Kisah semangat menghafal Al-Quran juga akan anda dapatkan disini, bagaimana seorang anak yang semasa kecil sering diremehkan, gak bisa baca, gak bisa nulis bahkan menghafal pun dia gak mampu, tapi subhanallah, mukjizat Al-Quran telah merubah pribadinya menjadi pribadi yang lebih baik dan mendapat kemuliaan menjadi bagian dari keluarga Allah swt yaitu para penghafal Al-Quran.
Ridho, ketika kecil dirinya selalu menjadi bahan ejekan serta bahan lelucon diantara teman temannya, karena ia memang memiliki kekurangan dalam IQ, hingga ia harus bersekolah di Sekolah Luar Biasa…..
Masa kecil yang selalu ia jalani dengan tawaan, ejekan serta hinaan teman sebaya tak membuatnya patah semangat dan hidup dengan pesimisme, namun hal itu justru menjadi cambukan baginya untuk lebih maju serta membuktikan kepada mata dunia bahwa ia layak untuk diperhitungkan.
Di pesantren ini pun ia hampir tidak diterima karena belum bisa membaca Al-Qur’an, namun karena semangat yang RUARRR BIASA ia akhirnya diterima.
Suatu hari ia pernah bercerita, Ustadz saya sangat bersyukur banget masuk pesantren tahfidz Bina Qolbu, bisa belajar bahasa Arab, bisa menghafal Al-Qur’an, padahal tadz saya dulu banyak orang yang menghina saya, mencibir saya, emang kamu bisanya apa do? Banyak orang yang sering bilang begitu tadz, tapi setelah saya buktikan bahwa saya bisa mereka semua diam tadz,. Tapi saya dulu tadz harus kerja keras, saya kan cedal ne, harus menyikat lidah saya dengan pelepah kelapa biar lancar ngomongnya tadz, teruus aja seperti itu setiap sore tu tadz, Alhamdulillah sekarang mah saya sudah lancar ngomong, kalau dulu mah gagap, apalagi baca Al-Qur’an, gak bisa malah tadz..
Terus saya disini dulu belajar dari awal tadz, dari iqro’ terus aja baca, sampe waktu saya sudah bisa baca Al-Qur’an, saya disuruh baca 5 juz satu hari tadz, itu selama 5 bulan tadz, sampe dah saya bisa menghafal Al-Qur’an tadz..
Dia itu sangat perhatian dengan saya, setiap ke kamar saya, dia nawarin sendiri ke saya, tadz mau dipijetin gak…. Ya boleh dho….jawab saya. Waktu mijitin saya itulah dia mulai bercerita pengalaman-pengalaman waktu kecil, perjuangan dulu awal ketika belajar Al-Quran, dan keinginan dia menunjukkan kehebatannya berbicara dan menulis ke teman-teman yang dahulu mengejeknya. Belajar bahasa Inggris dan Arab semangat sekali, dia sering ke kamar saya untuk belajar Inggris, dan saya sangat menyukainya.
Terakhir ketika mau lulus dia bilang mau masuk pesantren Darut Tauhid yang di Bandung, dia ingin jadi santri yang siap pakai disana dan juga sambil menambah hafalan Al-Quran yang sudah sekitar 10 juz itu.
Itu pengalaman saya bertemu dengan saudara kita yang semangat menghafal Al-Qur’an, meskipun mempunyai keterbelakangan, dia mencoba bangkit dari kekurangan untuk bersaing dengan mereka yang sempurna.
Wallahu A’lam Bisshawab
[Jumal Ahmad | Twitter: @JumalAhmad]