Cermin Nabi Adam

Hiruk pikuk komentar terhadap kejadian kejadian yang terasa menjengkelkan sering mewarnai tulisan di group WA atau sosial media lainnya.

Banyak komentar selalu menyalahkan faktor eksternal ( pihak luar ). Atau mencibir orang yang menurut kita salah atau melenceng.

Energi habis tanpa disadari untuk hal yang tidak penting hanya karena emosi reaktif dan eronisnya tumbuh kebiasaan kebiasaan gemar menyalah nyalahkan orang lain walaupun apabila memang orang lain itu sudah jelas salahnya.

Hal ini juga sering terjadi di dalam rumah tangga kita. Hubungan suami isteri, hubungan orangtua dan anak, hubungan kita dan siapapun.

Acap kali bila ada kejadian yang menjengkelkan tumbuh kebiasaan menyalahkan orang lain atau faktor luar.

Kita belum banyak paham doa Nabi Adam. Kita harus punya Habit of mind bapak kita Nabi Adam saat beliau bersama Hawa mengalami kesengsaraan akibat terusir dari sorga.

Keduanya berdoa ربنا ظلمنا انفسنا Ya Tuhan kami sungguh benar kami benar benar berbuat salah (dzolim) terhadap diri kami sendiri.

Pernahkah kita memahami kata ظلمنا انفسنا Ini mengoreksi diri sendiri secara berjamaah. Inilah cermin yang digunakan Nabi Adam dan Hawa untuk melangkah yang lebih baik.

Pelajaran sangat besar kisah Nabi Adam dan Hawa, mereka tidak mengeritik Syetan si Pembujuk dan Perayu sampai keduanya dikeluarkan dari Sorga.

Keduanya tidak menyalah nyalahkan syetan. Walaupun syetan sudah pasti salahnya. Nabi Adam juga tidak menyalahkan Hawa. Hawa pun demikian tidak menyalahkan Adam. Mereka mengatakan kami terdzolimi diri kami sendiri. Kita harus bangun Habit of self-correction kebiasaan bercermin, kebiasaan mengoreksi diri sendiri baik secara individual atau komunal.

Hal ini akan kita dapatkan juga dalam doa Nabi Yunus. Habit of mind اني كنت من ااظالمين Sungguh aku benar termasuk orang orang yang dzolim. Memang kesengsaraan Dzun Nun Nabi Yunus karena ada yang salah dalam dirinya. Tidak menyalahkan ikan paus yang menelannya.

Baca juga:   Apakah Perbedaan Fix Mindset dan Growth Mindset

Mari kita mulai membiasakan cara berpikir self correction bukan kebiasaan blaming others menyalahkan orang lain. Jangan buang energi kita di dalam jebakan menghakimi ( judgement ) terhadap orang salah walaupun memang benar benar salah.

Energi kita akan lebih positif bila kita membenahi diri kita. Ingat bahwa hidup itu ujian untuk ليبلوكم ايكم احسن عملا Untuk menguji kalian siapa yang terbaik perbuatannya. Tidak dikatakan “yang baik perbuatannya” tetapi dikatakan احسن yaitu yang terbaik atau yang paling baik. Camkan dalam hati kita. Hanya orang yang merasa belum baik sajalah yang berpikir “bagaimana yang terbaik”. inilah growth mindset.

Sebaliknya orang yang merasa sudah baik tidak mampu berpikir “bagaimana yang terbaik”. Ini namanya fix mindset. Tulisan ini bukan mematikan analisa kritik kita terhadap kemungkaran. Tetap wajib membangun الغيرة الاسلامية Bila ada kemungkaran kita harus bergerak, tidak boleh diam.

Wajib bagi setiap individu muslim memiliki rasa ghirah terhadap agama Islam. Akan tetapi tulisan ini hanya mengingatkan kita agar tidak terjebak dalam kubangan gemar menyalah nyalahkan orang lain tanpa mengoreksi diri sendiri.

Membuang energi dalam hal yang kecil kecil. Pekerjaan Rumah kita banyak sekali untuk membangun umat , hal ini tidak bisa diselesaikan kecuali kita bersinergi dalam hal hal yang besar.

Jangan membahas masalah masalah yang tidak penting.

Think Big.. Believe Big…Act Big.. And the result will be BIG.

Bangunlah Think, Act and Reflect.

Salam bercermin seperti ayah kita Nabi Adam. Stop blaming others. ICD ( Islamic Character Development )

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *