Epistemologi Penelitian Kuantitatif

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. 

Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yg menekankan fenomena fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitass desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. (Sukmadinata, N, 2013)

Menurut Sugiyono (14:2015), metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan dan lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif sehingga dapat disimpulkan  hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya diambil sampel random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.

Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai(value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35) dalam (Musafa Nanang, 2012)

Dalam hal pendekatan, penelitian kuantitatif lebih mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replicasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujian yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistic bukan pada makna secara kebahasaan dan kulturalnya. (Musafa Nanang, 2012).

Penggunaan Metode Kuantitatif

Menurut Sugiono (2015:34) Metode Kuantitatif digunakan apabila:

  1. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.
  2. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tetapi tidak mendalam.
  3. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.
  4. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.
  5. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat.
  6. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori, dan produk tertentu.
Baca juga:   New Directions in Islamic Education - Abdullah Sahin - Introduction & Book Review

Kompetensi Peneliti Kuantitatif

  1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti.
  2. Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian pendidikan yang betul-betul maslah.
  3. Mampu menggunakan teori pendidikan yang tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian.
  4. Memahami berbagai jenis metode penelitian kuantitatif, seperti metode survey, eksperimen, action research, expost facto, evaluasi dan R & D.
  5. Mampu menyusun instrument baik test maupun nontest untuk mengukur berbagai variabel yang diteliti, mampubmenguji validitas dan reliabilitas instrumen.
  6. Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
  7. Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
  8. Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis.
  9. Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian ke pihak-pihak yang terkait.
  10. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah.
  11. Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

Dalam penelitian kuantitatif diyakini adanya sejumlah asumsi sebagai dasar dalam melihat fakta atau gejala.

Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:

  1. objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat maupun dimensi lainnya.
  2. suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
  3. Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jonathan Sarwono, 2011).

Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu terdiri dari dua hal, yaitu pemikiran rasional dan empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi(sesuai dengan teori-teori terdahulu) dan korespondensi (sesuai dengan kenyataan empiris). Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dengan proses perumusan hipotesis yang dideduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico, hipotetico dan verifikatif.

Ada tiga hal mendasar yang harus diketahui dalam penelitian kuantitatif yaitu aksioma, karakteristik penelitian dan proses penelitian.

Aksioma (Pandangan Dasar)

Aksioma meliputirealitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variable, kemungkinan generalisasi dan peranan nilai.


Aksioma Dasar

Metode Kuantitatif
Sifat Realitas Dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur
Hubungan peneliti dengan yang diteliti Independen, supaya terbangun obyektivitas
Hubungan variabel Kausalitas (sebab-akibat)
Kemungkinan Generalisasi Cenderung membuat generalisasi
Peranan nilai Cenderung bebas nilai

Karakteristik Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:23-24) Penelitian kuantitatif memiliki beberapa karakteristik berikut:

  1. Desain
  2. Spesifik, jelas, rinci
  3. Ditentukan secara mantap sejakawal
  4. Menjadi pegangan langkah demi langkah.
  5. Tujuan
  6. Menunjukkan hubungan antar variable
  7. Mengujiteori
  8. Mencari generalisasi yang memiliki nilai prediktif
  9. Tehnik Pengumpulan data
  10. Kuesioner
  11. Observasi dan wawancara terstruktur
  12. InstrumenPenelitian
  13. Tes, angket, wawancara terstruktur
  14. Instrument yang telah terstandar
  15. Data
  16. Kuantitatif
  17. Hasil pengukuran variable yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument
  18. Sampel
  19. Besar
  20. Representatif
  21. Sedapat mungkin random
  22. Ditentukan sejak awal
  23. Analisis
  24. Setelah sèlesai pengumpulan
  25. Deduktif
  26. Menggunakan statistik
  27. Hubungan dengan Responden
  28. Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif
  29. Kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden
  30. Jangka pendek sampai hipotesis dapat ditemukan.
  31. Usulan Desain
  32. Luas dan rinci
  33. Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti.
  34. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya
  35. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
  36. Hipotesis dirumuskan dengan jelas
  37. Ditulis secara rinci danjelas sebelum terjun ke lapangan
  38. Kapan penelitian dianggap selesai?
  39. Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan
  40. Kepercayaan terhadap hasil Penelitian
  41. Pengujian validitas dan realiabilitas instrument

Prosedur Penelitian Kuantitatif

Diagram Prosedur Penelitian Kuantitatif menurut Sugiyono

Adapun penjelasan mengenai prosedur penelitian kuantitatif ialah sebagai berikut:

Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas. Menurut Tuckman, setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Sugiyono: 52).

Langkah ke 1

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

Baca juga:   8 Steps to PhD Excellence with James Arvanitakis

Langkah ke 2

Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teori merupakan ciri bahwa penelitian itu cara ilmiah untuk mendapatkan data. Teori yang digunakan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.

Langkah ke 3

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Bila dilihat dari eksplanasinya, bentuk hipotesis penelitian yaitu hipotesis deskripsi (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Hipotesis deskripsi adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berkenaan dengan variabel mandiri, hipotesis komparatif adalah jawaban sementara terhadap masalah komparatif (variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya berbeda atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda), hipotesis asosiatif adalah adalah jawaban sementara terhadap masalah asosiatif (yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih).

Langkah ke 4

Hipotes yang masih merupakan jawaban sementara, selanjutnya harus dibuktikan kebenarannya dengan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara (apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti dan mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam serta jumlah respondennya sedikit/kecil), angket (teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya) dan observasi (digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar).

Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel panjang maka instrumennya adalah mistar (meteran), variabel berat maka instrumennya adalah timbangan berat. Sedangkan instrumen penelitian dalam bidang sosial, khususnya bidang pendidikan yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu, peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Menetapkan variabel-variabel yang diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan di ukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.

Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan reabilitasnya. Terdapat tiga cara pengujian validitas instrumen, yaitu pengujian validitas konstrak, pengujian validitas isi dan pengujian validitas eksternal.

Pengujian Validitas Konstrak

Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. setelah pengujian konstrak dari para ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan antar skor faktor dengan skor total.

Baca juga:   The Difficulty of Defining Reflection

Pengujian Validitas Isi

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas isi menggunakan kisi-kisi instrumen. Pada setiap instrumen baik test maupun non test terdapat butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda.

Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Sedangkan pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan rest-retest, equivalent, dan gabungan keduanya.

Test-Retest

Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan tes-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Bila koefisien korelasi positif dan siginfikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.

Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dinyatakan reliabel.

Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelaksikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.

Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan siginfikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.

Secara internal pengujian dapat dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen tertentu. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.

Langkah ke 5

Setelah data terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.

Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asusmsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi lineritas. Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Statistik parametris mempunyai kekuatan yang lebih daripada statistik nonparametris,bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal.

Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram.

Langkah ke 6

Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Apabila rumusan masalah ada lima, maka kesimpulannya juga ada lima. Peneliti juga harus memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat terpecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.

Apabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu di cek apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data, atau rumusan masalah yang diajukan.

Sumber: Resume Materi Kuliah Quantitative Analysis di SPs UIN Jakarta

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *