AHMADBINHANBAL.COM – Berikut ini saya rangkum doa doa sunah ketika terjadi hujan deras, angin kencang atau ketika terjadi gempat. Sila dibaca keterangan doanya dan diamalkan, semoga bermanfaat.
Doa Ketika Hujan Deras
Aisyah radhiyallahuanha meriwayatkan hadis yang dibaca Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika turun hujan yaitu:
اللهم صيـباً نافعاً
Allahumma shayyiban naafi’an
Artinya:
“Ya Allah jadikanlah hujan ini bermanfaat.” (HR. Abu Dawud No 5099, An-Nasai No 1523, Ibnu Majah No 3890)
Dalam riwayat Muslim disunnahkan juga menyebut hujan dengan ‘Rahmat‘. Dari Aisyah radhiyallahuanha bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika turun hujan mengatakan: “rahmah (rahmat).” (HR Muslim)
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhni radhiyallahuanhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam salat Subuh bersama kami di Hudaibiyah ketika akhir malam dan turun hujan, setelah selesai Beliau menemui manusia dan mengatakan, “Apakah kalian tahu apa yang telah difirmankan Tuhan kalian?” Mereka para Sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Nabi bersabda: “Ada segolongan dari hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan melakukan kekafiran. Adapun orang yang mengatakan:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ
muthirnaa bi fadhlillahi wa rahmatihi
Artinya:
‘telah turun hujan karena keutamaan dan rahmat Allah’,
dia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada prakiraan bintang . Adapun yang mengatakan, “Turun hujan karena begini dan begini” dia kafir kepada-Ku dan beriman kepada perkiraan bintang.” (HR Bukhari No 846)
Orang Arab jahiliyah ketika turun hujan sering mengkaitkan dengan ramalan bintang. Ketika Islam datang, menghapus keyakinan ini dan menyandarkan hujan kepada Allah subhanahu wa ta’ala bukan karena bintang ini jatuh atau sebab lain. Peringatan ini juga untuk manusia modern seperti sekarang, dimana banyak yang mengkaitkan fenomena alam seperti hujan bukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala tetapi kepada selain-Nya.
Adapun jika seseorang mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini”, dan maksud dari ucapan itu hanya sebagai pertanda waktu atau musim saja, sedangkan ia tetap meyakini bahwa ketentuan hujan itu tetap ada pada kehendak dan kuasa Allah subhanahu wa ta’ala maka ia tidaklah kufur dengan ucapan itu. Sebab, Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan waktu musim panas, musim dingin, musim semi dan musim-musim lainnya. Dan hal ini merupakan sunatullah pada alam yang bisa diketahui melalui pengalaman dan penelitian.
Sebuah hadits menyebutkan tentang doa untuk menghindarkan sebuah wilayah dari banjir.
Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahuanhu, beliau menceritakan, bahwa pernah terjadi musim kering selama setahun di masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam sampai akhirnya datang hari jumat, ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat jumatan. Anas mengatakan: Ada seseorang yang masuk masjid dari pintu tepat depan mimbar pada hari jum’at.
Sementara Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika itu sedang berdiri berkhutbah. Kemudian dia menghadap ke arah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan berdiri dan mengatakan, ‘Ya Rasulullah, ternak pada mati, tanah pecah tidak bisa dilewati, karena itu berdoalah kepada Allah agar Dia menurukan hujan untuk kami.’ Spontan Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengangkat tangan Beliau, dan membaca doa:
اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا
allahuma asqinaa, allahumma asqinaa allahumma asqinaa
Artinya:
“Ya Allah, berilah kami hujan…, Ya Allah, berilah kami hujan.., Ya Allah, berilah kami hujan.”
Anas melanjutkan kisahnya: Demi Allah, sebelumnya kami tidak melihat ada mendung di atas, tidak pula awan tipis, langit sangat cerah. Tidak ada penghalang antara kami dengan bukit Sai’. Namun tiba-tiba muncul dari belakangnya awan mendung seperti perisai. Ketika mendung sudah persis di atas kita, turun hujan.
Anas menegaskan, “Demi Allah, kami tidak melihat matahari selama 6 hari.” Kemudian pada hari jumatnya, datang seseorang dari pintu yang sama, ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdiri menyampaikan khutbah. Dia menghadap Nabi shallallahu alaihi wa sallam sambil berdiri. Dia mengatakan, ‘Ya Rasulullah, banyak ternak yang mati, dan jalan terputus. Karena itu, berdoalah kepada Allah agar Dia menahan hujan.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya, dan berdoa:
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا، وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Allahumma hawaalaina wa laa ’alaina. allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari
Artinya:
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami dan tidak di atas kami. Ya Allah turunkan hujan di bukit-bukit, pegunungan, dataran tinggi, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan.” Tiba-tiba hujan langsung berhenti. Kami keluar masjid di bawah terik matahari. Syarik berkata kepada Anas bin Malik: Apakah dia lelaki yang datang pertama kali? Anas menjawab: ‘Aku tidak tahu’.” (HR. Bukhari No 1014, Muslim No 897)
Dari hadis di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melantunkan doa ketika lama tidak turun hujan yang mengakibatkan ternak pada mati, tanah pecah tidak bisa dilewati dan doa ketika banyak ternak yang mati, dan jalan terputus akibat terlalu sering hujan.
Ibnu Daqiqil Al ‘Id ketika menjelaskan hadis ini mengatakan, “Hadis ini merupakan dalil bolehnya berdoa memohon dihentikan dampak buruk hujan, sebagaimana dianjurkan untuk berdoa agar turun hujan, ketika lama tidak turun. Karena semuanya membahayakan.” (Ihkam Al-Ahkam, 1/357)
Mengenai doa menghadapi banjir yang viral, yang diambil dari bagian surah Hud ayat 44. Biasanya orang yang menggunakannya mengambil bagian dari ayat berikut.
يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ
Yaa ardubla ‘ii maa aki wa yaa samaa-u aqli’ii wa ghiidol maa-u
Artinya :
“Wahai bumi ! Telanlah airmu, dan wahai langit (hujan !) berhentilah.”
Apakah doa di atas merupakan doa yang baik di saat banjir melanda? Dalam doa tersebut ada lafal yang ditinggalkan yaitu kata ‘qīla’ dan ayat akhirnya ‘lil qaumiẓẓālimīn’ yang menunjukkan bahwa air yang turun dari langit tersebut merupakan azab dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada kaum yang kafir. Bisa jadi tidak pas untuk digunakan kepada musibah yang dialami orang-orang beriman seperti saat ini. Lebih baik menggunakan doa ma’tsur yang diajarkan Nabi.
Doa Ketika Angin Kencang
Apa yang perlu kita lakukan saat angin bertiup kencang adalah berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bukan malah mencela dan mencaci-makinya. Betapapun kencangnya angin yang berhembus, kita harus tetap menjaga lisan dari segala bentuk cacian dan makian.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang keras perbuatan mencaci maki angin dan mengajarkan kita agar berdoa meminta kebaikannya dan berlindung dari keburukannya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الرِّيحُ من رَوْحِ الله، تأتي بالرَّحمة، وتأتي بالعَذَاب، فإذا رَأَيْتُمُوهَا فَلاَ تَسُبُّوهَا، وسَلُوا الله خَيرها، واسْتَعِيذُوا بالله من شرِّها
“Hembusan angin adalah rahmat Allah, terkadang mendatangkan rahmat dan terkadang mendatangkan siksa. Apabila kalian merasakannya maka janganlah kalian memakinya, tetapi mintalah kepada Allah kebaikan angin tersebut dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya.” (Hadis sahih – Diriwayatkan oleh Nasā`i).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menghimbau orang beriman supaya senantiasa ingat kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar mereka selalu dalam limpahan rahmat dan kasih sayang Allah. Azab yang telah menimpa kaum terdahulu disebabkan kesalahan mereka. Maka Nabi ketika melihat angin kencang segera memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menurunkan kasih sayang-Nya agar angin yang sedang bertiup kencang tidak menjadi azab.
Saat melihat dan merasakan angin bertiup kencang, hendaklah kita mengucapkan doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berikut:
Dari Aisyah radhiyallahu’anha, ia berkata: Adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam apabila angin bertiup kencang beliau berdoa,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
Allāhumma innī asaluka ẖairahā wa ẖaira māfiihā wa ẖaira mā ursilat bihi wa a’ūḏubika min šarrihā wa šarri māfiihā wa šarri mā ursilat bihi
Artinya:
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.” (HR. Muslim No 2122)
Dari Ubay bin Ka’ab dengan redaksi lain. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mencaci angin. Lalu apabila engkau melihat yang tidak menyenangkan, maka berdoalah:
اَللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيْحَ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيْحَ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ
Allāhumma innā nasaluka min ẖairi hāḏihir rīḥ wa ẖairi mā fiihā wa ẖairi mā umirat bihi wa na’ūḏubika min šarri haḏihir riḥ wa šarri mā fiihā wa šarri mā umirat bihi
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.” (HR. Al-Tirmidzi)
Doa lain saat angin bertiup kencang. Dari Salamah bin ‘Amr bin Al Akwa’ radhiyallahu‘anhum, berkata: “Nabi shallallahu alaihi wa sallam apabila angin bertiup kencang, beliau shallallahu alaihi wa sallam berdoa:
اَللَّهُمَّ لَقَحًا لَا عَقِيْمًا
Allāhumma laqaḥan lā ‘aqīman
Artinya:
Ya Allah, datangkanlah angin ini dengan membawa air, bukan membawa kegersangan [Al Adabul Mufrad]
Laqaḥan artinya angin yang membawa air, seperti punuk unta yang selalu membawa air. Di surah Al-Hijr ayat 22 disebutkan ayat yang artinya “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan” maksudnya membawa awan, tanaman dan sebagainya.
Lā ‘aqīman artinya angin yang tidak membawa air, seperti hewan mandul yang tidak memiliki anak.
Disebutkan hadis riwayat Abdullah bin Abbas radhiyallahu‘anhuma, bahwa tidaklah angin bertiup kencang, ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dalam kendaraannya kemudian membaca.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رَحْمَةً، وَلَا تَجْعَلْهَا عَذابًا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رِيَاحًا وَلَا تَجْعَلْها رِيْحًا
Allāhummaǧ’alhā raḥmatan walā taǧ’alhā ‘aḏāban, allāhumaǧ’alhā riyāḥan walā taj’alhā rīḥan.
Artinya:
“Ya Allah jadikan angin ini sebagai rahmat dan jangan jadikan sebagai adzab. Ya Allah jadikan angin ini pembawa berita gembira, dan jangan jadikan angin ini pembawa azab (HR. At-Thabrani No 11533, Musnad Abu Ya’la 4/341)
Doa ini mengandung makna yang agung, redaksinya bisa kita temukan dalam ayat Al-Quran. Kata rīḥan sering berkonotasi azab, seperti dalam surah Al-Qamar ayat 19, surah Az-Zariyat ayat 41, surah Al-Hijr ayat 22 dan berkonotasi baik dalam surah Ar-Rum ayat 46.
Maka dengan ayat ini menjadi jelas makna permohonan yang terkandung dalam hadits yaitu ‘Ya Allah jadikan angin ini pembawa berita gembira, kebahagiaan dan ketenangan sebagaimana Engkau sampaikan dalam kitab-Mu dan jangan jadikan angin ini pembawa azab dan kejahatan, sebagaimana Engkau sampaikan dalam kitab-Mu.’
Beberapa peneliti riwayat hadis, menyebut riwayat hadis ini lemah (daif), sedangkan doa yang dipastikan sahih adalah doa riwayat Muslim yang berbunyi “ Allāhumma innī asaluka ẖairahā wa ẖaira māfiihā wa ẖaira mā ursilat bihi wa aūḏubika min šarrihā wa šarri māfiihā wa šarri mā ursilat bihi.”
Selain membaca doa tersebut, kita dianjurkan untuk membaca Mu’awidzatain yaitu surah Al-Falaq dan surah Al-Al-Nas.
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir radhiyallahuanhu berkata, “Suatu saat, aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di tempat antara Juhfah dan Abwa’. Tiba-tiba kami diselimuti angin dan gelap yang pekat. Maka Rasulullah berta’awudz ‘Qula’ūḏu birabbil falaq dan Qula’ūḏu birabbin nās’. Kemudian beliau bersabda, ‘Hai Uqbah, mintalah perlindungan dengan keduanya. Tidak ada seorang pun yang berlindung (lebih baik) seperti keduanya“. (HR. Ubnu Mardawaih, Baihaqi, dan Hakim mensahihkannya).
Berdasarkan hadis Uqbah di atas, kita bisa membaca Mau’izatain bukan hanya saat angin kencang, tetapi juga dalam keadaan gelap atau perasaan takut lainnya. Membaca mauizatain bersama doa ma’stur lainnya untuk menjaga diri ketika pagi hari dan sore hari.
Doa Ketika Terjadi Gempa
Bencana gempa juga merupakan salah satu kejadian yang dianjurkan bagi Muslim untuk berdoa pada peristiwa tersebut.
Adapun lafal doa yang dianjurkan saat petistiwa gempa adalah sebagai berikut:
Abdullah bin Umar radhiyallahu‘anhuma meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam apabila bermusafir dan tiba waktu malam, maka Baginda akan berdoa:
يَا أَرْض رَبِّي وَرَبُّكَ الله، أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّكَ، وَمِن شَرِّ مَا فِيْكَ، وَشَرِّ مَا خُلِقَ فِيْكَ، وَشَرِّ مَا يَدِبُّ عَلَيْكَ.
Yā arḍu rabbī wa rabbukallāh, a’ūḏubillāhi min šarrik wamin šarri mā fīka, wamin šarri mā ẖuliqa fīka wamin šarri mā yadibbu ‘alaika
Artinya:
“Wahai bumi, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Aku berlindung kepada Allah daripada keburukanmu, daripada keburukan yang terkandung di dalammu, daripada keburukan yang diciptakan yang terkandung di dalammu, dan daripada keburukan yang melata atas dasarmu”. (HR Abu Dawd, dinilai Hasan oleh Ibn Hajar)
Al-‘Azīm al-‘Abbādī, penulis ‘Awn al-Ma’būd Syarh Sunan Abī Dawd menulis bahwa maksud memohon perlindungan daripada keburukan bumi adalah memohon perlindungan daripada bencana yang berlaku pada zat bumi, seperti gempa, tanah longsor, dan semisalnya.
Lafal doa lain.
Doa lainnya:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
Allāhumma innī a’ūḏubika min zawāli ni’matika, watahawwuli ‘āfiyatika wa fuǧāati niqmatika wa ǧamīi saẖatika
Artinya:
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, dan dari pindahnya keselamatan yang Engkau berikan, dan dari kedatangan sangsi-Mu yang tiba-tiba, serta dari seluruh murka-Mu’.” (Doa ini diriwayatkan oleh Muslim)
Sebagian ulama menganjurkan untuk membaca doa ini ketika terjadi bencana banjir, longsor atau gempa yang datang secara tiba-tiba seperti hari-hari ini.
Semoga Allah Ya Salam, selamatkan saudara kita yang sedang tertimpa gempa atau musibah lainnya dan memberi ketegaran dan kekuatan untuk menghadapi musibah tersebut serta tetap khusnudzan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
***
Referensi:
Jumal Ahmad. 2023. Tadabbur Doa Sehari Hari, Jakarta, Islamic Character Development