Seringkali ketika seseorang marah terlontar kata-kata yang buruk, jelek bahkan tidak semestinya diucapkan seorang manusia, seperti memanggil orang lain anjing, babi, tikus sampai hewan di zoo keluar semua.
Hati-hati saudaraku jangan sampai keluar dari mulut kita perkataan jelek seperti itu.
Imam Nawawi mengatakan kalau perkataan seperti ini jelek karena dua hal 1) dusta 2) menyakiti.
Syaik Bakar Abu Zaid juga menyebutkan dalam bukunya “mu’jam al-manahi al-lafdhiyyah” ketika membahas lafadh ya kalb atau hei anjing. Musayib mengatakan: “Jangan engkau mengatakan hei keledai, hei anjing, hei babi pada saudaramu karena di akhirat nanti akan ditanya oleh Allah swt ‘Apakah kamu kira Aku menciptakan keledai, anjing atau babi?’ (HR. Ibnu Abi Syaibah).
Maka sungguh benar apa yang dikatakan Makhlad bin Husain kepada Ibnul Mubarak bahwa kita lebih banyak butuh pada adab daripada butuh banyaknya hadits. Ini mengindikasikan demikian urgennya budi pekerti dan akhlak yang baik. Ini beliau sampaikan ketika beliau dalam masa-masa terbaik umat ini, lalu apa yang mau beliau katakan jika melihat buruknya akhlak orang zaman sekarang?!.
Sebagian salaf pernah mengatakan kepada anaknya “Wahai anakku, sekiranya engkau belajar satu bab budi pekerti lebih aku sukai daripada engkau belajar 70 bab ilmu”.
Ibnul Mubarak mengatakan “Saya belajar budi pekerti selama 30 tahun dan belajar ilmu selama 20 tahun”.
Dan Imam Syafi’i juga mengatakan “Ilmu itu bukan yang dihafal tapi apa yang bisa bermanfaat”.
Karenanya mari kita berfikir sebelum berbicara, perbanyak mendengar karena Allah memberikan dua telinga agar kita lebih banyak mendengar daripada bicara.
Sebab menarik apa yang belum diucapkan lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah diucapkan. Perkataan yang telah diucapkan akan selalu mengikuti, sedangkan perkataan yang belum diucapkan maka ia mampu untuk mengendalikan.
Kalau pepatah mengatakan ‘Telajar perahu masih boleh diundur lagi, telajar kata hilang hilang percaya’
Wallahu A’lam Bisshawab.