Doa Ketika Banjir dan Hujan Deras

Tiga hari terus menerus kota Jakarta diliputi hujan lebat, hampir jarang sang matahari menampakkan sinarnya. Dalam keadaan seperti ini manusia sering panik dan menyalahkan alam dan kondisi banjir.

Hujan adalah nikmat dan anugerah yang diturunkan Allah swt. Turunnya hujan memberikan kehidupan bagi manusia, hewan dan tumbuhan, jika hujan tidak turun akan menghancurkan kehidupan. Islam telah mengajarkan kepada kita bentuk bentuk doa ketika ada hujan, setelah hujan dan doa ketika ada hujan lebat atau banjir.

Doa Ketika Ada Hujan Deras

Tidak bisa dipungkiri bahwa selain membawa rahmat, terkadang turunnya hujan juga bisa mengakibatkan bencana bagi sebagian orang atau sekelompok orang. Di samping kegembiraan dan keceriaan, hujan yang turun juga bisa menyebabkan duka lara serta jerit tangis manusia.

Tidak sedikit rumah-rumah hanyut terbawa arus banjir sehingga menghabiskan seluruh harta benda dan menewaskan semua penghuni di dalamnya. Tidak sedikit rumah-rumah yang tertimbun tanah karena tanah longsor akibat hujan deras.

Jika kita amati, musibah banjir saat ini lebih sering kita temui daripada dulu. Bahkan, di sebagian daerah tertentu, banjir seakan bisa dikatakan telah menjadi agenda tahunan.

Aisyah ra meriwayatkan hadis yang dibaca Rasulullah saw jika turun hujan yaitu:

” اللهم صيـباً نافعاً “

ALLAHUMMA SHAYYIBAN NAAFI’AN

“Ya Allah jadikanlah hujan ini bermanfaat” (HR Bukhari)

Dalam riwayat Muslim disunnahkan juga menyebut hujan dengan ‘Rahmat‘.
Dari Aisyah ra bahwa Nabi saw ketika turun hujan mengatakan:

“رحمة “

“RAHMAT” (HR Muslim)

Membaca doa ini semoga bisa menghindarkan bahaya bagi orang lain menjadi manfaat dan rahmat, selain pahala sunnah yang didapat dari membaca doa ini.

Doa Setelah Turun Hujan

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhni ra berkata: Rasulullah saw shalat subuh bersama kami di Hudaibiyah ketika akhir malam dan turun hujan, setelah selesai Beliau menemui manusia dan mengatakan, “Apakah kalian tahu apa yang telah difirmankan Tuhan kalian?” Mereka para Sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Nabi bersabda: “Ada segolongan dari hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan melakukan kekafiran. Adapun orang yang mengatakan:

مُطِرنا بفضل الله ورحمته

MUTHIRNAA BI FADHLILLAHI WA RAHMATIHI

‘telah turun hujan karena keutamaan dan rahmat Allah’, dia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada prakiraan bintang . Adapun yang mengatakan, “Turun hujan karena begini dan begini” dia kafir kepada-Ku dan beriman kepada perkiraan bintang” (HR Bukhari Muslim)

Orang Arab jahiliyah ketika turun hujan sering mengkaitkan dengan ramalan bintang. Ketika Islam datang, menghapus keyakinan ini dan menyandarkan hujan kepada Allah bukan karena bintang ini jatuh atau sebab lain.

Meskipun ini ada di masa Jahiliyah Islam, tetapi peringatan ini juga untuk manusia modern seperti sekarang, dimana banyak yang mengkaitkan fenomena alam seperti hujan bukan kepada Allah tetapi kepada selain-Nya.

Ulama al-muhaqqiqin berkata, “Barangsiapa menisbatkan suatu perbuatan kepada masa secara hakiki, maka ia telah kafir. Dan barangsiapa lisannya mengucapkan kata-kata itu dengan tanpa meyakini hal tersebut, maka ia tidaklah kafir. Tapi mengucapkannya termasuk sesuatu yang makruh karena menyerupai dengan orang-orang kafir secara mutlak”.

Jika seseorang mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini”, dan maksud dari ucapan itu hanya sebagai pertanda waktu atau musim saja, sedangkan ia tetap meyakini bahwa ketentuan hujan itu tetap ada pada kehendak dan kuasa Allah Swt maka ia tidaklah kufur dengan ucapan itu. Sebab, Allah Swt yang menciptakan waktu musim panas, musim dingin, musim semi dan musim-musim lainnya. Dan hal ini merupakan sunnatullah pada alam yang bisa diketahui melalui pengalaman dan penelitian.

Doa Agar Terhindar Dari Banjir

Sebuah hadits menyebutkan tentang doa untuk menghindarkan sebuah wilayah dari banjir.

Dari sahabat Anas bin Malik ra, beliau menceritakan, bahwa pernah terjadi musim kering selama setahun di masa Nabi saw. sampai akhirnya datang suatu hari jumat, ketika Nabi saw dan para sahabat jumatan. Anas mengatakan: Ada seseorang yang masuk masjid dari pintu tepat depan mimbar pada hari jum’at.

Sementara Rasulullah saw ketika itu sedang berdiri berkhutbah. Kemudian dia menghadap ke arah Nabi saw dengan berdiri dan mengatakan, ‘Ya Rasulullah, ternak pada mati, tanah becah tidak bisa dilewati, karena itu berdoalah kepada Allah agar Dia menurukan hujan untuk kami.’ Spontan Nabi saw mengangkat tangan beliau, dan membaca doa:

اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا

ALLAHUMA ASQINAA, ALLAHUMMA ASQINAA ALLAHUMMA ASQINAA

“Ya Allah, berilah kami hujan…, Ya Allah, berilah kami hujan.., Ya Allah, berilah kami hujan.”

Anas melanjutkan kisahnya: Demi Allah, sebelumnya kami tidak melihat ada mendung di atas, tidak pula awan tipis, langit sangat cerah. Tidak ada penghalang antara kami dengan bukit Sal’. Namun tiba-tiba muncul dari belakangnya awan mendung seperti perisai. Ketika mendung sudah persis di atas kita, turun hujan.

Anas menegaskan, “Demi Allah, kami tidak melihat matahari selama 6 hari.” Kemudian pada hari jumatnya, datang seseorang dari pintu yang sama, ketika Rasulullah saw berdiri menyampaikan khutbah. Dia menghadap Nabi saw sambil berdiri. Dia mengatakan, ‘Ya Rasulullah, banyak ternak yang mati, dan jalan terputus. Karena itu, berdoalah kepada Allah agar Dia menahan hujan.’ Kemudian Nabi saw mengangkat kedua tangannya, dan berdoa:

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا، وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

ALLAHUMMA HAWAALAINA WA LAA ’ALAINA. ALLAHUMMA ’ALAL AAKAMI WAL JIBAALI, WAZH ZHIROOBI, WA BUTHUNIL AWDIYATI, WA MANAABITISY SYAJARI

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami dan tidak di atas kami. Ya Allah turunkan hujan di bukit-bukit, pegunungan, dataran tinggi, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan.” Tiba-tiba hujan langsung berhenti. Kami keluar masjid di bawah terik matahari. (HR. Bukhari – Muslim).

Dari hadis di atas, Rasulullah saw melantunkan doa ketika terjadi banjir, akibat terlalu sering hujan.

See the source image

Doa ini bisa anda baca dalam kondisi banjir seperti yang terjadi di ibu kota. Dengan harapan, semoga Allah tidak menimpakan hujan itu sebagai adzab, namun menjadi rahmat. Hujan itu turun di tempat yang subur dan bermanfaat bagi tanaman.

Ibnu Daqiqil Al ‘Id ketika menjelaskan hadits ini mengatakan, “Hadis ini merupakan dalil bolehnya berdoa memohon dihentikan dampak buruk hujan, sebagaimana dianjurkan untuk berdoa agar turun hujan, ketika lama tidak turun. Karena semuanya membahayakan.” (Ihkam Al-Ahkam, 1/357)

Jika doa di atas terlalu panjang, Anda bisa membaca bagian depan:

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا، وَلاَ عَلَيْنَا

ALLAHUMMA HAWAALAINA WA LAA ‘ALAINAA

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami dan tidak di atas kami.”

Baca doa ini berulang-ulang. Juga dianjurkan bagi khatib untuk membaca doa ini ketika Shalat Jumat, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw di atas.

Sementara itu, Ustadz Ahmad Sarwat, Lc, MA, menjelaskan bahwa doa ini tidak selalu relevan dengan kondisi sebuah tempat. Dalam soal ujian beliau ketika kuliah S-2 dengan dosen KH. DR. Ali Mustafa Ya’qub. MA. Soalnya kurang lebih menanyakan apakah doa Nabi saw di atas itu relevan buat orang Jakarta?

“Sebab banjir di Jakarta itu terjadi bukan semata-mata karena hujan yang turun dari atas ibu kota, tetapi justru yang dahsyat karena adanya kiriman banjir dari puncak dan Bogor. Jakarta bisa saja cerah bermandikan cahaya matahari, tetapi kiriman banjir dari arah selatan, khususnya pintu air Katulampa di Bogor sana, akan tetap jadi bencana buat Jakarta.

Kalau doa kita seperti doa Rasulullah saw di atas itu, yaitu jangan turunkan hujan di atas Jakarta, tapi di luar kota Jakarta (baca: Puncak dan Bogor), maka Jakarta akan tetap banjir juga.

Maka dalam memahami hadits perlu adanya ilmu fiqih, biar kita tahu duduk perkara suatu masalah. Tidak boleh begitu saja kita main copy paste teks hadits, padahal tidak relevan,” terang beliau.

Oleh karena itu, jika berdoa dengan teks doa dari Rasulullah saw tersebut, kita juga berharap agar hujan turun di wilayah lain yang tidak menyebabkan banjir lainnya.

Mengenai doa menghadapi banjir yang viral yang diambil dari bagian surat Hud ayat 44. Biasanya orang yang menggunakannya mengambil bagian dari ayat berikut.

يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ

YAA ARDUBLA ‘II MAA AKI WA YAA SAMAA-U AQLI’II WA GHIIDOL MAA-U

Artinya : {” Wahai bumi ! Telanlah airmu, dan wahai langit (hujan !) berhentilah “} (QS. Surah Hud : 44)

Apakah doa di atas merupakan doa yang baik di kala banjir seperti ini?

Menurut Ust. Syari Abdur Rahman dari Tadabbur Center bahwa meninggalkan kalimat قيل dan ayat akhirnya للقوم الظالمين sudah menunjukkan bahwa air yang turun dari langit tersebut merupakan azab dari Allah SWT kepada kaum yang kafir. Menurut beliau, tidak pas untuk digunakan kepada musibah yang dialami orang orang beriman seperti saat ini.

Meski demikian, menurut kami, tidak apa apa bertawassul dan bertabarruk dengan ayat Al Quran, termasuk doa di atas. Namun lebih baik menggunakan doa ma’tsur yang diajarkan Nabi yang penuh berkah dan mujarab. Semoga Allah SWT mengabulkan permintaan kita dan menjauhkan daripada musibah dan bencana. Wallahu a’lam.

Sumber:

http://mawdoo3.com/دعاء_نزول_المطر

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *