Biografi Imam Asy-Syaukani dan Metodologi Tafsir Fathul Qadir

Nama Mufassir

Nama lengkapnya Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Abdullah asy-Syawkani, ash-Shan’ani, al-Qadhi. Lahir pada tahun 1173 H, di daerah transmigrasi Syaukan.

Al-Syaukani tumbuh dewasa di bawah binaan orang tuanya di San’a dengan penuh kasih dan kesucian. Menuntut ilmu dari ulama-ulama tersohor. Serta bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu pengetahuan.

Al-Syaukani sibuk dengan banyak membaca kitab-kitab sejarah dan kitab-kitab adab. Kesibukannya terus berlangsung antara membaca dan menghafal, antara mendengar dan menerima ilmu secara talaqqi hingga beliau menjadi imam yang tersohor.

Guru-guru al-Syaukani, yaitu: Abd al-Rahman ibn Qasim al-Madaini, Ahmad ibn Amir al-Hadai, Ahmad ibn Muhammad al-Harazy, Ismail ibn al-Hasan ibn Ahmad ibn al-Hasan ibn al-Imam al-Qasim ibn Muhammad, Abdullah ibn Ismail al-Nahamy, al-Qasim ibn Yahya al-Khaulani dan Abdullah ibn Ismail al-Nahamy, dan lain-lain.

Murid-muridnya, yaitu: anaknya Ali ibn Muhammad al-Syaukani, Husain ibn Hasan al-Sabiy al-Anshari al-Yamani, Muhammad ibn Hasan al-Syajniy al-Zimari, Abd al-Haq ibn Fadl al-Hindy dan Muhammad ibn Nasr al-Hazimy, dan lain-lain.

al-Syaukani mempunyai kitab-kitab karangan, diantaranya:

  1. Fath al-Qadir fi al-Tafsir
  2. Nael al-Authar syarh muntaqa al-Akhbar fi al-Hadis al-Syarif,
  3. Adab wa Muntaha al-Arb
  4. Tuhfah al-Zakirin syarh Iddah al-Hashan al-Hushain
  5. Irsyad al-Tsiqat ila Ittifaq al-Syara’i ala al-Tauhid wa al-Ma’ad wa al-Nubuwat, (kitab ini adalah bantahan terhadap orang Yahudi yang bernama Musa ibn Maemun al-Andalusi dalam kitabnya Fi Dhahiri al-Mustanid wa al-Zindiq fi Bathin al-Mu’taqid) dan
  6. Syifa’ al-Alil dan lain-lain.

Al-Syaukani adalah faqih dalam Mazhab Zaidiyah. Mengarang kitab-kitab dan memberikan fatwa. Kemudian ia tinggalkan taqlid dan menjadi seorang mujtahid, dia pernah menulis risalah yang berjudul ”al-Qaul al-Mufid fi adillah al-Ijtihad wa at-Taqlid”. Aqidah al-Syaukani adalah aqidah Salaf, al-Syaukani menyifati sifat-sifat Allah dalam al-Qur’an dan Hadis dengan zhahirnya tanpa takwil. Beliau mengarang kitab tentang sifat-sifat Allah tersebut yang diberi nama ”Iltahaf bimazhab al-Salaf”.

Nama Kitab

Fath-hul Qadiir al-Jaami’ Bayna Fannay ar-Riwaayah Wa ad-Diraayah Min ‘Ilm at-Tafsiir.

Imam Asy Syaukani merupakan ulama besar dari negeri yaman, karyanya sampai sekarang menjadi referensi bagi umat muslim pada saat ini. karya dari Imam Asy-Syaukani seperti tafsir Fath Al-Qadiir dan kitab Nail al-Authar, sering dikaji dan dijadikan Referensi bagi masyarakat Sunni, bahkan sampai sekarang

Aqidahnya

Berasal dari keluarga yang menganut mazhab Syiah Zaidiyah, ayahnya adalah seorang hakim. Kemudian ia beralih kepada mazhab Sunni dan menyerukan untuk kembali kepada sumber tekstual dari Al-Qur’an dan Hadits.

Baca juga:   Tafsir Pada Masa Sahabat

Ia memiliki sebuah risalah berjudul, at-Tuhaf Fi Madzaahib as-Salaf. Di dalam kitabnya ini, ia mencela habis-habisan ahli kalam (kaum teolog) dan cara mereka yang lebih mendahulukan akal ketimbang nash-nash al-Qur’an dan Hadits serta memuji madzhab Salaf.

Pujiannya terhadap madzhab Salaf tampak dari penafsirannya terhadap firman Allah, Laisa Kamitslihi Syai-un. Di antara yang ia katakan, bahwa ayat ini menafikan Mumatsalah (memisalkan segala sesuatu sehingga menjadi mirip, dalam hal ini terkait dengan dzat Allah) dan menolak tajsiim (menyebut fisik Allah sama dengan fisik manusia) ketika Allah menyifati diri-Nya dengan mendengar, melihat dan ketika menyebut sifat mendengar, melihat, tangan, istiwa’ dan lain-lain yang tercakup di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Bahkan sebaliknya, harus menetapkan sifat-sifat tersebut tetapi tidak dengan cara Mumaatsalah atau pun Musyabahah (menyerupai) dengan makhluk.

Dengan begitu akan dapat menolak dua sikap negatif; yang berlebihan dan terlalu berlebihan, yaitu berlebihan dalam menetapkan sifat tersebut sehingga menyebabkan timbulnya ‘tajsiim’ dan yang sangat berlebihan dalam menafikannya sehingga menyebabkan timbulnya ‘ta’thil’ (tidak memfungsikan sifat tersebut, membatalkannya). Dari kedua sisi negatif ini, muncullah madzhab Salaf Shalih, yaitu pendapat mereka; menetapkan sifat-sifat yang ditetapkan Allah atas diri-Nya dengan cara yang hanya Allah yang Maha Tahu sebab Dia lah yang berfirman, “Laisa Kamitslihi Syai-un, Wa Huwas Samii’ul Bashiir

 Imam asy-Syaukani juga telah menetapkan sifat istiwa’ berdasarkan madzhab Salaf. Akan tetapi ada juga ayat yang beliau takwilkan tetapi ini lebih disebabkan faktor lain, yaitu mengikuti al-Qurthubi dan ulama lainnya. Di tempat-tempat yang lain dari kitabnya, ia membantah pendapat az-Zamakhsyari, tokoh mu’tazilah karena bertentangan dengan ahlussunnah wal jama’ah.

Spesifikasi Umum

Dalam permulaan tafsirnya, pengarang (asy-Syawkani) menyebutkan bahwa biasanya para mufassir terpecah menjadi dua kelompok; kelompok pertama hanya memfokuskan penafsiran mereka pada masalah riwayat saja. Sedangkan kelompok kedua, momfokuskan pada sisi bahasa Arab dan ilmu alat.

Beliau ingin menggabungkan antara dua hal tersebut sehingga bisa lebih sempurna lagi, ia mengatakan,

“Dengan demikian anda mengetahui bahwa harus dilakukan penggabungan antara kedua hal tersebut dan tidak hanya terbatas pada dua cara yang kami sebutkan itu saja. Inilah tujuan saya menulis kitab ini dan cara yang insya Allah, ingin saya tempuh, di samping saya juga akan melakukan tarjih (menguatkan salah satu pendapat) antara beberapa penafsiran yang saling bertentangan sedapat mungkin dan menurut saya tampak jelas kekuatannya. Saya juga akan menjelaskan makna dari sisi bahasa Arab, I’rab (penguraian anak kalimat), balaghah dengan sedikit banyak. Demikian pula, saya sangat antusias untuk memaparkan penafsiran yang shahih berasal dari Rasulullah SAW, para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’i atau ulama-ulama tokoh yang terpandang…”

Baca juga:   Metode belajar Ilmu Tafsir

Ia mengatakan, “Tafsir ini sekali pun ukurannya besar tetapi memuat ilmu yang banyak, terpenuhi bagian tahqiq (analisis)-nya serta mengena tujuan mencari kebenaran di dalamnya serta mencakup pula faedah-faedah, kaidah-kaidah, dan sebagainya yang disarikan dari kitab-kitab tafsir…”

Kitab tafsir asy-Saukani memiliki keunggulan lainnya, yaitu mengingatkan akan bid’ah-bid’ah sesat, aqidah menyimpang dan taqlid buta. Karena sikapnya ini, beliau pernah disakiti dan difitnah dengan beragam tuduhan, semoga Allah merahmati beliau.

Sikapnya Terhadap Sanad

Beliau telah menyinggung hal itu dalam langkah penulisan di dalam kitab tafsirnya tersebut, “Demikian pula, saya sangat antusias untuk memaparkan penafsiran yang shahih berasal dari Rasulullah SAW, para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’i atau ulama-ulama tokoh yang terpandang. Terkadang saya menyebutkan hadits yang lemah sanadnya dan ini karena dua hal; bisa jadi karena ada hadits lain yang bisa menguatkannya atau karena ia sesuai dengan makna secara bahasa.

Terkadang pula saya menyebutkan hadits yang dinisbatkan kepada periwayatnya tetapi tanpa menjelaskan kondisi sanadnya sebab saya mendapatkannya seperti itu dari teks asli yang saya nukil seperti halnya yang terjadi pada tafsir Ibn Jarir, al-Qurthubi, Ibn Katsir, as-Suyuthi dan ulama tafsir lainnya. Rasanya sangat jauh (tidak mungkin) mereka mengetahui ada kelemahan pada hadits lalu tidak menjelaskannya.! Dan tidak mesti pula dikatakan terhadap apa yang mereka nukil itu, bahwa mereka telah mengetahui kevalidannya sebab bisa jadi mereka menukil dengan tanpa mengungkapkan kondisi sanadnya juga.

Inilah yang menurut perkiraan lebih mungkin terjadi sebab andai kata mereka mengungkapkan hal itu lalu keshahihannya valid menurut mereka, maka tidak mungkin mereka membiarkannya tanpa penjelasan sebagaimana banyak terjadi pada mereka; menjelaskan keshahihan atau ke-hasan-annya. Siapa saja yang mendapatkan teks asal dari apa yang mereka riwayatkan dan nisbatkan dalam tafsir mereka, maka hendaknya ia melihat (merujuk) kepada sanad-sanadnya tersebut agar mendapatkan taufiq atas hal itu, insya Allah….”

Baca juga:   Tafsir Al-Quran dalam Bahasa Indonesia

Terkadang pula beliau mengomentari riwayat-riwayat yang disinggungnya dan menjelaskan kondisinya. Tetapi terlepas dari itu, terdapat juga beberapa catatan atas sikap beliau, di antaranya beliau menyebutkan banyak hadits Dha’if (lemah) dan Mawdhu’ (palsu) di dalam beberapa tempat namun tidak mengingatkannya. Hal ini, karena ia banyak sekali menukil dari kitab ad-Durr al-Mantsuur karya Imam as-Suyuthi.

Sikapnya terhadap Hukum-Hukum Fikih

Beliau menyinggung madzhab ulama fiqih, baik empat imam madzhab atau pun ulama selain mereka, perbedaan pendapat serta dalil-dalil mereka. Beliau menguatkan salah satunya dan mengambil kesimpulan hukum darinya.

Pantaslah beliau sebagai seorang imam yang mumpuni ilmunya, mujtahid dalam fiqih. Banyak karya-karya tulis yang beliau telorkan, seperti kitab yang sangat terkenal lainnya, Naylul Awthaar Syarhu Muntaqal Akhyaar; as-Saylul Jiraar al-Mutadaffiq ‘Ala Hadaa’iqil Azhaar; ad-Durar al-Bahiyyah berikut syarahnya, dan kitab-kitab lainnya.

Sikapnya Terhadap Qiraa`aat

Beliau menyinggung masalah Qiraa`aat Sab’ (tujuh bacaan) dan mengarahkan yang bertentangan darinya. Tafsir yang beliau karang didasarkan pada riwayat Nafi’ al-Madani. Beliau juga menyebutkan qiraa’aat yang janggal.

Sikapnya Terhadap Israa`iliyyaat

Sedikit sekali menyinggung masalah Israa`iliyyaat, tetapi terkadang menukil sebagian isinya dalam menafsirkan beberapa ayat.

Sikapnya Terhadap Masalah Bahasa, Nahwu dan Sya’ir

Beliau sangat interes sekali terhadap masalah bahasa dan mengambil keputusannya dari ahli-ahli bahasa terkemuka seperti al-Mubarrad, Abu ‘Ubaidah, al-Farra’, Ibn Faris dan ulama bahasa lainnya.

Beliau juga menyinggung sisi-sisi I’rab (penguraian anak kalimat) dari sisi Nahwu (Gramatikal), serta banyak sekali berargumentasi dengan mengetengahkan sya’ir-sya’ir.

Demikian tulisan mengenai biografi singkat Imam Asy-Syaukani, mudah-mudahan dapat menjadi gambaran akan kebesaran nama beliau. Wallahu A’lam 

 CATATAN

Mengenai biografi Imam asy-Syawkani, lihat: al-Badr ath-Thaali’ (II:214), al-Imam asy-Syawkani Mufassiran karya Dr.Muhammad Hasan al-Ghumari.

 SUMBER:

Al-Qawl al-Mukhtashar al-Mubiin Fii Manaahij al-Mufassiriin, karya Abu ‘Abdillah, Muhammad AliHamud an-Najdy, hal.50-53.

Jumal Ahmad “Mengenal 50 Kitab Tafsir dan Ilmu Tafsir“, ahmadbinhanbal.com (blog) Agustus, 04 2013, (https://ahmadbinhanbal.com/mengenal-kitab-tafsir-dan-ilmu-tafsir/, diakses 20 Agustus 2013)

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *