Catatlah Meski Pada Dinding

Catatlah Meski Pada DindingMalam ini kira-kira pukul 21.10 WIBTS (Waktu Indonesia Bagian Tempat Saya), Saya kembali mencoba membuat catatan. Bicara masalah catat mencatat, saya jadi inget pada buku yang pernah saya baca.Disana ada satu kalimat yang saya ingat ” Jika engkau mendengar sesuatu, catatlah meski pada dinding”.

Sebentar, ini bukan berarti seruan untuk mencorat-coret dinding rumah (termasuk dinding facebook anda) dengan tulisan, gambar atau segala macem catatan yang tidak senonoh. Maksudnya, catet tuh ilmu yang anda dengar, dan gunakan media apa saja yang mungkin bisa digunakan untuk merekam itu ilmu. Jika tidak, anda bakal kehilangan perolehan anda yang berharga.

Bahkan dari kegiatan catat-mencatat semacam ini di kalangan ilmuwan islam, sampai menghasilkan karya tulis bermutu tinggi macam kitab Badâi’ul Fawâ-id nya Ibnul Qayyim. Beliau mengumpulkan catatan penting dari berbagai disiplin ilmu yang hampir tidak kita dapatkan dalam kitab-kitab lainnya. Setiap kali terlintas suatu masalah dalam benaknya atau mendengarkan faidah ia mencatatnya. Karenanya dalam Badâi’ul Fawâ-id terdapat berbagai catatan penting  tentang ilmu-ilmu aqidah , fiqih,  tafsir,  hadits, nahwu,  balaghah dan sebagainya.

Jadi, Catatlah hal-hal penting yang anda dengar dan seharusnya anda catat. Siapa tahu besok-besok terbit sebuah buku kumpulan catatan anda. Bolehlah anda kasih judul “Al Fawâ-id Al Fesbûkiyah” misalnya, jika anda mencatatnya pada dinding facebook anda.

Oya, yang mengatakan seperti pada judul catatan ini adalah AsySya’bi. Anda tahu? Beliau adalah salah satu dari tujuh pakar fiqih dari kalangan tabi’în. Saya baca kutipannya dari buku “ Hilyatu Thâlibil  ‘ilm” tulisannya Dr. Bakr bin Abdillâh Abu Zaid.

Diantara buku, yang menurut saya bagus dan sangat menggugah motivasi adalah salah satu bukunya Dr. Muhammad Ismâ’îl al Muqaddam. Lihat saja judulnya ’Uluwwul Himmah. ’ulluw berarti ketinggian himmah artinya keinginan yang sangat . Jadi apa ya terjemahannya? Tingginya Cita-cita, Tekad Yang Tinggi atau apalah terjemahan bebasnya…

Baca juga:   Mengunjungi Dusun Buttui di Pedalaman Mentawai

Sejauh yang saya baca, isinya benar-benar menggugah, membulatkan tekad dan menggerakkan diri menggapai prestasi untuk hanya meraih cita-cita yang luhur saja dalam hidup ini. Menjauhi perbuatan yang rendah dan pekerjaan remeh, yang tidak penting apa lagi gak bermutu.

Intinya, pemilik himmah yang tinggi adalah manusia-manusia langka yang bakal mengukir namanya dalam lembaran sejarahkehidupan manusia. Pemilik himmah yang tinggi tidak akan puas dengan hasil minimal dan kerja asal-asalan, dan tidak akan pernah rela kecuali setelah ia mengerahkan semua energinya untuk menggapai hasil kerja yang optimal yang bisa ia raih. Hingga ia meraih cita-citanya yang tertinggi : menggapai ridha-Nya dan menapaki Jannah-Nya.[]

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *