Allah Maha Baik, Menutup Aib Kita
Betapa Allah Maha Baik. Tak hanya sekali, namun berulang kali Allah menutup dosa-dosa kita. Hanya karena masih memiliki rasa malu, Allah tidak membuka identitas kita.
Pernahkah ada seseorang yang nampak baik di hadapan orang lain ?
Apakah benar orang itu baik atau ia tampak baik karena Allah menutup aibnya ?
Jika saja mau jujur, sungguh… itu bukan karena kebaikan kita. Itu semata karena Allah masih menutupi segala aib kita. Kalo kita mau jujur, dosa dan kesalahan kita amat banyak. Jauh melebihi dosa dan kesalahan kita yang diketahui orang lain.
Orang lain mungkin hanya mengetahui aib kita yang terlihat atau terdengar oleh mereka.
Jika saat ini kita tampak hebat dan baik dimata orang, itu hanya karena Allah taala menutupi aib dan keburukan kita. Jika tidak, maka habislah kita. Terpuruk, seterpuruk-terpuruknya.
Jadi mari berhenti membicarakan aib orang lain.. koreksi diri dan perbaiki diri.
Bayangkan jika dosa dzalim, dosa berbohong, dosa syirik, dosa zina, dan dosa-dosa lainnya meninggalkan bau busuk dan Allah tampakkan di hadapan manusia lainnya, alangkah hinanya dan busuknya kita dihadapan orang banyak.
“Jika seandainya dosa-dosa itu mengeluarkan bau maka tidak seorangpun yang akan duduk denganku” (Siyaar A’laam An-Nubalaa’ 6/120).
Allah telah siapkan pintu taubat bagi hamba-Nya yang benar-benar menyesal atas perbuatannya di masa lalunya agar kembali kepada fitrahnya Allah.
Sebuah riwayat pada masa Khalifah Umar bin Khatab menceritakan tentang betapa baiknya Allah Swt yang telah menutup aib kita.
Seorang laki-laki mendatangi khalifah Umar bin Khatab. Orang lelaki itu menceritakan kisah hidup yang dialaminya, juga putrinya.
”Aku pernah mengubur salah seorang puteri saya hidup-hidup ketika zaman jahiliyah,” papar lelaki itu membuka kisah hidupnya.
“Namun aku sempat mengeluarkannya kembali sebelum dia meninggal dunia. Hingga puteriku dapat merasakan masa Islam dan telah memeluk agama Islam.”
Belum ada yang istimewa dari cerita laki-laki itu, khalifah Umar bin Khatab tetap mendengarkan dengan seksama. Kemudian lelaki itu melanjutkan ceritanya.
”Ketika puteriku memeluk Islam sebagai seorang Muslimah, dia terkena salah satu hukuman had karena berzina, hingga puteriku kemudian mencoba bunuh diri dengan melukai nadinya. Namun saat itu aku sempat mengetahuinya dan menyelamatkan putriku. Aku merawatnya hingga kembali sehat.”
“Kemudian putriku bertaubat dengan sungguh-sungguh, hingga akhirnya putriku minta dicarikan jodoh.”
Khalifah Umar bin Khattab masih belum jelas apa yang dimaksudkan oleh lelaki ini menceritakan kisah hidupnya dan juga kisah hidup putrinya, khalifah Umar mendengarkan dengan sabar.
”Wahai Amirul Mukminin! Apakah aku harus memberitahu calon suaminya tentang keadaan puteriku pada masa lalu?”
Mendengar pertanyaan ini khalifah Umar bin Khatab menjadi jelas maksud dari kedatangan sahabatnya ini. Dengan tegas khalifah Umar bin Khatab lantas menjawab :
“Apakah kamu ingin menyingkapkan apa yang telah ditutupi oleh Allah? Demi Allah, jika kamu memberitahukan tentang kisah hidup puterimu kepada seseorang yang ingin menikahinya, kami akan menjadikanmu sebagai contoh hukuman bagi seluruh penduduk negeri karena telah membuka aib seseorang. Lebih baik nikahkanlah puterimu dalam pernikahan yang suci tanpa harus menanggung malu karena aib masa lalunya.”
Kisah di atas menjelaskan betapa baiknya Allah kepada kita dengan menutup aib kita. Diri kita ini penuh dengan kekurangan, aib, cacat, dan cela. Maka sibukkan diri ini untuk memeriksa dan menghitung aib sendiri, niscaya hal itu sudah menghabiskan waktu tanpa sempat memikirkan dan mencari tahu aib orang lain.
Lagi pula, orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain untuk dikupas dan dibicarakan di hadapan manusia, Allah SWT akan membalasnya dengan membongkar aibnya walaupun ia berada di dalam rumahnya.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Barzah Al-Aslami z dari Rasulullah SAW:
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ اْلإِيْمَانُ قَلْبَهُ، لاَ تَغْتاَبوُا الـْمُسْلِمِيْنَ، وَلاَ تَتَّبِـعُوْا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَوْرَاتِهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya dan iman itu belum masuk ke dalam hatinya5. Janganlah kalian mengghibah kaum muslimin dan jangan mencari-cari/mengintai aurat6 mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat kaum muslimin, Allah akan mencari-cari auratnya. Dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya di dalam rumahnya (walaupun ia tersembunyi dari manusia).” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Abdullah bin ‘Umar ra menyampaikan hadits yang sama, ia berkata, “Suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar, lalu menyeru dengan suara yang tinggi:
يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ اْلإِيْمَانُ إِلَى قَلْبِهِ، لاَ تُؤْذُو الْمُسْلِمِيْنَ، وَلاَ تُعَيِّرُوهُمْ، وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ، يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ
“Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya dan iman itu belum sampai ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, janganlah menjelekkan mereka, jangan mencari-cari aurat mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat saudaranya sesema muslim, Allah akan mencari-cari auratnya. Dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walau ia berada di tengah tempat tinggalnya.” (HR. At-Tirmidzi)
Dari hadits di atas tergambar pada kita betapa besarnya kehormatan seorang muslim. Semoga Allah SWT menjaga aib kita dan menutupnya. Amiin.
Motivasi Ramadan Islamic Character Development-ICD
Maka celala orang yang membuka apa yang sudah ditutup-Nya.
Realita zaman terpampang jelas.
https://polldaddy.com/js/rating/rating.jsMerasa aib adalah bukti bahwa manusia masih punya iman. Dan dilindunginya aib adalah bukti Rahman Rahimnya Tuhan 😃