Apa Kewajiban Kita Terhadap Al-Quran?

Al-Quran adalah sebuah anugerah kepada umat ini, ia adalah kitab yang kekal yang tidak ada kebatilan yang diturunkan oleh Rabb yang maha bijaksana lagi terpuji, Hanya umat Islamlah yang memiliki kitabullah yang kekal dan tidak terpengaruh tahrif dan tabdil, adapun kitab-kitab samawi sebelum nabi Muhammad SAW telah terpengaruh tahrif dan tabdil baik secara lafaz maupun maknanya dan tidak terjaga kesuciannya karena Allah SWT tidak menjaganya, karena ia adalah kitab yang khusus diturunkan untuk kaum tertentu pada zaman tertentu.

Maka ketika rislah Islam datang untuk seluruh alam, Allah SWT menurunkan untuk umat Islam dan manusia seluruhnya sebuah kitab yang kekal dan tidak terpengaruh tahrif dan tabdil, karena Allah SWT-lah yang akan menjaganya, Allah SWT telah berfirman: “Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Quran dan Kamilah yang akan menjaganya.” (QS al-Hijr: 9)

Oleh karena itu kita tidak akan mendapatkan kitab samawi yang kekal sebagaimana al-Quran, ia adalah kitab yang kekal sebagaimana ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan kita membacanya sebagaimana al-Quran yang dibaca oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, dan al-Quran dijaga dari berbagai segi.

Pertama, Terjaga cara membaca dan makhraj huruf-hurufnya atau dalam hukum mad, idgham, idzhar dan lainnya dan menjadi sebab munculnya Ilmu Tajwid yang menjaga kemurnian al-Quran dalam pengucapannya agar sama dengan masa Nabi Muhammad SAW.

Kedua, Terjaga dengan tulisan, sejak masa Ustman ra sampai sekarang al-Quran masih tetap seperti adanya dan tidak mengalami penambahan sedikit pun kecuali hanya titik dan harakat saja, sebagai contoh, Dalam al-Quran terdapat 114 surat yang kesemuanya dimulai dengan kalimat Basmalah kecuali surat at-Taubah, dan tidak pernah kita dapatkan selama kurun waktu 14 abad ini seseorang yang mengatakan agar dalam surat ini dicantumkan Basmalah agar sama dengan yang lain. Tidak akan dan tidak pernah akan ada orang yang bisa berbuat demikian. Inilah salah satu rahasia penjagaan al-Quran yang telah Allah SWT khususkan kepada umat Islam.

Baca juga:   Tafsir Pada Masa Sahabat

Dan termasuk kekhususan yang lain dari kitab ini adalah mudah dihafal dan difahami. Allah SWT telah memudahkan al-Quran untuk dihafal, ada beribu-ribu orang dari arab maupun non-Arab yang tidak memahami Bahasa Arab, baik kecil, muda maupun tua yang mampu menghafal dan membaca kitab ini sekalipun mereka tidak mengetahui maknanya, dan mereka tidak salah dalam membacanya.

Kewajiban kita terhadap Al-Quran

Pertama, Membaguskan bacaan ketika membacanya sebagaimana firman Allah SWT: “Dan bacalah al-Quran dengan tartil.” (QS al-Muzammil: 4) Maksudnya kita membaca al-Quran dengan tartil sebagaimana bacaan Rasulullah SAW, para sahabat dan orang yang mengikuti mereka dengan baik. Oleh karena itu kita dituntut untuk mengetahui hukum-hukum Tajwid sehingga kita bisa mengeluarkan huruf sebagaimana hak dari huruf tersebut dan tidak merubahnya, sehingga bisa merubah makna.

Kedua, Tadabbur dan Khusyu’. Allah SWT berfirman: “Apakah mereka tidak mentadabburi al-Quran ataukah hati mereka telah tertutup.” (QS Muhammad: 24) maka kita harus menghidupkan al-Quran dengan akal dan hati kita, dan tidak selayaknya kita hanya membaca al-Quran dengan lisan kita, sedang hati kita tidak khusyu’ karena hal ini bisa menghilangkan keagungan dan kemuliaan al-Quran. Allah SWT telah menganjurkan kita agar khusyu’ ketika membaca al-Quran, Ia berfirman: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (QS al-Hadid: 16) dan seorang yang membaca al-Quran dengan khusyu, maka pahalanya akan dilipatkan 10 kali, sebagaimana riwayat dari Ibnu Mas’ud. Akan tetapi banyak kita dapatkan kaum muslimin yang membaca atau mendengarkan al-Quran tanpa disertai tadabbur dan rasa khusyu’.

Ketiga, Mengamalkan al-Quran. Rasulullah SAW dan sahabatnya adalah gambaran amaliah dari al-Quran, Aisyah pernah ditanya tentang akhlaq Rasulullah SAW, lantas ia menjawab: “Akhlaqnya adalah al-Quran.” (HR Ahmad) Maksudnya jika engkau ingin mengetahui akhlaq Rasulullah SAW maka bukalah dan bacalah al-Quran.

Baca juga:   Madu

Kewajiban umat Islam hari ini, jika ingin menjadi Ahlu al-Quran sebagaimana sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya Allah memiliki keluarga, Beliau ditanya: Siapakah mereka wahai Rasulullah? Nabi menjawab: “Ahlu al-Quran adalah keluarga Allah dan orang yang mendapat kekhususan-Nya.” (HR Ibnu Majah) bukan hanya dengan membaca lewat lisan dan hati sedangkan amalannya jauh dari petunjuk al-Quran dan menghilangkan syafaatnya di hari kiamat, ulama salaf mengatakan: “Bisa jadi seseorang membaca al-Quran dan al-Quran melaknatnya, ia membaca ayat “Ketahuilah bahwa laknat Allah bagi orang-orang yang berdusta” dan ia berdusta, ia membaca ayat “Ketahuilah bahwa laknat Allah bagi orang-orang yang dhalim” dan ia berbuat dhalim, ia membaca ayat “Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” Dan ia berbuat khianat, al-Quran mengancamnya bahwa ia tidak akan mendapatkan syafaatnya, bagaimana ia akan mendapat syafaat sedangkan amalannya demikian? Syafaat al-Quran hanya diberikan kepada orang yang membaca dan mengamalkannya.

Maka kewajiban umat Islam hari ini adalah kembali pada al-Quran, membaguskan bacaan al-Quran, membaguskan ketika mendengar al-Quran, memahami, mentadabburi dan hidup bersamanya dengan hati dan akal kita, lalu menjadikannya hukum dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, politik dan ekonomi. Al-Quran adalah cahaya umat ini, tetapi sayang kita belum bisa memanfaatkannya sekalipun cahaya ini bersama kita dan di tangan kita. Wallahu a’lam Bisshawab

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *