Dunia Dimulai dari Tulisan

“Bila engkau bukan anak raja dan engkau bukan ana ulama besar, maka jadilah penulis”. (Syaikh Imam al-Ghazali)

Siapa pun antum dari mana asal antum, lahir dalam dan lingkungan keluarga apa pun diri antum, berapa banyak uang saku di kantong celana antum, cantik, tampan, atau seksi, semua itu tidak penting untuk dibicarakan, semuanya bisa jadi penulis.

Dunia kepenulisan adalah dunia yang paling terbuka, di antara berbagai macam dunia yang ada. Profesi menjadi seorang penulis memiliki syarat yang berbeda dari profesi-profesi lainnya.

Ketika antum memilih menjadi penulis, antum sesungguhnya memilih menjadi sesuatu yang besar. Mengapa demikian? Tentu saja, karena dunia ini sesungguhnya tidak dimulai dari apapun, kecuali dari tulisan.

Pada mulanya, tulisan memang berasal dari gagasan. Gagasan itu sendiri berasal dari aktivitas akal pikiran manusia ketika menghadapi alam sekeliling kehidupannya. Akan tetapi, sebesar apa pun sebuah gagasan yang dibangun dan dilahirkan seorang manusia, ia tetap saja akan hanya menjadi gagasan, yang tidak memiliki manfaat apa pun manakala tidak ditulis (diikat dengan tulisan).

Temuan-temuan brilian Albert Einsteins misalnya, atau pemikiran-pemikiran cerdas Sir Isaac Newton misalnya, atau ulama-ulama besar seperti Imam Nawawi, Imam Syafi’i dan Ibnu Taimiyah mustahil diketahui dan mustahuil bermanfaat, jika gagasan itu tidak ditulis dan dibiarkan saja berada di akal pikiran.

Sepanjang waktu kita barangkali tidak akan pernah mengenal siapa Ibnu Bathuthah, Maha Patih Gajah Mada, Sultan Agung, Buya Hamka, dan lain sebagainya, ketika tidak ada tulisan. Kita tidak akan pernah tahu bagaimana hal-ihwal penemuan mesin uap, penemuan listrik, pesawat terbang, kertas dan lain sebagainya, jika tidak ada tulisan yang memperkenalkan gagasan tersebut.

Baca juga:   Satu Juta Pembaca

Pendeknya, tanpa adanya kegiatan tulis-menulis, sepanjang waktu di dunia manusia senantiasa diliputi kegelapan. Karena itu, tanpa adanya kegiatan tulis-menulis (tulisan), keadaan dunia sulit untuk dibayangkan bentuknya. Dan yang pasti, kita tidak akan pernah membaca dan melihat novel serta film Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman as-Shirazy yang memukau.

Dengan demikian, tulisan sesungguhnya memiliki peran sangat penting bagi berlangsungnya peradaban manusia. Karena sifatnya yang tak tergantikan itulah menulis bukanlah pekerjaan sepele, melainkan pekerjaan besar. Dan hanya merekalah yang menulis (penulis) yang namanya akan ditulis. Hanya mereka yang menulis tidak akan hilang dari sejarah. Dengan kata lain, menulis adalah upaya mengabadikan hidup kita di dunia yang serba cepat dan singkat ini. Jadi, dengan menulis berbarti antum mengikuti alur kehidupan orang-orang besar di sepanjang sejarah! Karena itu, dengan meniatkan diri antum untuk mau menulis, patutlah antum bersyukur dan berbahagia!

Jadi, bila antum ingin jadi penulis beken, bangun obsesi itu mulai sekarang. Segera bangun, ambil kertas, pena, atau duduk di depan komputer. Mulailah antum untuk menulis. Ingatlah sengatan mutiara dari Muhammad Iqbal, seorang ahli Syair terkemuka.

“Berhenti, tak ada tempat di jalan ini

Sikap lamban bearti mati!

Mereka yang bergerak merekalah yang maju ke muka

Mereka yang menunggu, meski hanya sekilas, pasti tergilas”.

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *