Imam Al-Ghazali dan Argumentasi Kosmologi tentang Tuhan

Sejarah pemikiran merupakan hikmah. Layak diketengahkan kepada generasi masa kini agar bisa memahami peristiwa besar dalam dunia pemikiran dan perubahannya sepanjang zaman.

Secara garis besar, wacana filsafat menelaah tentang hakikat Tuhan yang dibuktikan melalui argumentasi, salah satu argumentasi tersebut adalah argumentasi kosmologi.

Kosmologi adalah teori tentang asal usul alam semesta. Dalam Islam, teori ini merupakan salah satu pembahasan penting yang memiliki konsekuensi teologis dan berimplikasi tauhid.

Argumen kosmologis adalah sebuah tipe argumen formal untuk menyimpulkan atau membuktikaan keberadaan Tuhan berdasarkan fakta-fakta atau klaim-klaim yang dianggap benar mengenai alam semesta.

Situasi masa Imam Al-Ghazali barangkali ada kesamaan dengan situasi masa modern Barat saat ini. Sifat materialistik dan ateis adalah ciri khusus masa modern. Lebih percaya pada atom daripada ayat-ayat Tuhan.

Tiga Golongan Filosof menurut Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali dalam bukunya Al-Munqidz min Al-Dhalal membagi kaum filosof ke dalam tiga golongan:

Pertama adalah Al-Dahriyyun: kaum ateis yang mempunyai asumsi bahwa alam semesta ada dengan sendirinya tanpa pencipta. Landasan pandangan mereka dari dulu sampai sekarang berasumsi bahwa hewan berasal dari sperma. Golongan ini termasuk orang-orang zindiq.

Kedua adalah Al-Thabiyyun: yaitu mereka yang memperbanyak observasi mengenai alam semesta, dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setelah mereka menemukan keteraturan dan keajaiban dalam tubuh hewan, mereka malah ingkar adanya hari kebangkitan, padang mahsyar, surga dan neraka. Golongan ini menurut Al-Ghazali juga termasuk orang-orang zindiq.

Ketiga adalah Ilahiyyun: golongan pada filosof Yunani seperti Socrates, Plato dan Aristoteles, menurut Al-Ghazali mereka wajib dikafirkan, termasuk para filosof muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi.

Imam Al-Ghazali bukan tidak setuju dengan sains, melainkan tidak setuju dengan sikap para filosof yang ateis dan materialis, berusaha membuang jauh Allah SWT dalam pembahasan ilmiah.

Di bukunya, ‘Tahafut Falasifah’, Al-Ghazali menyebut tiga poin doktrin filusuf dalam  yang berimplikasi kufur.

  • Pengingkaran terhadap kebangkitan jasad pada hari kiamat.
  • Tuhan tidak mengetahui perkara-perkara detil.
  • Keyakinan mereka bahwa alam ini kekal, tanpa awal atau akhir.

Al-Ghazali mematahkan pendapat ahli filsafat yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki masa lalu yang tak terbatas yang tak bermula.

Al-Ghazali tak sependapat dengan argumen itu dan menawarkan alasan logis untuk menjungkirbalikkan argumen infinite past. Al-Ghazali menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki awal.

Dengan melihat keteraturan alam, para teolog membangun argumentasi keberadaan Tuhan yaitu alam semesta ini secara keseluruhan teratur. Argumen dasarnya bahwa ada yang mengatur dan menciptakan alam ini, dan sang pengatur dan pencipta itu adalah Tuhan.

Argumen Al-Ghazali tentang Adanya Tuhan

Bagaimana membuktikan adanya Tuhan secara rasional?

Apa bukti Tuhan itu ada?

Al-Ghazali menjawab pertanyaan keesan Tuhan dalam kitabnya  ‘Al-Iqtishad fil I’tiqad

Imam Al-Ghazali berusaha menjelaskan secara logis sebagai berikut.

وجوده تعالى وتقدس

Keesaan dan kesucian Allah SWT

برهانه أنا نقول ‌كل ‌حادث فلحدوثه سبب، والعالم حادث فيلزم منه إن له سببا

Pemuktiannya: Segala sesuatu yang  memiliki awal, ada penyebabnya, alam semesta ada awalnya, maka semesta ada penyebabnya.

ونعني بالعالم كل موجود سوى الله تعالى. ونعني بكل موجود سوى الله تعالى الأجسام كلها وأعراضها

Yang kami maksud dengan ‘Alam’ adalah setiap wujud selain Tuhan yang paling tinggi. Dan ‘setiap wujud selain Tuhan yang maha tinggi’, yang kami maksud adalah semua  benda dan sifat-sifatnya.

 وشرح ذلك بالتفصيل أنا لا نشك في أصل الوجود، ثم نعلم أن كل موجود اما متحيزا أو غير متحيز، وأن كل متحيز إن لم يكن فيه ائتلاف فنسميه جوهرا فردا، وإن ائتلف إلى غيره سميناه جسما

Penjelasan rincinya sebagai berikut: Sesuatu itu ada tidak mungkin diragukan. Setiap wujud bisa menempati ruang atau tidak menempati ruang. Segala sesuatu yang menempati ruang tetapi tidak memiliki komposisi kita sebut zat tunggal (atom), jika memiliki komponen kita sebut jism.

 وإن غير المتحيز أما أن يستدعي وجوده جسما يقوم به ونسميه الأعراض، أو لا يستدعيه وهو الله سبحانه وتعالى

Sesuatu yang tidak menempati ruang, dan membutuhkan tempat kita sebut accident; dan sesuatu yang ada tapi tidak bertempat, itulah Tuhan.

Al-Iqtishad fil I’tiqad halaman 24

Keterangan di atas menegaskan pendapat Al-Ghazali bahwa Tuhan adalah penyebab penciptaan dari yang tiada menjadi ada.

Al-Ghazali berargumen bahwa semua yang ada selain Tuhan membutuhkan tubuh dan accident. Hal ini dijelaskan lebih jauh menggunakan klasifikasi eksistensi dalam empat kategori.

Sesuatu yang ada pasti menempati ruang (mutahayyiz) atau tidak menempati ruang (ghairu mutahayyiz). Sesuatu yang menempati ruang (mutahayyiz) bisa dibagi (mutahayyiz wa i’tilaf) atau tidak bisa dibagi (mutahayyiz wa ghairu i’tilaf).

Mutahayyiz wa i’tilaf dikenal dengan jism sedangkan mutahayyiz wa ghairu i’tilaf dikenal sebagai zat tunggal (jawhar fardhu) seperti nafs dan ‘aql.

Keduanya membutuhkan ruang tetapi merupakan zat tunggal yang tidak merupakan bagian yang berbeda. Berbeda dengan yang pertama, tubuh merupakan bagian yang berbeda, seperti tubuh fisik kita yang terdiri dari banyak anggota badan

Baca juga:   Cara Membuat Atribut Peneliti di ORCID iD

Sesuatu yang tidak menempati ruang (ghairu mutahayyiz) bisa dengan tubuh (ghairu mutahayyiz bil jism) atau tanpa tubuh (ghairu mutahayyiz bidunil jism).

Kategori ini mengacu pada keberadaan yang tidak membutuhkan ruang untuk eksistensinya. Keberadaan tanpa menempati ruang yang membutuhkan tubuh untuk keberadaannya dikenal sebagai suatu accident. Kategori ini tidak membutuhkan ruang maupun tubuh untuk eksis dan mengacu pada Tuhan, Allah.

Dari kategorisasi di atas, Al-Ghazali dengan jelas memisahkan keberadaan Tuhan dari keberadaan yang lainnya.

Tuhan bukan zat, substansi atau accident. Zat dan substansi menurut Al-Ghazali dapat dirasa dengan indera, ini tidak terjadi dengan keberadaan Tuhan, karena keberadaan Tuhan dapat dirasakan dengan bukti bukan persepsi.

Adanya Tuhan hanya dapat diketahui melalui keberadaan alam semesta sebagai produk kekuasaan-Nya. Hal ini kemudian mengarah pada premis fundamental Al-Ghazali bahwa semua yang ada selain Tuhan adalam temporal, dan setiap makhluk temporal memiliki sebab.

Argumen Al-Ghazali tentang bukti keberadaan Tuhan dijelaskan dalam bentuk silogisme dengan tiga premis:

  1. Premis 1: Segala sesuatu yang  memiliki awal, ada penyebabnya (everything that begins has a cause)
  2. Premis 2: Alam semesta ada awalnya (The universe began to exist)
  3. Kesimpulan: Maka semesta ada penyebabnya. (Therefore, the universe has cause)

Argumen ini sangat sederhana, mudah dihafal dan sangat logis. Jika kedua premis itu benar, maka kesimpulannya harus benar.

Premis 1: Segala sesuatu yang  memiliki awal, ada penyebabnya

Premis pertama ini hampir tidak terbantahkan, sesuatu tidak bisa begitu saja muncul tanpa sebab. Prinsip ini didasarkan kepada kausalitas bahwa akibat selalu dihasilkan oleh sebab.

Hukum sebab akibat bisa kita rasakan secara intuisu. Contoh, siaran Televisi yang sering kita lihat memili awal dari perusahaan Televisi.

Kita juga tidak ada 100 tahun yang lalu, penyebab kita ada karena orang tua, jadi kita adalah akibat dari orangtua.

Jadi, faka dalam hukum sebab akibat bahwa apapun yang memiliki awal adalah sesuatu yang secara konsisten terverivikasi dengan eksperimen dan terbukti valid.

Orang yang ateis mungkin akan bertanya, jika segala sesuatu membutuhkan sebab, lalu apa penyebab yang menciptakn Tuhan?

Untuk menjawabnya, maka kita perhatikan bahwa premis 1 dari argumen ini menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki sebab keberadaan, bukan pernyataan sesuatu yang memiliki awal punya sebab keberadaan. Klaim keduanya berbeda. Tuhan adalah kekal, tidak lekang oleh waktu, maka tidak cocok dengan hal yang mulai ada, dengan demikian pula Tuhan tidak membutuhkan sebab.

Premis 2: Alam semesta ada awalnya

Ada dua argumen yang secara tegas menetapkan kebenaran premis ini yaitu argumen filosofis dan argumen ilmiah.

Argumen Filosofis

Al-Ghazali menunjukkan bahwa jika Alam Semesta tidak terbatas di masa lalu (infinite past) yaitu, tidak pernah mulai ada. Maka pasti ada jumlah peristiwa masa lalu yang tidak terbatas sebelum masa kini. Namun, menurut Ghazali, sejumlah hal aktual yang tak terbatas (number actual infinite) adalah logika yang absurd.

Ada perbedaan antara jumlah tak terbatas (number actual infinite) dan potensi tak terbatas (potential infinite). Misalnya, jarak berhingga apa pun dapat dibagi dua, lalu seperempat, lalu seperdelapan, dan seterusnya hingga tak terhingga. Jumlah pembagian adalah apa yang kita sebut potensi tak terbatas, karena pada prinsipnya seseorang dapat terus membagi dan membagi dan membagi selamanya. Namun, Anda tidak akan pernah sampai pada jumlah divisi yang sebenarnya tak terbatas. Anda akan selalu membagi jarak beberapa kali.

Al-Ghazali menunjukkan bahwa jika ketidakterbatasan aktual mungkin terjadi, berbagai absurditas akan terjadi. Misalnya, bayangkan Anda memiliki serangkaian angka dari 1 hingga tak terhingga. Misalkan Anda menghapus semua angka yang lebih besar dari atau sama dengan tiga (yaitu, jumlah angka yang tak terbatas).

Berapa banyak nomor yang tersisa? Jawabannya tentu ada dua. Sekarang anggaplah bahwa Anda harus menghapus semua angka ganjil. Berapa banyak nomor yang tersisa sekarang? Jawabannya adalah tak terhingga. Dengan demikian, kontradiksi diperlukan – tak terhingga dikurangi tak terhingga sama dengan dua dan tak terhingga dikurangi tak terhingga sama dengan tak terhingga. Ini adalah jenis kontradiksi logis yang terjadi ketika kita mencoba memperlakukan tak terhingga sebagai bilangan aktual.

Argumen Ilmiah

Kita tahu dari pembelajaran tentang awal permulaan struktur awal mula kemunculan alam semesta, bahwa alam semesta memiliki awal dengan model standar Big Bang.

Menurut model Big Bang, waktu, ruang dan materi semuanya mulai ada sejak 13,7 Miliyar tahun yang lalu. Model ini banyak dipilih ahli fisika dan kosmologi secara aktual sebagai model permulaan alam semesta.

Dari pernyataan P1 dan P2, menghasilkan kesimpulan (K) secara logis bahwa alam semesta ada penyebabnya.

Argumen bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan menciptakan segala sesuatu dari yang tiada adalah sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Quran Surat Al-An’am ayat 101.

بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُۥ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُن لَّهُۥ صَٰحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Terjemah Arti: Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.

Baca juga:   Seminar Nasional: Pembangunan Karakter Islamic Entrepreneurship di Lembaga Pendidikan Islam Bertaraf Internasional

Menggunakan konsep analisis terhadap penyebabnya, kita akan menemukan sifat-sifat Tuhan dari konsep moteistik yaitu:

  • Tunggal (Esa). Alam semesta ini eksis, dan faktanya sangat  eksis yang mana penyebab pertama adalah yang tak memiliki sebab (uncaused) yaitu Tuhan.
  • Timeless. Alasan kenapa timeless? karena waktu mulai ada pada masa saat momen ‘Big Bang’.
  • Spaceless (tak berjarak). Tak terikat ruang dan waktu, ruang juga mulai ada saat momen ‘Big Bang’.
  • Dan Immaterial (tak terikat materi). karena tanpa waktu dan ruang, kita tidak bisa memiliki benda.

Dengan susunan silogisme seperti ini tidak bisa muncul pertanyaan siapa pencipta tuhan karena tuhan yang menyebabkan alam semesta ini tidak memiliki awal. Tuhan haruslah azali (tidak berawal dan berakhir).

Revitalisasi Argumen Kosmologis dari William Lane Craig

Argumen Kosmologis Kalam dari Al-Ghazali direvitalisasi pada abad 21 ini oleh teolog Kristen bernama William Lane Craig, yang membuat Argumen kosmologis kalam menjadi sounding lagi.

Menuriut William Crage, argumen kosmologis terbagi menjadi tiga tipe:

  1. Argumen Aquinas. Argumen ini didasarkan pada kemunduran tanpa akhir yang mustahil. Argumen ini bukan berasal dari Aquinas sendiri tetapi dari pemikir Islam abad pertengahan.
  2. Argumen Kalam. Argumen ini didasarkan pada kemustahilan kemunduran waktu tanpa akhir karena ketidakhinggan aktual itu mustahil.
  3. Argumen Leibniz yang dibangun berdasarkan prinsip bernalar cukup (sufficient reason).

Craig menyetujui bahwa alam semesta memiliki permulaan dengan mengutip bukti silogisme dari Imam Al-Ghazali, bahwa ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mustahil. Anda lihat, jika ketidakterbatasan yang sebenarnya adalah mungkin, dan jumlah hal-hal nyata yang tidak terbatas ada, maka orang dapat berargumen bahwa hal-hal itu memiliki sebab dan akibat yang tidak terbatas.

Menurut Craig, silogisme Kalam yang dikenal secara umum adalah sebagai berikut:

  1. Apapun yang mulai ada memiliki penyebab. (everything that begins to exist has a cause of its existence)
  2. Alam semesta mulai ada. (the universe began to exist).
  3. Oleh karena itu, alam semesta memiliki penyebab. (therefore, the universe has a cause of its exixtence)

Craig menambahkan kesimpulan lebih lanjut berdasarkan analisis tentang sifat-sifat penyebab alam semesta, sebagai berikut:

  • Alam semesta memiliki penyebab.
  • Jika alam semesta memiliki sebab, maka ada pencipta alam semesta yang tidak memiliki sebab dan pribadi, tidak berawal, tidak berubah, tidak bermateri, tanpa batas waktu, dan tanpa ruang.
  • Oleh karena itu, ada pencipta alam semesta yang tidak ada penyebabnya dari, yang tidak berawal, tidak berubah, tidak berwujud, tanpa batas waktu, tidak memiliki ruang dan berkuasa tanpa batas.

Craig menulis;

“… melampaui seluruh alam semesta, ada penyebab yang membuat alam semesta ada ex nihilo … seluruh alam semesta kita disebabkan oleh sesuatu yang melampaui itu dan lebih besar darinya. Karena bukan rahasia lagi bahwa salah satu konsepsi terpenting tentang apa yang dimaksud kaum teis dengan ‘Tuhan’ adalah Pencipta langit dan bumi. “

Menurut Doko Enis, argumen dari Craig di atas belum lengkap, harus ditambah argumen yang menunjukkan Tuhan sebagai penyebab keberadaan alam semesta.

Maka argumen lengkapnya sebagai berikut:

  1. Alam semesta mulai ada
  2. Segala sesuatu yang mulai ada memiliki sebab
  3. Oleh karena itu, alam semesta memiliki penyebab (Dari 1 dan 2)
  4. Jika alam semesta memiliki sebab, sebab itu adalah Tuhan
  5. Tuhan ada (Dari 3 dan 4)
Argumen Kosmologis Al-Ghazali

Menurut Khalil Andani, banyak teks Kalam yang memiliki bagian pembahasan fisika, mereka berbicara tentang fisika sebelum berbicara tentang Tuhan. Fisika yang paling umum dan diyakini dalam Kalam adalah atom, mereka percaya bahwa segala sesuatu di dunia terbuat dari atom.

Ini bukan atom dalam pengertian modern, atom di sini adalah unit materi yang tidak dapat dibagi yang tidak memiliki kualitas, tidak berwarna, kualitas sama sekali, Anda bahkan tidak dapat melihat atom hal fisik dan segala sesuatu yang ada terdiri dari atom.

Kemudian mereka percaya bahwa tubuh memiliki warna dan suara dan semacam ini merasakan bahkan hal-hal seperti pengetahuan emosi ini ada dalam tubuh karena sesuatu yang lain disebut accident. Accident adalah pembawa kualitas dan atom seperti substrat material dari hal-hal ini.

Mungkin premis ini sudah tidak relevan lagi di masa sekarang, karena kita sudah menemukan bagian kecil dari atom yaitu proton, neutron dan elektron, bahkan tiga partikel tersebut tersusun dari partikel elementer yang disebut quark. Namun argumentasi bahwa alam itu ada dari yang tiada sangat relevan dengan penemuan sains modern saat ini.

Kosmologi adalah Keindahan, Bukti Keberadaan Tuhan

Logika, astronomi, dan fisika menegaskan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sebelum kejadian dentuman besar atau yang dikenal sebagai Big Bang, sama sekali tidak ada apa-apa.

Tidak ada energi, waktu dan ruang. Lalu muncul alam semesta.Tidak ada materi yang bisa mewujudkannya karena materi belum ada. Hanya sesuatu yang non-materi dan tidak bergantung pada waktu, ruang, materi, sebab & akibat, yang membuat semua ini ada.

Kekuatan eksternal yang membuatnya ada harus bersifat pribadi. Dengan kata lain, ia harus hidup, sadar diri, dan “memilih” untuk membuat alam semesta sebagaimana adanya, dengan hukum alam yang tepat. Sesuatu yang non-materi yang tidak pribadi itulah yang kita sebut sebagai ide abstrak. Ide-ide abstrak tidak memiliki kemauan atau kekuatan. Mereka bahkan tidak memiliki kehidupan, jadi mereka  tidak dapat menciptakan kehidupan.

Baca juga:   Peran Al-Ghazali dalam Mengembangkan Keilmuan Fiqih dan Ushul Fiqh Mazhab Syafi'i

Inilah yang kita sebut kosmologi, yaitu menarik kesimpulan logis tentang keberadaan kita berdasarkan pengamatan. Kosmologi mengajak kita untuk merenungkan keberadaan Pencipta dan atributnya (pengetahuan, kekuatan dan keinginan). Kosmologi adalah keindahan dan bukti keberadaan Tuhan.

Namun, manusia masih membutuhkan lebih banyak bukti. Ada pertanyaan spiritual dan etis yang tidak dapat disediakan oleh kosmologi saja. Ini sebabnya mengapa wahyu diperlukan.

Mempercayai keberadaan yang ghaib (al-ghaib) dapat dilakukan dengan melihat alam sekitar kita, melihat bagaimana bunga kamboja membuka kelopaknya di pagi hari dan menutup lagi di malam hari. Bahkan, sebagai seorang anak yang dilahirkan, kita dapat menyimpulkan pasti ada mekanisme atau hukum tak terlihat yang menyebabkan kita ada.

Honeycomb Grid. Hexagonal Pattern In Yellow And Orange. Bee Honeycomb  Yellow Texture Hexagons Background Honey Stock Photo, Picture And Royalty  Free Image. Image 124531756.

Al-Ghazali menjelaskan bahwa kita dapat melihat tanda-tanda kehadiran rahmat dan kasih sayang Allah SWT dari alam sekitar, salah satunya lewat lebah madu. bentuk segi enam atau hexagonal untuk sarang lebah madu merupakan bukti kehadiran rahmat Allah.

Kehidupan lebah di dalam sarang serta pembuatan madu oleh mereka sangat menajubkan. Lebah melakukan banyak pekerjaan dengan baik melalui pengorganisasian yang luar biasa. Rancangan segi enam dari petak-petak sarang lebah memungkinkan penyimpanan madu dalam jumlah terbanyak dengan bahan baku pembuatan sarang yakni lilin. Walaupun populasi yang padat, lebar dapat melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi.

Al-Ghazali menyebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4 cetakan Darul Hadits pada كتاب المحبة bagian ‘بيان الأسباب المقوية لحب الله تعالى’ ketakjubannya pada kemampuan lebah madu membuat rumah yang berbentuk segi enam.

وانظر إلى بنائها بيوتها من الشمع وإختيارها من جملة الأشكال الشكل المسدّس، فلا تبني بيتا مستديرا ولا مربعا ولا مخمسا بل مسدسا، لخاصية في الشكل المسدس يقصر فهم المهندسين عن دركها.

Lebah madu membangun sarangnya atas petunjuk Allah SWT, sebagaimana firman-Nya. Qs. An-Nahl 68-69.

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).”

ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”

Inilah salah satu contoh bagaimana alam semesta dipelajari sebagai bukti adanya sang Pencipta. Al-Ghazali berangkat dari pengamatan empiris terhadap alam, namun fakta empiris yang didapatkan kemudian ditempatkan dalam kerangka cara pandang Islam. Mengaitkan fakta keistimewaan bentuk hexagonal sarang lebah madu dengan sifat Allah SWT sebagai zat Maha Agung, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Al-Ghazali menyebutkan di halaman lain dalam كتاب المحبة di kitab Ihya’.

وأما البصير فإنه يطالع تفاصيل صنع الله تعالى فيه, حتى يرى في البعوض مثلا من عجائب صنعه ما ينبهر به عقله ويتحير فيه لبه ويزداد بسببه لا محالة عظمة الله وجلاله وكمال صفاته في قلبه فيزداد له حبا، وكلما ازداد على أعاجيب صنع الله اطلاعا استدل بذالك على عظمة الله الصانع وجلاله.

Orang yang memiliki bashirah akan meneliti setiap detail ciptaan Allah, sampai dia melihat seekor nyamuk sebagai contoh mempesona dari keajaiban ciptaan-Nya dan menakjubkan akal pikiran, selanjutnya meningkatkan keagungan dan kesempurnaan Tuhan pada dirinya dan menambah rasa cinta kepada-Nya. Maka setiap kali bertambah ketakjuban pada ciptaan Allah, bertambah pula rasa keagungan Allah dalam dirinya.

Maka, kosmologi dan alam semesta sekitar adalah contoh sempurna dari ‘tanda’ (ayāt) keberadaan Tuhan. Sebuah ‘tanda’ desain cerdas, yang empirisme tidak pernah dapat mengungkapkan sebagaimana adanya.

Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal

*Deklarasi: Artikel ini adalah catatan kecil penulis yang masih banyak kekurangan, bisa jadi akan terus ditambah jika diperlukan.

Rujukan

Kelas Pemikiran Filsafat Imam Al-Ghazali, Ust. Syamsuddin Arif, At-Taqwa College

Imam Al-Ghazali, Al-Iqtishad fil I’tiqad, Maktabah Syamilah

Erasmus, Jacobus (2018). The Kalām Cosmological Argument: A Reassessment, Cham: Springer.

Arif, Syamsuddin. (2014). Filsafat Islam antara Tradisi dan Kontroversi. TSAQAFAH. DOI: http://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v10i1.61

William Lane Craig, Does God Exist? Al Ghazali’s Argument, CBN, https://www.cbn.com/special/apologetics/articles/al-ghazali-argument.aspx , diakses 15 Juli 2021

Doko, Enis. (2018). Kalam Cosmological Argument and The Modern Science. Kader. DOI: 16. 1-13. 10.18317/kaderdergi.417640.

Reichenbach, Bruce, “Cosmological Argument”, The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Spring 2021 Edition), Edward N. Zalta (ed.), URL = https://plato.stanford.edu/archives/spr2021/entries/cosmological-argument/, diakses pada 17 Juli 2021

Dr. Shadee Elmasry, Cosmology is a Thing of Beauty,
https://www.safinasociety.org/post/cosmology-is-a-thing-of-beauty, diakses 15 Agustus 2021

Juris Arrozy, Al-Ghazālī and Charles Darwin on the Hexagonal Structure of the Honeycomb: Some Remarks on Their Scientific Methods, https://www.academia.edu/50038261/_Eng_Al_Ghaz%C4%81l%C4%AB_and_Charles_Darwin_on_the_Hexagonal_Structure_of_the_Honeycomb_Some_Remarks_on_Their_Scientific_Methods, diakses 15 Agustus 2021

Concepts of God in Islamic Kalam Theology by Dr. Khalil Andani https://www.youtube.com/watch?v=bdobyKD1PZw, diakses 15 Agustus 2021

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *