global sumud flotilla

Global Sumud Flotilla dan Pelajaran dari Hudaibiyah

Home » Global Sumud Flotilla dan Pelajaran dari Hudaibiyah

Membicarakan Gerakan Global Sumud Flotilla (GSF) tentu dapat membangkitkan semangat. Gerakan ini dinamakan berdasarkan kata Arab, Sumud, yang berarti kegigihan atau ketahanan.

Global Sumud Flotilla (GSF) adalah koalisi kapal yang memuat pasokan bantuan kemanusiaan dan membawa aktivis dari puluhan negara. Koalisi ini terkoordinasi, bergerak tanpa kekerasan, dan sebagian besar terdiri dari kapal-kapal kecil yang berlayar dari berbagai pelabuhan di dunia.

Kontroversi dan Landasan Hukum

Sebagian dari kita sudah menduga bahwa gerakan ini akan berhadapan dengan situasi yang sama seperti yang terjadi sebelumnya. Pasti akan dihalangi oleh entitas ilegal tersebut.

Banyak diskusi muncul mengenai isu ini, terutama menyangkut kehadiran wanita dalam gerakan GSF. Berbagai pandangan disampaikan, baik dari sisi hukum, maqasid (tujuan syariah), maupun aspek lainnya. Saya tidak akan memperpanjang pembahasan ini; setiap pihak tentu memiliki pandangannya sendiri.

Secara pribadi, saya merujuk pada penjelasan dari Irsyad Fatwa Mufti Malaysia, bahwa sumbangan dan peran mereka dalam berbagai aspek lain untuk membantu kesuksesan suatu misi jihad adalah hal yang dituntut dan terpuji. Hal ini berdasarkan garis panduan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh syariat.

Oleh karena itu, hukum keikutsertaan wanita dalam flotilla ini adalah mubah (harus) dan mereka tidak salah untuk terlibat. Terlebih lagi, rakyat Palestina kini berada dalam situasi yang sangat terdesak dan mengharapkan pertolongan serta bantuan dari siapa pun yang sanggup menempuh tantangan.

Kita tidak berhak menghakimi tindakan mereka, apalagi menghukumi isi hati mereka. Hanya Allah dan diri mereka yang mengetahui niat tulus mereka mengikuti GSF itu.

Upaya yang Tampak Sia-sia?

Timbul persoalan, adakah usaha mereka sia-sia? Mereka sudah tahu kemungkinan untuk sampai ke Gaza itu sangat kecil.

Baca juga:   Ini Makna Oxymoron

Namun, hal itu tetap dilaksanakan. Ternyata, ada dampak global yang muncul akibat tindakan GSF ini.

Hal ini mengingatkan pada satu peristiwa sebelum Perjanjian Hudaibiyah.

Rombongan Muslim tiba di Hudaibiyah, sebuah lembah di pinggir Mekah. Namun, pihak Quraisy menghalangi mereka dengan mendirikan kemah tentara di luar kota.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutus beberapa sahabat sebagai utusan untuk berunding dengan Quraisy:

  • Budail bin Warqa’ dari suku Khuza’ah (sekutu Muslim) diutus, tetapi mereka menolak.
  • Al-Hulais bin Alqamah dari Bani Al-Harith juga diutus, tetapi Quraisy tetap bersikeras.
  • Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi turut diutus, tetapi beliau kembali dengan laporan yang tidak mendukung.

Nabi memerlukan seorang utusan yang dihormati, memiliki pengaruh, dan berasal dari kalangan Quraisy sendiri untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan meyakinkan.

Kemudian Nabi memilih Sayyidina Usman bin Affan, dengan harapan kredibilitas dan pengaruh Usman dapat memudahkan perundingan dengan Quraisy, sehingga Nabi dan para sahabat dapat masuk ke Mekah untuk menunaikan ibadah.

Dengan tiga orang utusan diutus sebelumnya, seberapa besar kemungkinan Quraisy akan menerima kehadiran Usman sebagai wakil?

Adakah kehadiran Usman untuk berunding juga sia-sia? Tidak sama sekali.

Dampak di Luar Dugaan

Mengingat kelompok pertama GSF berasal dari kalangan pemberi pengaruh (influencer), hal ini memberikan dampak gelombang yang di luar dugaan.

Banyak negara di Eropa menggelar demonstrasi besar-besaran untuk menekan pemerintah mereka agar mengambil tindakan yang lebih drastis.

Salah satu dampaknya, pada 8 Oktober 2025, Parlemen Spanyol secara resmi meloloskan satu dekret kerajaan yang menetapkan larangan total terhadap perdagangan senjata dengan Israel.

Larangan ini mencakup ekspor dan impor peralatan pertahanan serta kelengkapan polisi dan keamanan.

Baca juga:   Mengapa Penduduk Iran Menjadi Syiah?

Suara tersebut mendapat 178 dukungan, termasuk dari Partai Sosialis yang berkuasa dan partai sekutu, dan 169 anggota parlemen menolak, yang terdiri dari Partai Rakyat (PP) dan partai sayap kanan VOX.

Larangan ini menyusul setelah pemerintah Spanyol membatalkan kontrak senilai 3,4 miliar ringgit untuk peluncur roket buatan Israel, sebagai reaksi terhadap serangan militer Israel di Gaza.

Tindakan pemerintah Spanyol ini adalah sesuatu yang tidak logis dan tidak mungkin terjadi 10 hingga 15 tahun lalu.

Belum lagi upaya dari pihak PBB dan negara-negara terkait yang mengakui Palestina sebagai sebuah negara berdaulat.

Ya, kita tahu masih banyak ketidakadilan terjadi. Namun, dampaknya sangat berbeda kali ini.

Baiat Global untuk Palestina

Saat Usman diutus masuk ke Mekah untuk berunding, timbul kabar angin akibat beliau terlalu lama berada di sana bahwa beliau telah dibunuh.

Kabar angin itu tersebar luas di kalangan para sahabat sehingga Rasulullah meminta baiat janji setia dari para sahabat, termasuk dari kalangan wanita. Terjadilah satu peristiwa penting yang disebut Baiat ar-Ridhwan.

لَّقَدۡ رَضِیَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ إِذۡ یُبَایِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِی قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِینَةَ عَلَیۡهِمۡ وَأَثَـٰبَهُمۡ فَتۡحࣰا قَرِیبࣰا﴿ ١٨ ﴾

Sungguh, Allah benar-benar telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Nabi Muhammad) di bawah sebuah pohon. Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia menganugerahkan ketenangan kepada mereka dan memberi balasan berupa kemenangan yang dekat – Surah al-Fath ayat 18

Apakah ini menunjukkan tindakan GSF itu persis dengan apa yang berlaku kepada Sayyidina Usman? Tentu tidak sama sekali.

Namun, di balik usaha Usman yang mungkin dilihat kecil itu, ada dampak besar yang dihasilkan.

Baca juga:   Apakah al-Ghazali Menolak Filsafat Secara Keseluruhan?

Hasilnya, dunia seolah-olah sedang memberikan ‘baiat’ kepada Gaza dan Palestina. Bukan dalam arti pengakuan taat setia, tetapi sebagai ‘baiat’ simpati dan empati untuk segera membantu dan memberikan bantuan tanpa memandang latar belakang agama dan bangsa.

Setelah gencatan senjata dimulai kemarin, dan tentara rezim mulai mundur, banyak bantuan berhasil masuk. Hal ini memberikan kelegaan bagi rakyat Gaza kali ini. Berapa lama hal ini akan bertahan, Allah jualah yang Maha Mengetahui.

Sumber:

Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Nawala

Masukkan email Anda di bawah ini dan berlangganan nawala kami

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *