyid Ridha, Muhammad Syaltut dan Musthafa al-Maraghi dan Dr Abdul Majid dalam bukunya tersebut mengambil sikap untuk mengingkari model ini dengan beberapa alasan:

  1. Menyambung-nyambungkan antara al-Quran dan penemuan ilmiah akan mencampur aduk antara ilmu tafsir dengan ilmu I’jaz al-Quran.
  2. Sebagaimana diketahui bahwa Nabi Muhammad saw memahami al-Quran secara global dan terperinci sebagaimana yang telah Allah swt jelaskan, demikian juga para sahabat, mereka mengambil yang dhahir dan jika ada yang belum mereka pahami, mereka akan bertanya kepada Rasulullah saw, karena tugas dari Rasulullah saw adalah menjelaskan.
  3. Al-Quran adalah kitab agama Islam yang menjelaskan tentang perkara-perkara aqidah.
  4. Al-Quran banyak mengisyaratkan benda-benda yang ada disekitar manusia seperti matahari, bulan, bintang dan angina dan menganjurkan manusia untuk mentadabbrui penciptaan langit dan bumi dalam banyak ayat.
Baca juga:   Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40-48: Allah SWT Maha Pemberi Nikmat

Sumber:

  1. Dr. Abdul Majid Abdus Salam al-Muhtasib, Ittijahat Tafsir fi al-‘Ashr al-Rahin, Maktabah an-Nahdhah al-Islamiyyah, cetakan ke-3, 1982 M/ 1402 H
  2. Syaikh Fahd bin Sulaiman ar-Rumi, Ittijahat at-tafsir fil Qarn al-Rabi’ al-Ashr, Maktabah Universitas Muhammad bin Sa’ud al-Islami, Urdun, cet ke-1, 1984M/ 1404 H.
  3. www.attaweel.com
Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *