Masyarakat Jawa Barat, khususnya di Bandung menyebut cabe ini Cabe Gendot dengan ejaan “e” yang dibunyikan seperti kata “cabe”. Bukan seperti melafalkan huruf “e” seperti pada kata “melihat” atau “merawat”.
Di daerah Jawa khususnya pegunungan Dieng, cabe ini disebut Cabe Gendol, karena bentuknya yang gemuk dan gendol gendol ketika di pohon cabe.
Selain di Dieng, di daerah saya dusun Prampelan desa Adipuro, cabe ini bisa tumbuh dengan bagus yang tingginya 1000 lebih di atas permukaan laut.
Di prampelan, namanya bukan Cabe Gendot atau Cabe Gendol, tapi namanya Cabe Golkar. Nah, ada cerita sendiri kenapa di prampelan dinamakan persis dengan nama salah satu partai yang pernah berkuasa.
Kata Bapak saya, cabe ini muncul di tempat kami ketika sedang jaya jayanya partai Golkar, sebelum tahun 98 partai beringin kuning menang dimana mana dan pak Harto selalu terpilih kembali menjadi presiden.
Dalam Wikipedia Indonesia, cabe gendot atau golkar dikenal juga dengan nama cabe gendol (Capsicum chinense). Di dunia internasional dikenal pula dengan sebutan Habanero yang merupakan salah satu spesies cabai dari Capsicum.
Cabai ini diperkirakan berasal dari semenanjung Yucatan dan menyebar ke seluruh dunia melalui perdagangan dan perpindahan manusia.
Bagi sebagian orang, cabai ini sangat pedas bahkan melebihi pedas cabai rawit. Tingkat kepedasan cabai gendot mencapai 100.000-350.000 Skala Scoville.
Penghasil cabai gendot terbesar di dunia adalah Meksiko, yang tumbuh di Yucatan, Campeche, dan Quintana Roo, meskipun ada perkebunan komersial di Belize,Kosta Rika,Texas, dan California.
Bentuk cabe gendot mirip paprika, namun besarnya hanya seukuran jempol kaki orang dewasa saja. Warna saat panen yang tepat ketika cabe berwarna hijau. Setelah tua akan berwarna hijau kekuningan hingga merah menyala.
Soal rasa, cabe yang bertekstur mirip dengan paprika ini memiiliki rasa yang sangat pedas, berbanding terbalik dengan paprika yang manis dan dapat dikonsumsi langsung tanpa dimasak sekalipun.
Kata bapak saya yang menanam sendiri cabe Golkar di kebun, cabe Golkar ini pas dipanen sewaktu berwarna hijau atau setengah matang menuju warna kuning. Jika sudah terlalu matang akan berwarna merah terang dan kurang laku dipasaran.
“Kalau sudah merah biasanya harga akan lebih murah ketimbang yang masih berwarna hijau. Harga di pasar tradisional rata-rata Rp.5.000 per kilogramnya,” ujarnya.
Bapak juga mengatakan cabe Golkar sangat cocok untuk masakan tumis-tumisan seperti tumis cumi, daging, ayam dan campuran sayuran. Karena rasa dan teksturnya sangat mirip dengan paprika, sehingga penggunaannya juga lebih banyak untuk tumisan.
Berbeda dengan paprika yang tidak pedas dan cenderung manis, cabe gendot memiliki rasa pedas dan hangat yang lama di mulut. Jangan coba-coba memegang cabe gendot dengan tangan telanjang jika anda tidak tahan rasa pedas karena rasa hangatnya bisa bertahan hingga 12 jam.
Cabe golkar umumnya berbiji kehitaman dengan ukuran sama dengan biji cabai pada umumnya.
Cabe ini dapat bertahan 10 hari di suhu ruang dan dapat lebih dari sebulan jika berada di lemari pendingin.
Alhamdulillah, lewat obrolan dengan bapak kemarin di Jonggol, saya jadi tahu kenapa cabe ini disebut golkar di prampelan. Kalau sempat ke prampelan silahkan lihat lihat budidaya cabe golkar disana…