Dunia Open Source dan Kecocokan dengan Islam

Isu pentingnya menggunakan perangkat lunak legal sedang marak terdengar di Indonesia saat ini. Isu ini tidak hanya beredar di kalangan bisnis dan pemerintahan semata, tetapi juga di lingkungan sekolah, kampus, serta lingkungan pesantren dan organisasi Islam.

Khusus untuk pesantren dan organisasi Islam, meskipun membajak telah dinyatakan haram, tetapi masih banyak juga pihak yang belum menggunakan perangkat lunak legal. Padahal, Betti Alisjahbana, ketua Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) bersama jajarannya telah gencar mengkampanyekan penggunaan perangkat lunak open source sebagai solusi perangkat lunak legal sejak 2007 silam.

Lalu, bagaimana usaha kampanye open source di lingkungan pesantren dan organisasi Islam di Indonesia? Berikut petikan wawancara redaksi SalmanITB.com dengan Betti Alisjahbana ketika beliau mengunjungi ITB pada Rabu (19/1) silam.

Apa yang telah dilakukan AOSI untuk mengkampanyekan Open Source di lingkungan pesantren dan organisasi Islam di Indonesia?

AOSI banyak membantu pesantren untuk mengaplikasikan open source di lingkungannya. Pesantren merupakan pioner dalam menggunakan open source. Karena hal ini sejalan dengan budaya gotong royong, budaya saling menolong, dan budaya untuk tumbuh bersama di pesantren. Jadi menurut saya, budaya open source cocok untuk pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi tempat ilmu dikembangkan. Tempat keingintahuan dibangun, dan tempat kerjasama dtumbuhkan.

Bagaimana urgensi pesantren dan organisasi Islam di Indonesia dalam mengaplikasikan perangkat lunak open source?

Pesantren punya kewajiban menyiarkan kebaikan. Bila kita ingin menyiarkan kebaikan, kita harus melakukan kebaikan dulu. Karena kita tidak mungkin menyiarkan kebaikan bila kita tidak melakukan kebaikan. Saya pikir, dengan tidak menggunakan perangkat lunak bajakan, bisa membantu tumbuhnya kreativitas dan menjawab tantangan digital. Menurut saya, itulah peran yang bisa dilakukan dengan sangat baik oleh kalangan pesantren.

Baca juga:   Tips Membuat Galery dan Slideshow pada Posting di Wordpress

Apakah AOSI punya program yang secara khusus mengkampanyekan open source di lingkungan pesantren dan organisasi Islam?

Saat ini, kampanyenya disatukan dengan lingkungan edukasi (pendidikan) secara umum. Namun, kita lihat banyak pesantren yang menerima dan mereka menyambut dengan sangat baik. Jadi saya optimis pesantren-pesantren dan kalangan agama bisa mengadopsi dan menyebarkannya dengan lebih luas lagi.

Bagaimana dengan perangkat lunak open source berbasis ideologi Islam, seperti Linux Ubuntu Muslim Edition. Apakah ini membantu mengkampanyekan perangkat lunak open source di lingkungan berideologi Islam, seperti pesantren dan organisasi Islam?

Ubuntu for Muslim biasanya sangat direkomendasikan, terutama untuk ibu-ibu. Karena ibu-ibu memiliki anak-anak di bawah umur yang sangat harus dilindungi, dan merekalah yang kami rekomendasikan untuk menggunakan Ubuntu for Muslim. Karena perangkat lunak ini sudah memiliki filter pornografi. Sudah ada fitur-fitur yang mampu mencegah berita-berita yang tidak baik. Ubuntu for Muslim ini yang kami promosikan sebagai bagian dari kampanye internet sehat.

Sebelum mengakhiri wawancara, ada yang ingin Anda sampaikan terkait perangkat lunak open source ini?

Saya pikir, teknologi informasi sekarang merupakan kunci kemajuan sesuatu bangsa. Tantangan-tantangan kita adalah bagaimana caranya agar sebanyak mungkin penduduk Indonesia memiliki akses terhadap teknologi informasi. Salah satu program yang kami lakukan bersama Chevron dan perusahaan-perusahaan lain adalah usaha-usaha kita untuk memerangi digital divide (kesenjangan digital).

Tantangan lainnya, adalah penggunaan perangkat lunak open source yang kami arahkan untuk membiasakan menggunakan perangkat lunak yang legal dan untuk memupuk keingintahuan. Alasan orang belajar karena ingin tahu. Dengan perangkat lunak open source, mampu membuka kesempatan untuk kita bisa melihat ke dalam dan mempelajari, kemudian mengembangkan lebih lanjut. Karena orang belajar dari situ. Melihat apa yang sudah, kemudian mengembangkan lebih lanjut, lalu menyiarkannya ke banyak orang. Karena itu adalah prinsip open source.

Source: salmanitb.com

Baca juga:   Penggunaan Sistem Operasi Open Source vs. Closed Source di Lingkungan Masyarakat
Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *