Saat melihat sesuatu biasanya spontan kita ingin berkomentar, baik di ucapkan dengan lisan atau hanya lintasan dalam hati.
Perlu kita berhati-hati dalam berprasangka, jika kita berbaik sangka maka hati kita tenang dan bahagia, namun jika sebaliknya kita berburuk sangka maka hati kita gelap dan sengsara.
Kadang dalam hati ngedumel kepada orang lain tentang apa yang mereka kerjakan.
Seperti berburuk sangka kalau teman kita sering shalat di masjid, “ini orang pasti banyak hutangnya“, bertemu dalam pengajian dan terlintas dalam pikiran, ‘hmm… pakaiannya gak mecing… ” atau” ini orang dekat dekat saya pasti ada maunya… “ Padahal sangkaan itu belum tentu benar dan terjadi.
Buruk Sangka menurut Ibnu Hajar Al-Haitsami sebagai dosa besar batin. Ibnu Najjar berkata,”Siapa yang berburuk sangka kepada temannya, maka ia telah berburuk sangka kepada tuhannya.” Sebagaimana firman Allah swt.
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِنَ الظَّنِّ {الحجرات: 12}.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Lantas bagaimana agar tidak berburuk sangka lagi kepada orang lain?
- Menyadari bahwa setiap orang punya kesalahan, termasuk diri kita sendiri. Lebih pantas memikirkan kesalahan kesalahan sendiri daripada kesalahan orang lain.
- Selalu meminta maaf kepada suami atau istri dan mencium tangannya sebelum tidur.
- Memaafkan teman-taman yang membicarakan diluar sana dengan menyapa salam kepada mereka.
- Menjauhi teman-teman lama yang tidak baik tetapi tetap rajin memberi salam melalui sosmed.
- Perbanyak doa untuk membersihkan hati.
« اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أنتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أنتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا»
Ya Allah kuatkanlah jiwa taqwa didlm diriku, Bersihkan hatiku kuatkan jiwaku. Engkaulah sebaik-baik pembersih jiwa. Engkau pengatur dan Pelindung jiwa.
Imam Al-Ghazali memberikan saran berikut untuk membersihkan hati dari kerak purba sangka.
- Jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah anak anak itu lebih mulia daripada kita karena anak anak belum banyak melakukan dosa.
- Apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah dia mulia daripada kita kerana dia sudah lama beribadat kepada ALLAH SWT berbanding dengan diri kita sendiri.
- Jika bertemu dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia daripada kita kerana dia lebih banyak ilmu yang dipelajari dan lebih banyak mengetahui berbanding kita.
- Apabila bertemu dengan orang jahil,anggaplah mereka lebih mulia kerana mereka melakukan dosa dalam kejahilan.Sedangkan kita melakukan dosa dalam keadaan mengetahui.
- Jika melihat orang jahat jangan anggap kita lebih mulia daripada mereka kerana mungkin di suatu hari nanti mereka akan insaf dan bertaubat atas kesalahan yang dilakukan.
- Apabila bertemu dengan orang kafir,katakanlah didalam hati,bahawa mungkin suatu hari nanti mereka akan diberi hidayah oleh ALLAH SWT dan akan memeluk islam,maka segaladosa mereka akan diampunkan oleh ALLAH SWT.
Sebelum mengharap Allah menilai kita dengan baik, didiklah diri untuk menilai orang lain dengan baik terlebih dahulu.
Carilah seribu satu alasan untuk berbaik sangka, niscaya akan lebih tenang dibandingkan hidup penuh prasangka buruk.
Imam Syafi’i pernah mengatakan;
“Barangsiapa yang ingin Allah menganugerahkan baginya husnul khatimah, maka hendaklah ia berhusnudhan kepada orang-orang”
Mari didik diri menilai orang lain