KEKERABATAN AHLU BAIT DAN SAHABAT – Pokok pangkal ajaran Syiah adalah semua ajaran dari Imam-imam yang mereka katakan sebagai anggota Ahlul Bait. Pada saat yang sama mereka menolak semua ajaran dari pihak lain (AhlussunnahwalJama’ah).
Syiah juga menolak untuk mengakui 3 orang Khalifah pertama, Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Ketiga orang Sahabat ini oleh mereka telah dituduh “Merampas Kepemimpinan” Ali bin Abi Thalib.
Tetapi apakah sebenarnya yang dikatakan oleh semua tokoh Ahlul Bait tentang 3 orang sahabat utama itu?
Bagaimana kecintaan Ahlul Bait terhadap Abu Bakar? Umar? Dan Utsman?
Apa yang mereka (Ahlul Bait) lakukan berkenaan dengan keluarga Abu Bakar, Umar, dan Utsman?
Benarkah Ali bin Abi Thalib beserta semua anak-anaknya menolak tiga orang sahabat utama itu?
Hal itu sama sekali tidak benar, umat Islam semestinya berkasih sayang di antara mereka sebagaimana teladan dari kehidupan yang harmonis dan penuh kasih sayang antara Ahlul Bait Nabi saw dengan sahabatnya.
Sampai-sampai di antara mereka saling menikahkan. Sebagaimana Ali ra menikahkan putrinya, UmmuKultsum dengan Umar ra. Sementara anak-anak Ali dinamakan Abu Bakar, Umar, Utsman dan sebagainya.
Pengertian Ahlul Bait Nabi saw
Dalam tata bahasa dan istilah dijelaskan, Ahlul Bait berarti keluarga seseorang. Kata at-Ta’ahhul, artinya “menikah/berkeluarga”. Demikian menurut al-Khalil[1]. Kata Ahlul Bait, artinya “penghuni rumah”. Kata Ahlul Islam, artinya “orang yang beragama Islam”[2].
Berkaitan dengan kata al-Ahlu dinyatakan dalam kitab Mu’jamMaqayisal-Lughah, makna kata Aalual-Rajuli artinya penghuni rumahnya.[3] Ibnu Manzur menjelaskan: Aalual-Rajul artinya keluarganya. Kalimat Aalullah wa Rasulih, artinya para wali-Nya. Asal katanya Ahlun namun kemudian huruf ha ditukar dengan hamzah sehingga menjadi aal. Saat dua hamzah menjadi satu, lalu diganti lagi menjadi alif (panjang).[4] Kata itu umumnya ditujukan untuk kehormatan. Sehingga tidak boleh mengatakan AalulHaaik, yang berarti “keluarga si tukang jahit”. Berbeda penggunaan dengan kata Ahlu sehingga boleh mengatakan AhlulHaaik.[5]
Jika disebut kata al-Bait, maka maksudnya adalah Baitullah, yaitu Ka’bah. Sebab, hati orang beriman tertambat ke sana dan jiwa manusia tentram di dalamnya, karena Ka’bah adalah kiblat kaum muslimin. Sebutan Ahlul Bait pada masa jahiliyah, hanya dikhususkan kepada mereka yang tinggal di sebuah rumah. Tapi setelah Islam datang, bila dikatakan Ahlul Bait, maka yang dimaksud adalah keluarga Rasulullah saw.
Pengertian Ahlul Bait Nabi Saw
Para ulama berselisih pendapat dalam menjelaskan siapa saja Aalul Bait Rasulullah saw. Pendapat-pendapat yang mashur adalah:
- Ahlul Bait adalah mereka yang diharamkan menerima harta sedekah. Ini adalah pendapat jumhur ulama.
- Mereka adalah anak cucu Nabi, istri-istri beliau saw. Pendapat ini dikeluarklan Ibnu Arabi dalam Ahkam al-Quran, dan beliau mempertahankan pendapat tersebut. Ada juga yang menganut pendapat ini dengan mengeluarkan istri-istri Nabi saw dari predikat Ahlul Bait.
- Yang dimaksud Ahlul Bait Nabi saw adalah para pengikut beliau sampai hari kiamat. Pendapat tersebut dipertahankan Imam an-Nawawi dalam penjelasannya terhadap kitab Shahih Muslim dan penyusun kitab al-Inshaf. Ada juga ulama yang membatasi Ahlul Bait hanyalah orang-orang yang bertaqwa saja, yang mengikuti Nabi pilihan.Tetapipendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama.
Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Ahlul Bait Rasul SAW
- Seluruh kitab AhlusSunnah yang membahas aqidah pasti di dalamnya terdapat pembahasan mengenai Ahlul Bait Nabi saw. Hal ini menunjukkan pentingnya permasalahan ini, sehingga para ulama membahasnya dalam buku aqidah yang menyangkut keyakinan kaum muslimin. Sebagian ulama ada pula yang menyusun buku khusus yang membahas masalah Ahlul Bait.
- Inti keyakinan Ahlus Sunnah terhadap Ahlul bait adalah sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam Aqidah Washitiyyah melalui bahasan yang singkat. Dalam buku itu beliau menjelaskan: “Mereka mencintai Ahlul Bait Nabi saw. Mengangkat mereka pada kedudukan terhormat, menjaga wasiat asulullah saw mengenai diri mereka sebagai mana sabda beliau pada hari Ghadir Khum: “Kuperingatkan kalian kepada Allah berkaitan Ahlul Baitku”[6]
- Rasulullah saw juga bersabda pada pamannya, al-Abbas ra.Ketika itu mengadu kepada beliau bahwa beberapa orang Quraisy bersikap kasar terhadap Bani Hasyim: “Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya, mereka belum beriman sehingga mereka mencintai kalian karena Allah dan karena (kalian adalah) kerabatku”.[7]
- Inilah keterangan dari seorang imam yang dipandang Syiah sebagai orang yang paling memusuhi mereka karena bukunya yang berjudul Minhajus Sunnah ditulis untuk membantah Ibnu Muthahhar al-Hulli.
HUBUNGAN KEKERABATAN ANTARA NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM DENGAN KHULAFA’ AR-RASYIDIN
Sahabat Nabi yang utama seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu anhum ajma’in adalah orang-orang terdekat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah mertua dan menantu idaman. Berikut penjelasannya:
Pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq khalifah pertama, adalah mertua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah ayah dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang amat beliau cintai. Wanita mulia ini adalah isteri beliau yang banyak meriwayatkan hadits dengan jumlah mencapai 2.210 hadits. Seringkali para sahabat radhiyallahu ‘anhum bertanya kepada beliau dalam masalah fatwa. Selain itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memilih kediamannya sebagai tempat peristirahatannya ketika sakit sampai wafatnya.
Atas dasar inilah, Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sebagai bapak mertua Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sekaligus menjadi Sahabat setia dan sejati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga ajal menjemputnya dimakamkan di samping pusara Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua, Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah khalifah kedua, mertua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah ayah dari Hafshah, putri Umar yang dinikahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun ketiga Hijriyah. Beliau adalah seorang wanita yang gemar berpuasa. Dikenal sebagai aminatul ummah (wanita terpercaya ummat) dalam menjaga dan memelihara Mushaf al-Qur’an yang telah dikumpulkan pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq.
Sedangkan ayahnya, Umar bin Khatthab radhiyallahu anhu, seorang lelaki yang senantiasa menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semenjak awal Islam hingga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Ia pun dimakamkan di samping sahabat dan menantunya sendiri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketiga, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Beliaulah khalifah ketiga, menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menikahi dua putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga dijuluki dengan dzun nurain (yang memiliki dua cahaya). Pertama, beliau menikah dengan Ruqayyah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah Ruqayyah wafat, Utsman menikah dengan Ummu Kultsum binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau adalah salah seorang yang mendapatkan kabar gembira dengan surga, dan termasuk generasi pertama masuk Islam. Sahabat yang pernah merasakan dua kali hijrah; ke Habasyah dan Madinah.
Keempat, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah khalifah ke empat, menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menikah dengan putri kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Fathimah az-Zahra radhiyallahu anha. Darinyalah Hasan dan Husain radhiyallahu ‘anhuma dilahirkan.
Pada perang Khaibar, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Niscaya aku akan berikan panji perang ini esok hari kepada seorang laki-laki, Allah memberikan kemenangan melalui tangannya, ia mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nyapun mencintainya.”
Ternyata panji itu diberikan kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu.
SALING MENIKAHKAN ANTARA KETURUNAN AHLUL BAIT DAN SAHABAT
Ada banyak pernikahan antara Ahlul bait dan Sahabat, di antaranya,
- Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma, cucu kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikah dengan cucu Abu Bakar As-Shiddiq, yaitu Hafshah binti Abdurrahman bin Abu Bakar As-Shiddiq.
- Dari cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, Musa al-Jaun bin Abdillah Al-Mahadh bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib menikah dengan cucu Abdurrahman, Ummu Salamah binti Muhammad bin Thalhah bin Abdillah bin Abdirrahman bin Abu Bakar As-Shiddiq pada tahun 154 H.
- Sedangkan dari garis keturunan Husain bin Ali radhiyallahu anhuma, Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib menikah dengan Ummu Farwah binti Qasim Al-Faqih bin Muhammad bin Abi Bakar As-Shiddiq pada tahun 80 H.
AHLUL BAIT MENAMAI ANAK-ANAKNYA DENGAN NAMA SAHABAT
Banyak dari keturunan Ahlul Bait memberi nama anak-anak mereka dengan nama Sahabat Nabi yang mulia, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan bahkan Asiyah.
- Ahlul Bait dengan nama Abu Bakar: Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib , Abu Bakar bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar bin Ali Zainal Abidin , Abu Bakar bin Musa al-Kazhim, Abu Bakar bin Ali ar-Ridha.
- Ahlul Bait dengan nama Umar: Umar bin Ali bin Abi Thalib , Umar bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Umar bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali Zainal Abidin, Umar bin Musa al-Kazhim.
- Ahlul Bait dengan nama Utsman: Utsman bin Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Aqil bin Abi Thalib.
- Ahlul Bait dengan nama Aisyah: Aisyah binti Ja’far ash-Shadiq, Aisyah binti Musa al-Kazhim, Aisyah binti Ali ar-Ridha, Aisyah binti Ali al-Hadi.
Syiah adalah salah satu sekte yang paling gencar mempropagandakan permusuhan antara Ahlul Bait dengan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Namun cukuplah fakta di atas sebagai bukti bahwa yang terjadi adalah sebaliknya.
Salah satu dalih mereka adalah pemberian nama-nama Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Aisyah oleh Ahlul Bait kepada anak-anak mereka tidak menunjukkan kecintaan Ahlul Bait kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Aisyah karena nama-nama itu adalah nama-nama yang umum di kalangan Arab. Pertanyaannya, masuk akalkah seseorang menemakan anak-anaknya dengan nama musuh-musuh mereka?
Sekali lagi, pemberian nama dan hubungan pernikahan antara Ahlul Bait dan Sahabat Nabi ini menjadi bukti bahwa di antara mereka tak pernah ada rasa benci dan dengki. Yang ada hanyalah rasa cinta, kasih, dan sayang. Karena Islam adalah agama cinta, bukan agama yang dibangun di atas dendam dan kebencian.
Dan berikut ini skema atau bagan hubungan kekerabatan antara Ahlu Bait dan Sahabat Nabi saw yang kami ambil dari situs www.almabarrah.net dari Kuwait. Skema hubungan kekerabatan tersebut menjelaskan secara jelas perihal hubungan harmonis antara Ahlul Bait dan Sahabat.
Dengan bagan ini kita akan mengetahui bahwa sebenarnya Syiah tak lebih dari karya Abdullah bin Saba’ – si Yahudi munafik- yang hendak menghancurkan Islam.
Infograsi Hubungan Kekerabatan Ahlu Bait Dan Sahabat
[1]Kitab al-Ain: 428
[2] As-Shahah: 4/1628 danLisanul Arab: 11/28
[3]Mu’jamMaqqyis al-Lughah: 1/161
[4]Lisanul Arab: 11/31 dan al-Mufradat fi Gharib al-Quran: 30 oleh Al-Asfahani.
[5]Lisanul Arab: 2:15
[6] HR Muslim dan yang lainnyadalamFadhail as-ShahabahbabFadhlu Ali
[7] HR Imam Ahmad dalamFadhail as-Sahabah.