Bentuk-Bentuk Tafsir Al-Quran

Secara garis besar bentuk-bentuk Tafsir bisa dibagi menjadi tiga: Tafsir bil Ma’tsur, Tafsir bir Ra’yi dan Tafsir Isyari. Berikut ini keterangan lebih lanjut, mohon maaf jika keterangan kami kurang lengkap dan belum memuaskan anda. Jika ada pertanyaan silahkan tulis di laman komentar dibagian bawah artikel ini.

Tafsir bil Matsur

Tafsir bi al-Matsur adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah, atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi’in karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat.

Tafsir-tafsir bil ma’tsur yang terkenal antara lain: Tafsir Ibnu Jarir, Tafsir Abu Laits As Samarkandy, Tafsir Ad Dararul Ma’tsur fit Tafsiri bil Ma’tsur (karya Jalaluddin As Sayuthi), Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Baghawy dan Tafsir Baqy ibn Makhlad, Asbabun Nuzul (karya Al Wahidy) dan An Nasikh wal Mansukh (karya Abu Ja’far An Nahhas).

Tafsir bir Ra’yi

Kebanyakan ulama menjelaskan bahwa Tafsire bir ra’yi adalah Tafsir dengan ijtihad dan dengan istimbat, ijtihad disini adalah ijtihad yang baik bukan yang jelek, karena ijtihad yang jelek dilarang oleh Nabi SAW. Tafsir bir ra’yi yang dilarang adalah yang berdarsarkan hawa nafsu, karena ijtihad yang benar dan sesuai dalil itu diperbolehkan, karena para sahabat banyak menafsirkan ayat yang tidak ada pada masa nabi, maka jika kita mengatakan bahwa Tafsir bir ra’yi iyu semuanya jelek, maka secara tidak langung kita juga telah menjelekkkan para sahabat, dan ini termasuk kebatilan. [1]

Tafsir Isyari

Ajaran Tasawuf dalam tafsir al-Quran dibagi menjadi dua, yaitu Tasawuf Nadhari yaitu tasawuf yang terbangun di atas penelitian dan pembelajaran dan Tasawuf ‘Amali yaitu tasawuf yang terbangun di atas zuhud dan kesusahan.

Baca juga:   Fawaaid, Kumpulan Faidah Ilmiah

Dua bagian ini memiliki atsar dalam penafsiran al-Qura’n.  Orang sufi membagi tafsir mereka menjadi dua bagian : tafsir sufi nadhari dan tafsir sufi isyari.

Pertama, Tafsir Sufi Nadhari, Tafsir ini terbangun diatas penelitian dan filsafat. Mereka mendahulukan penlitian dalam memahami makna al quran sehingga mereka mudah tersesat dalam memahami al-Quran. Ibnu Arabi merupakan syaikh dalam tafsir ini. Dia banyak menafsirkan ayat-ayat al Qura’n yang sesuai dengan pandangan filsafat.  Dialah orang yang berpandangan wihdatul wujud. Banyak sekali ayat-ayat yang ditafsirkan sesuai pandangan ini.

Kedua, Tafsir Sufi Isyari, Tafsir ini merupakan tawil ayat-ayat al Qur’an atas perselisihan yang Nampak dengan isyarat yang tersembunyi yang memungkinkan memadukan antara makna yang tersembunyi dengan makna dhahir yang dimaksud. Menurut kaum sufi, setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan al-Qur’an inilah yang kemudian melahirkan Tafsir Isyari.

Perbedaan antara Tafsir Nadhari dan Tafsir Isyari

  • Tafsir Nadhari berdasarkan penelitian ilmiyah sedang tafsir isyari berdasarkan kekuatan ruh atau jiwa.
  • Tafsir Nadhari setiap makna al Quran tidak memiliki makna lain yang terkandung di dalamnya sedang tafsir isyari dalam ayat-ayt al Qur’an memiliki makna lain yang tersembunyi.

Beberapa karya tafsir Isyari yang terkenal antara lain: Tafsir An Naisabury, Tafsir Al Alusy, Tafsir At Tastary, Tafsir Ibnu Araby.

 


[1] Syaikh Shalih alu Syaikh, Manhaj Mufasirin, (Maktabah Syamilah)

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *