Filosofi Open Source

open source

Kebebasan & kemerdekaan merupakan impian banyak orang di dunia. Hal ini juga terjadi di dunia komputer, di tahun 1960-an pada masa awal berkembangkan komputer menggunakan mini komputer seperti PDP-11, para pemrogram masih relatif mudah melihat source code dari software yang digunakan.

Sayangnya dunia kapitalis yang sangat komersial cenderung untuk memproteksi source code dan memaksimalkan keuntungan dari penggunaan software yang di kembangkan. Contoh yang paling extrim yang kita lihat hari ini adalah Microsoft. Dan kenyataan yang sangat menyakitkan adalah bangsa Indonesia harus membayar US$300 juta per tahun ke Microsoft untuk membayar lisensinya.

Bayangkan bangsa Indonesia yang miskin ternyata harus mensubsidi kekayaan Bill Gates yang jelas-jelas manusia terkaya di Dunia. Padahal uang yang sama akan jauh lebih bermanfaat jika dapat kita gunakan untuk pendidikan anak bangsa ini. Sedih-nya lagi, jika anda membajak produk Microsoft, penjara, sweeping, pengadilan, denda belum lagi penyitaan komputer oleh aparat sudah menjadi konsekuensi yang harus di tanggung. Banyak kisah horor yang telah terjadi di WARNET-WARNET, di perkantoran sejak tahun 2005 karena tindakan aparat dalam memberantas pembajakan Microsoft.

Tentunya kita hidup di dunia bukannya tidak ada pilihan. Perlawanan terhadap software proprietary seperti Microsoft telah berlangsung lama. Salah satu perlawanan awal yang dilakukan adalah GNU Operating System yang di umumkan pertama kali pada tanggal 27 September 1983 di newgroup pada forum net.unix-wizards oleh Richard Stallman. Pengembangan GNU Software mulai dilakukan pada tanggal 5 January 1984, Richard Stallman melakukan tindakan extrim dengan cara keluar dari pekerjaannya di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Objektif GNU adalah membuat software dan sistem operasi yang bebas, Richard Stallman menginginkan agar pengguna komputer bebas, bebas mempelajri source code dari software yang mereka gunakan, bebas bertukar software dengan orang lain, bebas mengubah perilaku software, bebas mempublikasi modifikasi softwarenya. Philosohy ini di publikasi sebagai GNU Manifesto bulan Maret 1985.

Baca juga:   3 Pilihan Terbaik Aplikasi Menghafal Al-Quran

Di tahun 1985 itu juga Richard Stallman membentuk Free Software Foundation untuk mendukung pergerakannya. Philosophy dari pergerakan adalah untuk memberikan kebebasan bagi pengguna komputer dengan cara mengganti proprietary software seperti Microsoft dengan free software, dan pada pada akhirnya membebaskan semua yang ada di “cyberspace”.

Pada saat ini ada dua (2) tokoh utama dalam pergerakan software bebas, yaitu, Richard Stallman dan Linus Torvalds. Kedua-nya mempunyai perbedaan philosophy yang sangat tajam. Hal ini menyebabkan banyak berita dramatis antara mereka berdua. Walaupun demikian, hal ini tidak menghalangi Richard Stallman menggunakan Linus Torvalds Kernel juga sebaliknya Linus Torvalds menggunakan Richard Stallman GNU General Public License (GPL).

Komentar Richard Stallman yang cukup extrim tentang Linus adalah “Memberikan Linus Torvalds award ke Free Software Foundation adalah seperti memberikan Hans Solo award ke Rebel Fleet.” Richard menganalogikan ke film StarWar.

Yang menarik dari Linus Torvalds adalah adanya Hukum Linus. Menurut Eric S. Raymond, salah seorang hacker nomor satu di dunia, hukum Linus berbunyi, “given enough eyeballs, all bugs are shallow”. Atau dalam bahasa yang lebih formal “Given a large enough beta-tester and co-developer base, almost every problem will be characterized quickly and the fix will be obvious to someone.” Hukum tersebut di formulasikan oleh Eric S. Raymond dalam tulisannya “The Cathedral and the Bazaar”.

Bagi anda yang tertarik untuk melirik lebih dalam lagi akan kisah perjuangan Free Open Source Software ada baiknya melihat film Revolution OS. Film ini menceritakan cerita para hacker yang berjuang melawan software proprietary seperti Microsoft dengan mengembangkan GNU/Linux dan gerakan Open Source.

Dalam film tersebut tercatat bahwa pada tanggal 1 Juni 2001, CEO Microsoft Steve Ballmer berkata, “Linux adalah kanker yang menempel pada hak atas kekayaan intelektual dari semua semua yang di sentuhnya” . Revolution OS menampilkan interview dengan Linus Torvalds, Richard Stallman, Bruce Perens, Eric Raymond, Brian Behlendorf, Michael Tiemann, Larry Augustin, Frank Hecker, dan Rob Malda.

Baca juga:   Workshop Optimalisasi Sound System Masjid Berdasarkan Teori Dan Praktik

Kisah yang menarik di sampaikan oleh Eric S. Raymond. Suatu hari saya berpapasan dengan dia (Craig Mundie dari Microsoft) di elevator. Saya lihat badge-nya dan berkata, “ah, anda bekerja di Microsoft”. Craig melirik kepada saya dan berkata, “Oh ya, dan apa yang anda lakukan?” Hmm saya lihat itu seperti melecehkan, seseorang dengan jas memandang rendah pada seorang hacker urkan. Oleh karenanya saya memandang tajam ke Craig dan berkata, “I am your worst nightmare!”

Tentunya Indonesia tidak ketinggalan di bandingkan dengan mereka yang ada di luar negeri banyak yang dilakukan oleh bangsa ini di bidang Open Source Software. Kisah-kisah perjuangan Open Source Indonesia banyak tercatat dalam Sejarah Perjuangan Internet Indonesia yang dapat anda baca-baca di situs SpeedyWiki maupun WikiDetikINET.

Agus Muhajir menulis beberapa filisofi dari Open Source:

  • Setiap pengguna komputer, seharusnya mendapat kebebasan untuk menjalankan, meng-copy, mendistribusikan, mempelajari, berbagi, melakukan perubahan dan meningkatkan software mereka untuk banyak tujuan, tanpa harus membayar lisensi.
  • Setiap pengguna komputer, seharusnya diberikan kesempatan yang sama untuk menggunakan software, meskipun mereka bekerja dalam kondisi ketidakmampuan, keterpurukan, kegagalan atau cacat.
  • Setiap pengguna komputer, seharusnya tahu dan mengerti tentang makna dari Copyleft dan GNU/GPL.
  • Setiap pengguna komputer, seharusnya tahu dan mengerti bahwa ilmu pengetahuan adalah milik bersama. Dan tidak akan berkurang walau telah diberikan kepada siapapun, justru pengetahuan akan semakin bertambah.
  • Setiap pengguna komputer, seharusnya tahu dan mengerti bahwa dengan mengamalkannya secara ikhlas, berarti termasuk Ibadah.

Semoga kita dapat merdeka dari penjajahan kapitalis, seperti Microsoft.

Sumber:

1. http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/SpeedyWiki

2. http://www.linux.or.id/

3. http://opensourcephilosophy.org/

4. “Dapat apa sih dari universitas”, buku Romi Satriowahono

Baca juga:   Aplikasi Android Al-Quran Indonesia untuk Membaca, Menghafal dan Mengulang Hafalan Al-Quran

5. http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.ar.html

 

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

2 Comments

  1. Lepas dari Microsoft sama saja berusaha lepas dari vaksin corona yang impor dari asing. Heran, negara sebesar ini malah doyan impor obat korona. Kenapa bukan mendorong pengembangan vaksin nusantara.

    Indonesia di suruh sumber daya terbuka bisa saja. Cuma mau gak yang dipilih rakyat itu.

    Prinsip open source itu saling bantu dalam keheningan. Mungkin dalam Islam, bagaimana agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat.

  2. Sangat menarik.
    Kita terbiasa dijejeli dari kecil dan gak dibiasakan mandiri dan kreatif mencari solusi, akibatnya tumbuh sikap yang penting enak dan gampang.

    Setuju sekali, beberapa kali bahas aplikasi OS juga mendapatkan hal demikian, mereka medasari manfaat di atas kepentingan diri atau korporasi.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *