Salatu Sule adalah Direktur Akademik di New Horizons College (NHC), sekolah Islam di kota Minna, Nigeria yang berjarak kurang lebih 161 km dari Abuja. NHC berdiri tahun 1995 oleh Alhaji Sheikh Ahmed Lemu (LLB,OFR) dan Hajiya B. Aisha Lemu (MON, FNAE). Sekolah ini di-set-up untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Islam yang berkualitas tinggi. Sekolah ini punya misi yang tinggi dalam Academic excellence, high moral ethics, broad general and islamic knowledge.
Salatu Sule awalnya adalah seorang pengacara yang kemudian beralih profesi menjadi seorang pendidik pada tahun 2003, kini dia menjadi seorang coach, pembicara internasional dan trainer dalam faith-based personal development.
Saya senang sekali mengikuti webinar Islamic Education dari IELC.
Sebelum presentasi materi dari Salahatu Sule, Farah Ahmad selaku ketua program dari IELC (Islamic Educator Learning Community) yang berpusat di Cambridge, menjelaskan apa itu IELC dan cara mengikutinya. Lebih lanjut tentang info dan proram-programnya bisa diikuti di akun sosial media Twitter dan Instagramnya.
‘Helping Student Think like Muslims’
Salahatu Sule memberikan slide berjudul ‘Helping Student Think like Muslims’. Di awal presentasi, beliau menyebutkan konsep bahwa kita semua berasal dari Allah SWT dan kelak akan kembali kepada Allah, antara kedua konsep ini ada ruang yang kita sebut kehidupan, inilah satu perjalanan (journey) dari Allah dan kembali ke Allah.
Pendidikan menurutnya mesti membantu jalan menuju tujuan utama yaitu Allah dengan mengatur suara hati (sound heart) dalam perjalan ini.
Pentingnya hati dalam perjalanan menuju Allah surat Al-Hajj ayat 46.
أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى ٱلْأَبْصَٰرُ وَلَٰكِن تَعْمَى ٱلْقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Ketika disebut hati, kita sering melihatnya hanya dalam bentuk emosi saja tetapi dalam pendidikan Islam, ketika hati disebut didalamnya ada emosi, kognisi dan pokok dari segala perilaku manusia. Hati harus dijaga sehingga hati ini bersih dan kembali kepada Allah dalam keadaan suci. Sebagaiamana doa Nabi Ibrahim dalam Surat Asy-Syuara ayat 87-89.
وَلَا تُخْزِنِى يَوْمَ يُبْعَثُونَ، يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ، إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.
Akhir hidup adalah kembali kepada Allah, maka harus ada hati.
Beliau selanjutnya menyebut quote yang menarik:
To prepare the children fro the road, prepare their hearts.
Untuk menyiapkan anak dalam sebuah perjalanan, siapkan hati mereka.
Ketika menyuruh anak melakukan perjalanan ke suatu tempat, tidak cukup hanya membekali mereka makanan dan uang, tetapi juga keterangan dan semangat bahwa mereka bisa menempuh perjalanan dengan selamat, karena dalam perjalanan akan banyak ditemukan distraksi.
Dalam relasi guru dan murid atau orang tua dan anak, hati manakah yang harus terus dijaga dan kelola. Menurut Salahatu Sule, kita bisa dengan mudah merubah hati orang lain atau hati murid tetapi yang paling susah adalah merubah hati diri sendiri (guru).
Purposes of life:
Tujuan hidup seorang muslim termanivestasi dalam istilah Syariat. Salahatu Sule berdasarkan pendapat Ibnu Qayyim al-Jauziyyah tentang pengertian Syariat, menyebutkan dua tujuan kehidupan seorang muslim yaitu:
- Selamat dunia dan akhirat
- Individu dan komunitas.
Saya kemudian mencari keterangan Syariat menurut Ibnu Qayyim, berikut penjelasan lengkapnya.
“Syariat Islam dibangun berdasarkan asas hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.Ia merupakan keadilan yang bersifat mutlak, kasih sayang, kemaslahatan, dan hikmah. Oleh karenanya, setiap persoalan yang bertolak belakang dari keadilan menuju kezaliman, kasih sayang menuju kekerasan, maslahat menuju kemudaratan, serta hikmah menuju sesuatu yang bernilai sia-sia, maka itu semua bukanlah bagian dari syariat, sekalipun ditafsirkan sebagai syariat.” (Ibn Qayyim al-Jauziyyah, I’lām al-Muwaqqi’īn ‘an Rabb al-‘Ālamīn)
Selain itu ia juga menegaskan bahwa “Syariat Islam pada hakikatnya adalah keadilan, kasih sayang, perlindungan, serta kebijaksanaan Allah SWT terhadap para makhluk-Nya yang mencerminkan eksistensi dan kebenaran utusan-Nya, Muhammad SAW. Syariat Islam merupakan cahaya Allah yang dengannya manusia dapat melihat, petunjuk yang dengannya manusia memperoleh hidayah, obat penawar yang menjadi obat bagi mereka yang sakit, serta jalan lurus yang ditapaki oleh para pencari kebenaran”. (Ibn Qayyim al-Jauziyyah, I’lām al-Muwaqqi’īn ‘an Rabb al-‘Ālamīn)
Fitrah
- Fitrah adalah divine design, spirit, mind and body, giving the fitrah space aiding its development.
- Natural inclination to Allah
- Stage of development
Di antara yang saya catat tentang pentingnya menumbuhkan fitrah anak adalah memberikan kesempatan anak untuk memberikan pertanyaan apa saja, baik itu pertanyaan konyol, pertanyaan yang memang ingin dia ketahui tentang Allah, nabi Muhamad dan Islam atau lainnya.
Knowledge:
- Knowledge as a single entity of interconeceted parts
- Learning as apllies knowledge, as expansion of mind, connceting brances of knowledge.
Ilmu pengetahun menurutnya adalah saling keterhubungan. Alquran pun banyak menyebutkan hal ini, misalnya Alquran menyuruh untuk melihat bumi, manusia, biologi, fisika, manusia zaman dahulu, Allah sebutkan semuanya. Sementara hari ini kita mengajarkan anak dengan kategori-kategori ilmu pengetahuan seperti biologi, kimia, fisika dan aqidah, akhlak, ibadah dan sebagainya.
Content:
- Memasukkan ilmu keislaman sebagaimana adanya atau menenunnya menjadi subjek lain atau memadukan (re-blend) dan mengemas ulang (re-package).
- Tema pembelajaran dibuat untuk menunjukkan keterkaitan (interkonseksi) ilmu pengetahuan.
- Hubungkan ilmu pengetahuan dengan kehidupan nyata untuk menciptakan rasa tujuan kehidupan – hubungkan pembelajaran dengan fase perjalanan kehidupan (real-time) mereka
Selanjutnya beliau memberikan praktik contoh di NHC, tempat beliau bekerja dan mengelola pendidikan Islam dengan kualitas tinggi.
Beliau sebutkan bahwa pendiri dari sekolah ini yaitu Hajiya B. Aisha Lemu selalu menghadiri konferensi pendidikan Islam sehingga bisa mempraktikkan ilmu baru tentang pendidikan. Di NHC, materi atau konten murid didesain sedemikian rupa (designed a subject), misalnya orang yang mengajar biologi juga harus punya pengetahuan tentang alquran.
Guru memberikan frame/lensa berdasarkan perspektif Islam yang frame tersebut akan dia gunakan sepanjang hidupnya menuju Allah SWT.
Dalam mengajar, guru hendaknya mengajarkan ketangkasan olah yang berakar pada al-qur’an dan sunnah (teach agility of though rooted in quran and sunnah).
Beliau juga menyebutkan beberapa hal penting yang saya tulis dalam poin-poin berikut:
- Pentingnya a conscious sense of the journeey pada diri anak.
- Selalu involve the hearts dalam berbicara dan mendengar anak.
- Gunakan semua sensor dan kapabilitas anak (multisensory) untuk mengaitkannya dengan konten pembelajaran.
- Manfaatkan dan petik pemikiran dan ide mereka.
- Gunakan intra-curricular dan supra-curricular.
- Bagaimana menormalisasikan Islam di lingkungan sekolah? 1. Gunakan aktivitas harian untuk menerapkan akhlak Islam seperti mode pakaian ketika olah raga. 2. layanan komunitas terkait dengan konten islami, 3. Kegiatan bersih masjid atau menanam pohon merupakan aktivitas ibadah dan kegiatan menjaga lingkungan.
Demikian beberapa catatan yang bisa saya tuliskan, jika ingin menyimak lebih lengkap presentasi Salatu Sule, sila kunjungi kanal youtube IELC.