Cermin

cermin

Saat bercermin kita selalu “Memperbaiki Penampilan”. Apabila ada NODA / ada yang tidak indah dipandang, LANGSUNG kìta hilangkan NODA agar menjadi indah dipandang. Kenapa ? Karena kita INGIN CEPAT DIPANDANG INDAH. Yang dilihat, yang ditampilkan agar selalu dipandang orang lain baik. TIADA penundaan untuk perbaikan.

Itulah fisik yang ingin dilihat baik.

Saat sakit, kita berusaha untuk menghilangkan penyakit ini. Agar menikmati hidup. Apabila badan terasa sakit, LANGSUNG berusaha untuk menghilangkan penyakit. Kenapa ? Karena kita INGIN CEPAT NYAMAN ( sehat ). TIADA penundaan untuk perbaikan (kesehatan).

Itulah fisik yang selalu kita inginkan stabil (sehat).

Bagaimana jiwa kita ?.
Padahal yang sangat menentukan kebahagian paling utama adalah jiwa baru materi.

Tidak aneh wanita cantik tidak dijamin lebih bahagia dari yang berwajah biasa saja. Orang sehat sempurna organ tubuhnya tidak jaminan lebih bahagia daripada yang cacat.

Bila kita bercermin melihat ada NODA / ada yang “tidak baik dalam jiwa kita” apakah LANGSUNG kita perbaiki ?.. atau MENUNDA.

Yang lebih tragis lagi bila terasa NODA jiwa atau jiwa kurang stabil ( kurang sehat ), TIDAK LANGSUNG berbuat memperbaiki jiwa BAHKAN MEMBIARKAN.

Saat tutur kata kita menggambarkan “Keluh Kesah” mengapa kita TIDAK LANGSUNG memperbaiki cara berpikir kita agar tidak lagi berkeluh kesah ?.

Saat kita berkata kata yang “merendahkan” orang lain, menyinggung perasaan orang lain, merasa diri paling benar, paling suci dan orang lain sesat, kita TIDAK LANGSUNG memperbaiki jiwa kita, bahkan yang lebih mengerikan kita tetap merasa jiwa kita stabil dan sehat, padahal sakit.

Yang lebih parah, apabila kita marah. Meluapkan isi hati yang panas, memaki, mengumpat, dilanjutkan dengan ghibah serta mencari kesalahan orang lain. Lalu kita TIDAK LANGSUNG bergegas memperbaiki jiwa yang kotor.
Bahkan merasa paling benar (naudzu billah).

Baca juga:   Bukan Pertemanan Transaksional, Arti Hidup pada Memberi

Saat kita berbicara menceritakan kehebatan diri kita dan jasa jasa diri kita, kita TIDAK LANGSUNG beristighfar, justru semakin bangga dan senang mendapatkan acungan jempol dari manusia. Padahal ada yang salah dalam jiwa ini.

Banyak lagi dosa dosa yang kecil yang jadi noda jiwa. Tapi tidak bersegera membersihkannya. Seperti menunda nunda shalat,  jarang sekali membaca al-Quran, bagi laki laki jarang ke masjid dan lain sebagainya yang menggambarkan noda noda jiwa.

Perilaku bagi orang “bercermin” adalah ISTIGHFAR.
CERMIN KITA ADALAH AL-QURAN DAN HADITS, cermin yang sejati dan murni karena ITU WAHYU suci perkataan Ilahi.

Maka orang beriman selalu ber – ISTIGHFAR telah membangun kerangka berpikirnya, selalu LANGSUNG memperbaiki jiwa bila ada yang tidak baik.

Orang yang level imannya tinggi, AKAN MALU bila ingin membanggakan diri, karena itu adalah NODA jiwa atau “Gambaran Ketidakstabilan “.

Orang beriman selalu bicara kekurangannya dan berusaha untuk memperbaiki.

Orang beriman selalu sibuk dengan kekurangannya bukan mengekspos kebaikan serta jasanya.

Orang beriman selalu memperbaiki yang “dirasakan tidak baik” dalam jiwanya.

Inilah arti ayat alquran BERSEGERALAH MEMINTA  AMPUNAN kepada Allah.

Paradigma ISTIGHFAR adalah selalu merasa kurang baik agar berbuat yang terbaik.

Beda dengan jiwa kotor, selalu merasa baik maka tidak berpikir bagaimana menjadi yang terbaik.

Orang yang berpikir “saya harus lebih baik” hanyalah orang yang merasa belum baik.

Islamic Character Development ICD
Ikutilah kajian rutin ICD di MRPI
Masjid Raya Pondok Indah setiap hari senin jam 09.30 – selesai.

Follow:
Facebook : Kajian Akhlak ICD
Twitter      : @character_icd
Web.         : www.icd-edu.id

Sumber: BC Ust. Arifin Jayadiningrat [ Direktur ICD Jakarta ]

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *