Dzikir yang baik, pelan bisa menurunkan rasa nyeri sendi pada lansia dimana sebagian besar lansia mempunyai keluhan pada sendi-sendinya, misalnya; nyeri, linu, dan pegal. Dzikir sebagai penyembuh terhadap nyeri diantaranya dengan berdzikir menghasilkan beberapa efek medis dan psikologis yaitu akan menyeimbangkan keseimbangan kadar serotonin dan neropineprin di dalam tubuh, dimana fenomena ini merupakan morfin alami yang bekerja didalam otak serta akan menyebabkan hati dan pikiran merasa tenang dibandingkan sebelum berzikir.
Kesimpulan di atas disampaikan oleh Syaifurrahman Hidayat dari Universitas Wiraraja Sumenerp ketika melakukan penelitian di Panti Sosial Trisna Werda (PSTW) Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta khusus untuk pasien beragama Islam dengan menggunaka istilah Dzikir Khafi.
Berdasarkan penelusuran penulis, Dzikir Khafi adalah dzikir yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik disertai dzikir lisan ataupun tidak. Orang yang sudah mampu melakukan dzikir seperti ini hatinya merasa senantiasa memiliki hubungan dengan Allah SWT. Ia selalu merasakan kehairan Allah SWT kapan dan dimana saja. Dzikir Khafi berarti mengingat Allah dengan berfikir terhadap ciptaan-Nya, baik yang ada di diri kita maupun yang ada di alam ini, misalnya ketika bernafas kita mengingat Allah, ketika makan bersyukur kepada Allah, ketika melihat pemandangan yang indah mengingat kekuasaan Allah, hendaknya hari selalu mengingat Allah dalam segala situasi apapun.
Nyeri yang tidak tertangani dapat menyebabkan distres emosional dan dapat memicu kekambuhan penyakit sehingga perawat perlu memberikan intervensi untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada pasien dalam mengatasi nyeri. Kenyamanan merupakan kebutuhan bagi setiap orang, kenyamanan tersebut merupakan nyaman secara fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural, sehingga terbebas dari nyeri. Seseorang yang merasakan nyeri berarti dia tidak terpenuhi kebutuhan rasa nyamannya, disinilah peran perawat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya (Songer, 2005).
Seseorang yang nyeri akan mencari pertolongan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya, dengan Dzikir Khafi perawat dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman pasien. Dzikir sebagai penyembuh terhadap nyeri diantaranya dengan berdzikir menghasilkan beberapa efek medis dan psikologis yaitu akan menyeimbangkan keseimbangan kadar serotonin dan neropineprine di dalam tubuh, dimana fenomena ini merupakan morfin alami yang bekerja didalam otak serta akan menyebabkan hati dan pikiran merasa tenang dibandingkan sebelum berzikir, Otot-otot tubuh mengendur terutama otot bahu yang sering mengakibatkan ketegangan psikis. Dengan adanya relaksasi trsebut, maka impuls nyeri dari nervus trigeminus akan dihambat dan mengakibatkan tertutupnya “pintu gerbang” di thalamus. Tertutupnya “pintu gerbang” di thalamus mengakibatkan stimulasi yang menuju korteks serebri terhambat sehingga intensitas nyeri berkurang untuk kedua kalinya (Kolcaba, 2003) dan (Saleh, 2010).
Secara fisiologis, terapi spiritual dengan berdzikir atau mengingat asma Allah menyebabkan otak akan bekerja, ketika otak mendapat rangsangan dari luar, maka otak akan memproduksi zat kimia yang akan memberi rasanyaman yaitu neuropeptida. Setelah otak memproduksi zat tersebut, maka zat ini akan menyangkut dan diserap didalam tubuh yang kemudian akan memberi umpan balik berupakenikmatan atau kenyamanan (Lukman, 2012).
Dengan melakukan Dzikir Khafi merupakan penggerak emosi perasaan, dzikir ini muncul melalui rasa tentang penzahiran keagungan dan keindahan Allah SWT, sehingga akan dapat pula mempengaruhi pola koping sesorang dalam menghadapi nyeri sebagai sressor, sehingga stres respon yang bebeda. Koping yang adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptif akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Rad: 28, yang berbunyi: “Orang-orang yang beriman, hati mereka menjadi tentram dengan mengingat (Dzikir) kepada Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram” (Q.S.13:28).
Peran pendampingan spiritual sebenarnya merupakan kompetensi dari profesi keperawatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara holistik meliputi biologi, psikologis dan spiritual. Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas fisiologis (physiological), psikologis (psychological), sosial (social), spiritual (spiritual), dan kultural (cultural), dimana manusia sesungguhnya memiliki esensi yang sama bahwa manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh (Beek, 2007) dan Xidohan, 2005).
Tidak terpenuhinya kebutuhan rasa nyaman manusia pada salah satu saja diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidak sejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kesadaran akan konsep ini melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual klien.
Spiritual care merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien. Keimanan atau keyakinan religius sangat penting dalam kehidupan personal individu, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik.
Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap lansia harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianut lansia dalam merasakan nyeri osteoarthritis, sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi lansia pengkajian yang perlu dilakukan meliputi konsep pasien tentang tuhan, sumber kekuatan atau harapan, praktek religius serta hubungan antara keyakinan spiritual dengan status kesehatan pasien (Baldacchino, 2006).
Implementasi asuhan keperawatan dengan manajemen nyeri non farmakologis yang perlu di berikan oleh perawat diantaranyan Dzikir Khafi. Menurut Hadits Riwayat Al-Baihaqi mengatakan: “Sesungguhnya bagi setiap segala sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan sesungghuhnya alat pembersih hati (jiwa) adalah dzikir kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu yang lebih menyelamatkan dari siksa Allah dari pada dzikrullah” (HR. Al Baihaqi).
Dengan mengistiqomahkan Dzikir Khafi disetiap pagi hari dalam kurun waktu 30 menit, maka dzikir tersebut dapat menunjukkan komitmen seseorang untuk senantiasa menyebut Asma Allah, menanamkan suatu kesadaran bahwa tiada Tuhan Selain Allah. Dzikir merupakan media dalam syariat Allah dan melaksanakan fungsi-fungsi sosial sebagaimana mestinya dengan penuh keridhaan. Abu Awanah dan Ibnu Hibban meriwayatkan dalam masing-masing kitab kumpulan hadits shahih berikut : “Sebaik-baik dzikir adalah dzikir dengan samar (khafi) dan sebaik-baiknya rezeki adalah rezeki yang mencukupi,” (HR. Al Baihaqi).
Selama melaksanakan asuhan keperawatan pada aspek spiritual care perawat dituntut untuk mampu hadir secara fisik maupun psikis dimanifestasikan dalam mendengarkan dengan aktif, sikap empati melalui komunikasi terapeutik dan memfasilitasi ibadah praktis membantu pasien untuk menginterospeksi diri merujuk kepada rohaniwan jika pasien membutuhkan. Adapun kriteria hasil yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan denag pendekatan spiritual care ini adalah ditemukannya kemampuan pasien dalam bersyukur, kedamaian atau ketenangan dan tergalinya mekanisme koping yang efektif untuk mengatasi rintangan hidup diantaranya dalam mengahapi nyeriosteoartritis (Potter & Perry, 2005).
Semoga ulasan sederhana ini bermanfaat. Jangan lupa like dan komentarnya. 🙏🙏🙏
Referensi:
Internet: Dzikir Khafi
Syaifurrahman Hidayat, Dzikir Khafi untuk Menurunkan Skala Nyeri Osteoartritis Pada Lansia, Link: https://ejournal.wiraraja.ac.id/index.php/JIK/article/download/119/90