Mukadimah
Alhamdulillah, pujian dan syukur kepada Ilahi atas berbagai karunia dan anugerah yang tidak terhitung untuk kita semua. Salawat dan salam untuk Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat dan yang mengikut jejak langkahnya hingga hari kemudian.
Pengertian Judi Secara Bahasa
Judi menurut KBBI adalah permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan (seperti main dadu, kartu).
Sementara judi dalam bahasa Arab, disebut sebagai al-qimar yaitu permainan yang menjanjikan bahwa yang menang akan mendapatkan sesuatu dari yang kalah. Pengertian tersebut merujuk pada Kamus Munjid yang disusun oleh Fr. Louwis Ma’luf al-Yassu’i dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’i.
Sedangkan dalam Alquran, Allah menggunakan istilah al-maisir yang disebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam Alquran yaitu pada surah. Al-Baqarah: 219, dan surah Al-Maidah: 90-91.
Al-Maisir adalah permainan pertaruhan golongan Arab dengan menggunakan anak panah.
Secara bahasa, maisir artinya mudah atau gampang, sementara menurut istilah, maisir bermakna untung tanpa usaha atau kerja keras.
Dalam konteks keuangan, maysir artinya peluang seseorang untuk mendapatkan keuntungan finansial berupa sejumlah harta milik pihak lawan ketika ia memenangkan sebuah pertaruhan.
Di dalam al-Mu’jam al-Wasith, judi disebut sebagai setiap permainan yang mengandung pertaruhan dari kedua belah pihak. (Lihat al-Mu’jam al-Wasith, hlm. 7589)
Pengertian Judi Menurut Ulama
Dari segi istilah, terdapat beberapa takrifan yang dikemukakan oleh para ulama antaranya:
Ibn Hajar al-Haitami menyebut judi kepada apa saja jenis pertaruhan. (Lihat al-Zawajir ‘an Iqtiraf al-Kaba’ir, 2/200)
Al-Mahalli mengatakan judi adalah sebuah bentuk pertaruhan yang diharamkan, yang untuk menang atau kalah. (Lihat Syarh al-Minhaj, 4/226)
Al-Mawardi menyebut judi suatu pertandingan yang menjadikan pihak yang terlibat tidak terlepas daripada menjadi pemenang (mengambil) atau tewas (menyerahkan) hadiah yang dipertaruhkan. (Lihat al-Hawi al-Kabir, 13/379)
Ibn Qudamah pula mengatakan judi ialah pertandingan yang tidak sunyi salah satu daripada keduanya untuk menang atau kalah. (Lihat al-Mughni, 10/171)
Menurut Ibn Taimiyyah, judi adalah semua jenis permainan yang melibatkan taruhan, di mana salah satu pihak mengambil keuntungan dari pihak lain. Permainan seperti itu adalah haram dalam syariat Islam karena mengandung unsur zalim dan makan harta orang lain dengan cara yang batil.” (Lihat Majmu’ al-Fatawa, 19/283)
Imam Malik menyatakan judi terdiri daripada dua jenis:
Judi yang bersifat sia-sia (lagha) seperti permainan yang menggunakan buah dadu, catur dan sebarang elemen hiburan yang tidak bermanfaat. Judi yang bersifat pertaruhan iaitu apa-apa yang membahaya atau menggadaikan diri orang lain. (Lihat al-Jami’ li Ahkam al-Quran, 3/52)
Syeikh Rasyid Ridha mentafsirkan judi (al-maisir) dalam al-Quran sebagai permainan untuk mencari keuntungan tanpa menggunakan akal dan tanpa bekerja keras. (Lihat Tafsir al-Manar, 2/258)
Syeikh Ali al-Sabuni menyebut, judi adalah setiap permainan yang memberikan keuntungan bagi satu pihak dan kerugian bagi pihak yang lain. (Lihat Rawa’i al-Bayan fi Tafsir Ayat al-ahkam min al-Quran, 1/279)
Berdasarkan pengertian dari para ulama di atas, maka dapat kita fahami bahwa judi adalah satu permainan yang mengandung pertaruhan daripada pihak bertanding di mana ia mengakibatkan kemenangan pada sebelah pihak dan pihak yang lain mengalami kerugian.
Kita juga bisa mendapatkan perspektif filosofis, bahwa judi merusak moral dan keuangan individu serta masyarakat. Islam mengharamkan judi bukan hanya karena kerugian materi, tetapi juga karena dampak psikologis dan sosial yang ditimbulkan. Judi dapat menyebabkan kecanduan, memicu tindakan kriminal, merusak hubungan sosial, dan mengarah pada kemiskinan.
Statistik Kegiatan Perjudian di Indonesia
Berikut adalah beberapa statistik terkait perjudian di Indonesia:
- Pada awal tahun 2022, Bareskrim Polri menindak 905 kasus perjudian di seluruh Indonesia.
Pengharaman Judi dan Hikmahnya
Pengharaman judi dalam al-Quran berlaku secara berperingkat atau berjenjang.
Pada awalnya, ayat 219 dari surah al-Baqarah menyebut:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا
Artinya:
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar1 dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.”
Surah al-Baqarah (219)
Imam Ibn Jarir al-Tabari menyebut bahwa meskipun terdapat manfaat daripada keduanya (yaitu khamar dan judi) namun dosa keduanya adalah lebih besar dari manfaatnya. Ini sepertimana yang berlaku kepada orang yang meminum arak dengan merasakan kelazatan yang diteguknya namun akibat dari mabuk menyebabkan seseorang itu boleh memaki-hamun, mencederakan serta membawa kepada pertumpahan darah terhadap orang lain.
Begitu juga dengan judi yang penuh dengan keseronokan dan juga menjanjikan kekayaan (yang belum pasti), namun dengan berjudi menjadi asbab seseorang itu menipu dan menzalimi orang lain. Manfaatnya ada namun mafsadah yang timbul daripadanya lebih besar. (Lihat Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Quran, 2/489)
Imam al-Alusi pula dalam mentafsirkan ayat di atas menyebut beberapa contoh dosa atau keburukan yang dibawa oleh judi, antaranya: memakan harta secara batil; boleh menyebabkan penjudi terjebak ke dalam jenayah curi; mencederakan jiwa; mensia-siakan keluarga; melakukan perkara yang keji dan hina; serta rasa permusuhan yang timbul baik secara tersembunyi atau terang-terangan. (Lihat Ruh al-Ma’ani, 16/262)
Pada peringkat seterusnya, turun ayat 90 dari Surah al-Ma’idah yang menyebut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Maksudnya: Wahai orang-orang yang beriman! Bahawa sesungguhnya arak, dan judi, dan pemujaan berhala, dan mengundi nasib dengan batang-batang anak panah, adalah (semuanya) kotor (keji) dari perbuatan Syaitan. Oleh itu hendaklah kamu menjauhinya supaya kamu berjaya.
(Surah al-Maidah: 90)
Imam Fakhruddin al-Razi dalam kitab tafsirnya Mafatih al-Ghaib ketika membincangkan berkenaan hikmah daripada larangan dan pengharaman judi menyebut bahawa dosa dan keburukan maysir (judi) dan qimar (pertaruhan) adalah ia boleh membawa kepada kepada permusuhan, mengutuk-ngutuk dan pertelingkahan; serta merupakan suatu bentuk mengambil harta orang lain secara batil; di samping melalaikan manusia dari mengingati Allah dan mengerjakan solat.
Tambah beliau lagi, pertaruhan di dalam qimar dan maysir juga menimbulkan perasaan ingin cuba menang, terutama setelah mengalami kekalahan sehingga semua harta akhirnya habis digunakan untuk berjudi sehinggakan sanggup menggadaikan isteri dan anak-anak pula. Tentunya si kalah judi ini akan jatuh miskin dan menyimpan dendam kesumat terhadap lawannya yang telah menang dan merampas harta bendanya, sehingga berlakulah permusuhan dan benci-membenci yang berpanjangan di dalam masyarakat.
Dari segi agama pula, si penjudi akan jauh hatinya dari mengingati Allah dan mengerjakan solat kerana disibukkan dengan harapan untuk menang, atau marah kerana kalah judi. Bahkan sekiranya dia menang sekalipun, nescaya kemenangannya itu akan terus menenggelamkannya di dalam kesibukan demi kesibukan, sehingga tidak ingat selain dari harta yang dimenanginya itu sahaja. (Lihat Mafatih al-Ghaib 6/49 dan 12/82)
Ibn Taimiyyah berkata: Sesungguhnya mafsadah judi adalah lebih besar daripada mafsadah riba kerana ia meliputi dua mafsadah: Pertama, mafsadah memakan harta secara haram. Kedua, mafsadah perkara lalai yang haram, di mana ia menghalang daripada mengingati Allah, lalai daripada mengerjakan solat serta menimbulkan permusuhan dan kebencian. Disebabkan itulah, diharamkan judi sebelum pengharaman riba. (Lihat Majmu’ al-Fatawa, 32/337)
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Abdullah bin Amr R.Anhuma, Nabi SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيَّ ، أَوْ حُرِّمَ الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْكُوبَةُ
Maksudnya: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keatasku, atau diharamkan arak, judi, al-kubah (sejenis permainan yang menggunakan papan, buah dan dadu, juga dikenali sebagai tabal atau nard).”
Riwayat Abu Daud (3696), Al-Baihaqi dalam al-Sunan
al-Kubra (21519), Ahmad (2476) dan Ibn Hibban (5365)
Imam al-Khattabi berkata: Al-kubah ditafsirkan dengan gendang dan dikatakan kubah adalah dadu. (Lihat Ma’alim al-Sunan, 4/267)
Dr. Yusuf al-Qaradhawi berkata: “Setiap permainan yang bertujuan untuk berjudi maka hukumnya haram. Judi ialah permainan yang dilakukan oleh manusia, tidak dapat lari daripadanya untung atau rugi. Ianya juga dinamakan Maisir (yang didapati tanpa usaha dan jerih) yang disebut oleh al-Quran al-Karim beriringan dengan arak, Anshaab (yang disembelih untuk berhala) dan Azlaam (yang diundi dengan batang kayu untuk menentukan nasib).” (Lihat al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, hlm. 493)
Dalam sebuah hadis lain, yang diriwayatkan daripada Abu Hurairah R.A, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ قَالَ لِصَاحِبِهِ تَعَالَ أُقَامِرْكَ فَلْيَتَصَدَّقْ
Artinya:
“Barangsiapa yang berkata kepada temannya, ‘Mari kita berjudi,’ maka hendaklah ia bersedekah.”
Riwayat al-Bukhari (4860) dan Muslim (1647)
Hadis ini menunjukkan bahwa bahkan ajakan untuk berjudi sudah dianggap sebagai dosa yang harus ditebus dengan sedekah.
Imam Nawawi berkata:
Ulama menyebut bahawa perintah bersedekah adalah sebagai penghapus kesalahannya pada perkataannya dalam maksiat ini. Al-Khattabi berkata, maksudnya bersedekahlah dengan kadar ajakan untuk berjudi/bertaruh tersebut. Imam Nawawi kemudian berkata: Yang benar di sisi ahli muhaqqiq – dan ia adalah zahir hadis – bahawa tidaklah dikhususkan dengan kadar tersebut, bahkan bersedekahlah dengan apa yang dia mampu. (Lihat al-Minhaj fi Syarh Sahih Muslim ibn al-Hajjaj, 11/107).
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ لَعِبَ بِالنَّرْدِ شِيرِهِ، فَكَأَنَّمَا صَبَغَ يَدَهُ فِي لَحْمِ خِنزِيرٍ وَدَمِهِ
Artinya:
“Barangsiapa bermain dadu, maka seolah-olah dia mencelupkan tangannya ke dalam daging dan darah babi.”
(HR. Muslim)
Hadits ini mempertegas bahwa permainan yang mengandung unsur perjudian adalah haram dan diumpamakan dengan sesuatu yang najis dalam Islam.
Pengaruh dan Akibat dari Judi
Bahaya dan akibat yang ditimbulkan dari perjudian tidak kurang dari bahaya minum khamar.
Lalai dari tanggungjawab yang dipikul
Ketagihan berjudi mampu mengakibatkan seseorang lupa dan lalai dari amanah dan tanggungjawab yang dipikul. Juadi bisa menimbulkan kemalasahn bekerja, kuliah atau Sekolah bagi yang masih belajar.
Judi juga membuat seseorang menjadi malas mengerjakan ibadah serta jenuh hatinya dari mengingat Allah.
Mengalami kehabisan wang dan sumber
Bagi tujuan memuaskan nafsu dengan keseronokan berjudi, wang dan sumber akan kehabisan kerana kesemuanya dibelanjakan untuk tujuan tersebut. Ini menyebabkan ramai yang diisytiharkan muflis akibat perbuatan buruk tersebut.
Selalu dibebani dengan hutang
Penjudi juga akan selalu dibebani dengan hutang, kehidupan menjadi tidak tenang dan banyak masa terbuang serta mengabaikan keluarga, dan bersikap tamak.
Mudah terjebak dengan perlakuan jenayah
Akibat terdesak dan terhimpit untuk mencari sumber bagi terus melayani ketagihan berjudi yang tiada penghujung, pelakunya terdedah untuk terlibat dengan jenayah. Ini kerana, kegiatan perjudian membuka potensi yang besar kepada pelakunya untuk terheret ke kancah pergaduhan, perbuatan mencuri, merompak, malah sampai ke tahap membunuh.
Meruntuhkan institusi keluarga
Akibat keinginan memenuhi nafsu untuk bermain judi, seseorang akan dipertaruhkan harta yang dimilikinya. Pada akhirnya dia melupakan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya. Bahkan bagi pejudi berat terkadang dapat mempertaruhkan anak dan istrinya
Punca perpecahan dalam masyarakat
Kegiatan perjudian juga menjadi punca perselisihan dan perpecahan dalam kalangan masyarakat. Jika tidak dibendung, ia akan terus membiak dan menjadi barah kepada generasi akan datang dan negara akan mempunyai individu dengan sahsiah yang sangat buruk.
Implikasi Judi kepada Negara
Perbuatan berjudi dalam kalangan masyarakat secara tidak langsung akan memberi kesan dan implikasi yang besar terhadap negara. Antaranya ialah:
- Pentadbiran negara menjadi kucar kacir kerana perbuatan judi juga boleh menyebabkan rasuah. Dan rasuah memberi kesan yang sangat besar kepada masyarakat dan negara. Perasuah adalah mereka yang tidak berintegriti.
- Sistem pemerintahan akan menjadi lemah kerana setiap kali berlakunya rasuah, pemerintah mungkin akan menggunakan wang hasil cukai rakyat dan manfaatnya akan digunakan untuk kepentingan para perasuah. Seterusnya menyebabkan pentadbiran sesebuah negeri dan negara akan menjadi kucar kacir dan menimbulkan masalah lain seperti masalah ekonomi, pengabaian terhadap masyarakat jika amalan rasuah terus berleluasa di peringkat pimpinan negara.
- Sesebuah negara juga akan menjadi mundur kesan daripada perbuatan judi ini. Hal ini disebabkan masyarakat yang berpecah belah dan mogok terhadap kemiskinan yang dihadapi oleh mereka.
- Memberi imej buruk terhadap negara apatah lagi identiti Malaysia sebagai sebuah negara Islam contoh dalam kalangan negara-negara Islam.
Contoh Kerugian Akibat Judi
Dalam satu laporan menyebut, seorang eksekutif Wall Street telah mengakui bahawa dia telah menipu keluarganya, rakan dan orang lain sehingga mencecah US$100 juta lebih untuk membiayai hobinya berjudi. Katanya ketika dalam proses pengadilan: “Hanya itu satu cara agar saya dapat memperoleh wang untuk memenuhi ketagihan berjudi saya.”[5]
Berdasarkan kajian, ketagihan berjudi bukan hanya disebabkan peluang untuk menang sahaja, tetapi faktor keseronokan juga turut mempengaruhi. Mark Griffiths, seorang ahli psikologi di Nottingham Trent University yang berkepakaran dalam perilaku ketagihan menyebut bahawa penjudi mempunyai motivasi yang tinggi atas kebiasaan mereka tersebut. Dalam satu kaji selidik yang dijalankan terhadap 5500 orang penjudi, prospek untuk “memenangi wang paling banyak” adalah faktor terkuat. Tetapi kemudian diikuti dengan faktor “kerana ini menyenangkan” dan “kerana ini menyeronokkan.” Penemuan ini berdasarkan oleh penyelidikan pada tahun 2009 oleh ahli penyelidik dari Stanford University di California, yang mendapati bahawa sekitar 92% orang sudah “kehilangan pegangan” dasar yang tidak dapat mereka elakkan.[6]
Dalam satu laporan pada hujung tahun 2018, Gionee iaitu sebuah syarikat peranti pengeluar China dilaporkan telah bankrup disebabkan gagal membayar hutang kepada pembekal-pembekal komponen utama dengan jumlah lebih kurang RM 10.2 Bilion. Ia dilaporkan adalah akibat daripada tabiat berjudi pengerusi mereka, Liu Lirong yang di luar kawalan.[7]
Khatimah
Jelas menunjukkan bahawa bahaya dan mudarat judi amat besar. Pelbagai hikmah telah disebut oleh para ulama’ tentang pengharamannya yang meliputi hikmah terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat yang akhirnya boleh memberi kesan yang buruk terhadap negara.
Antara hikmah yang disebut termasuklah boleh menyebabkan seseorang itu terjebak dalam pelbagai jenayah seperti mencuri, mencederakan jiwa, menimbulkan permusuhan dan pertelingkahan, mengambil harta orang lain secara batil, menjadi asbab kepada seseorang dalam menipu dan menzalimi orang lain, menghabiskan harta sehingga sanggup menggadai isteri dan anak-anak, serta pelbagai keburukan lain sebagaimana yang telah dijelaskan.
Semoga Allah SWT menjauhkan kita daripada segala perkara yang ditegah oleh-Nya dan menjadikan kita daripada orang yang bersungguh-sungguh melakukan ketaatan kepada-Nya. Amin.
Sumber
- Judi Online dalam sorotan Islam : Membongkar Bahaya dan Hukum Syariah, https://uin-alauddin.ac.id/tulisan/detail/judi-online-dalam-sorotan-islam—membongkar-bahaya-dan-hukum-syariah-0724
- Hikmah Larangan Judi dalam Islam, Ketahui Bahaya dan Dampaknya, https://mirror.mui.or.id/hikmah/35434/hikmah-larangan-judi-dalam-islam-ketahui-bahaya-dan-dampaknya/
- Dampak Buruk Judi Online dalam Pandangan Islam, https://www.rri.co.id/wawancara/795460/dampak-buruk-judi-online-dalam-pandangan-islam
- BAYAN LINNAS SIRI KE-207: BAHAYA JUDI, https://muftiwp.gov.my/en/artikel/bayan-linnas/3619-bayan-linnas-siri-ke-207-bahaya-judi