Wahai Pujangga Al-Qur’an. Kalau Al-Qur’an adalah cinta sejatimu, maka mengapa menghafalkannya tak menjadi alasan ketenangan batinmu.
Tahukah kamu, saat kamu melihatnya, dia pun melihatmu. Tatapannya padamu lebih kuat dari tatapanmu padanya.
Tahukah kamu, saat kamu melafalkannya, dia mendengar suaramu. Tak ada sumbatan di telingamu. Dengarkanlah. Dia pun memanggilmu pelan dalam sedu-sedannya.
Tahukah kamu, saat kamu menghafalkannya, dia pun mengingat-ingatmu. Kerinduannya padamu lebih berat dari kerinduanmu padanya.
Tahukah kamu, saat kamu mencari-carinya, kamu mengira dia telah pergi meninggalkanmu, padahal sebenarnya dia yang kehilanganmu. Dia telah lama menunggumu di sana, di tempat biasa, tapi kamu tak kunjung datang.
Tahukah kamu, saat kamu katakan dia sulit, dia menangis dalam diam. Dia sudah sangat dekat denganmu. Antara dia dan kamu hanya terhalang dinding hati yang keras.
Tahukah kamu. Ia berulang kali mengetuk pintu hatimu, pintu hatimu pun kaubuka, tapi kamu tak menyisakan tempat untuknya.
Kini, dia masih bertahan menunggumu di tempat biasa untuk kausisakan sedikit ruang di hatimu untuknya bernafas. Datanglah padanya. Dia satu-satunya alasan bahagiamu.
Jakarta, 19 April 2016
Ustadz Deden Muhammad Makhyaruddin
Sumber: Broadcast Telegram Nouman Ali Khan Indonesia (NAKI)