Wacana pendidikan karakter yang dikenal oleh dunia telah digagas oleh Dr. Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Cortland University pada tahun 1991, namun, penggagas pembangunan karakter pertama kali adalah Rasulullah SAW.
Pembentukan watak yang secara langsung dicontohkan Nabi Muhammad SAW merupakan wujud esensial dari aplikasi karakter yang diinginkan oleh setiap generasi. Keteladanan yang ada pada diri Nabi menjadi acuan perilaku bagi para sahabat, tabi’in dan umatnya.
Al-Quran dan hadits telah menyampaikan metode pembangunan karakter yang sempurna untuk menjadi manusia mulia dan bertaqwa.
Edward William Lane, ilmuwan asal Inggris yang mendalami Bahasa Arab dan Sastra Arab yang kemudian masuk Islam dengan nama Manshur Afandi mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw datang dengan akhlak, dan akhlak ini akan terus ada sampai hari kiamat. Islam akan terus bersinar dengan Al-Qur’an dan Hadits Nabi sekalipun ada yang membenci.
Saat di Mesir, Lane belajar tentang bahasa dan literatur Arab dan Islam. Sekembalinya ke Inggris pada tahun 1828, ia mulai menyusun buku tentang kehidupan di Mesir, yang kemudian diterbitkan pada tahun 1838 berjudul Manners and Customs of the Modern Egyptians.
Friedrich Nietzsche, filosof Jerman yang banyak menulis teks kritis terhadap agama, moralitas dan filsafat pernah mengatakan “Jika Anda masih percaya bahwa landasan moralitas seseorang hendaklah ditentukan berdasarkan ajaran agama, maka Anda adalah orang yang kuno dan ketinggalan zaman”.
Pandangan ini jelas salah, karena parameter moralitas perlu kepada agama. Agama basisnya adalah wahyu. Wahyu dari Tuhan. Bila disebut Tuhan. Dia tidak pernah salah dan menjadi satu epistemologi terkuat Islam sepanjang zaman.
Islam memotivasi umatnya untuk beramal yang timbul dari kesadaran diri dan mengasah kemampuan refleksi diri. Nilai luhur apapun yang ditanam pada diri seseorang seperti menghormati, tanggung jawab, integritas dan lain sebagainya tidak akan berhasil selama tidak ditanam dalam diri (faktor internal).
4 hadits, jika diaplikasikan dalam kehidupan dan reflektif, cukup bagi kita membangun karakter diri.
Pertama
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:
«من كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليقل خيراً أو ليصمت»
“man kaana yu’minu billahi wal yaumil aakhiri falyaqul khairan au liyashmut”
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ucapkanlah yang baik-baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini melatih kemampuan untuk menjaga dan mengontrol lisan.
Kedua
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
«من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه»
“min husni islaamil mar-i tarkuhu maa laa ya’nih”
“Di antara kebaikan Islam (agama) seseorang, ia meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya”. (HR. At-Tirmidzi, hasan)
Hadits ini melatih kemampuan meninggalkan hal-hal berlebihan yang tidak bermanfaat.
Ketiga
Ketika seorang berkata kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: “Berilah aku wasiat!”.
قال: « لا تغضب » ، فردد مراراً قال : « لا تغضب »
Qaala: laa taghdhab, faradada miraaran qaala: laa taghdhab
Nabi bersabda: “Jangan marah”. Orang itu mengulang-ulang permintaan wasiatnya, dan beliau tetap berkata: “Jangan marah”. (HR. Bukhari).
Hadits ini melatih kemampuan mengendalikan diri dan jiwa.
Keempat
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
«لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه مايحب لنفسه»
Laa yu’minu ahadukum hattaa yuhibba liakhiihi maa yuhibbu linafsihi.
‘Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini melatih kemampuan berlapang dada.
Wallahu A’lam.
saya lagi belajar, bgmn klo dikasih harokat, agar sy tidak salah bacanya. trims
Saya coba buatkan tulisan Arab latinnya semoga membantu.