Secara kependudukan, umat Islam di Indonesia terhitung banyak. Sahut sahutan adzan mudah kita dengar dimana mana, pengajian dan kajian juga ada dimana mana.
Jumlah yang sedemikian banyak belum sesuai dengan kotribusi yang menonjol yang muncul dari keislaman umatnya.
Kita masih merasakan wc di mall dan hotel lebih terjaga kebersihannya dari tempat wudhu masjid dan musholla.
Islam mengajarkan kebersihan dan terus mendorong kita untuk berfikir. Aksi 411, 212 dan aksi sebelumnya menyadarkan umat Islam banyak hal.
Satu dua muslim buang sampah atau injak taman sembarangan dapat terekspose untuk menodai umat Islam secara keseluruhan.
Tiba-tiba banyak orang mendapat “hidayah” tentang banyaknya berita bohong yang beredar. Tiba-tiba saja banyak orang menjadi terbiasa bertabayun, cek dulu kebenaran berita sebelum forward begitu saja.
Maka dalam buih buih yang terkonsentrasi itu, mulai terjadi defoaming, gelembung-gelembung kecil yang terpecah menyatu dalam aliran yang semakin terarah.
Yang hadir di Monas, dalam hitungan kerumunan adalah kumpulan yang rapi, masif, dan beradab. Mereka mencintai negeri, terlihat dalam Indonesia Raya yang kolosal. Mereka mencintai agama, dalam takbir yang tak putus-putus. Mereka bukan kumpulan gelembung yang menjadi buih; manalah mungkin sekantung berlian dikatakan buih? Merekalah tulang sumsum kemuliaan.
Hadits Nabi tidak salah. Buih itu justru kita yang terserak disana sini. Tanpa ikatan, kopong tanpa isi, terbang terikut angin, mudah pecah.