Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius. Mereka memiliki keterikatan dengan agama, dan mengakui serta menyembah Tuhan. Maka dalam tradisi literasi, muncul banyak tulisan yang memasukkan unsur ketuhanan. Termasuk nama-nama dan sifat-sifat Tuhan, yang sering dinyatakan sebagai Maha.
Bagaimana cara menuliskan Maha sebagai nama dan sifat Tuhan? Apakah dipisah atau digabung dengan nama dan sifat Tuhan? Bagaimana
Sebelum lebih jauh, kami sampaikan dahulu bahwa Pedoman ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang sebelumnya dikenal dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), kembali dinamakan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Pengembalian nama EYD ini bersamaan dengan 50 tahun sejak pertama kali EYD digunakan pada tahun 1972.
Menurut Bapak Aminuddin selaku Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dari Kemedikbudristek, sebagaimana ditulis di Kompas, menyebut bahwa EYD digunakan lagi karena nama ii lebih muncul dan melekat di masyarakat dibandingkan dengan PUEBI. Alasan ini juga disetujui Fauzan Al-Rasyid, ahli bahasa dari UI.
Jika ditotal, terdapat sekitar 50% perubahan kaidah pada EYD Edisi V. Perubahan tersebut mencakup penambahan kaidah baru, perubahan kaidah yang telah ada, perubahan redaksi, pemindahan kaidah, penghapusan kaidah, perubahan contoh, dan perubahan tata cara penyajian isi.
Perubahan ini telah disesuaikan dengan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan perkembangan bahasa di masa kini. EYD Edisi V berlaku mulai 16 Agustus 2022 sampai waktu yang tak ditentukan.
Bentuk tulisan terkait maha dan kata dasar atau kata yang berimbuhan mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis secara terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan.
Dalam PUEBI sebelumnya memberikan aturan terkait penulisan bentuk Maha, dalam dua konteks.
Pertama, ditulis terpisah
Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
- Tuhan Yang Maha Pengasih, selalu mengasihi hamba-Nya.
- Ramadan saat yang tepat mendekat kepada Sang Maha Penyayang.
Note: di EYD edisi V, bentuk ini masih dipertahankan, lihat keterangan gambar dari EYD V
Kedua, ditulis serangkai
Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, ditulis serangkai. Khusus untuk kata esa, ditulis secara terpisah.
Misalnya:
- Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
- Hanya Allah Yang Mahabesar. Kita semua kecil.
- Tuhan Yang Maha Esa
PUEBI: Tuhan Yang Mahakuasa > model ini tidak berlaku lagi, di EYD V bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan, contoh: Tuhan Yang Maha Kuasa
Jika tulisan tidak MENGACU PADA NAMA atau SIFAT Tuhan tetap ditulis serangkai, seperti mahasiswa, mahakarya, maharaja, dsb.
EYD V juga berisi kaidah tentang penulisan kata serapan baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Tediri dari serapan umum dan serapan khusus, banyak info cara penulisan yang bermanfaat khususnya kita yang terbiasa dengan istilah serapan bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Untuk mengakses kata serapan tersebut, bisa cek di tautan ini.
Info lebih lanjut tentang kaidah penulisan di EYD Edisi V bisa dikunjungi di alamat: https://ejaan.kemdikbud.go.id/
Saya merekam dengan sederhana tampilan isi EYD versi V berikut ini:
Penjelasan Bapak Aminuddin dalam acara peresmina EYD Edisi V pada tanggal 18 Agustus kemarin tentang perubahan di EYD edisi V.
Sekian informasi dari kami, semoga bermanfaat.
Sumber:
https://ejaan.kemdikbud.go.id/, https://twitter.com/fauzanalrasyid, YT Bicara Bahasa
Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal.com