Redaksi puji pujian Hamdan Naa’imin Hamdan Syaakirin sering diucapkan sebelum berdoa. Namum redaksi doa di atas yaitu kata ‘Naaimiin‘ tidak pas secara bahasa, mestinya Mun’imiin, karena fiil madhiya adalah ruba’i atau empat huruf: أنعم – ينعم – فهو منعم yang bisa diartikan orang yang mengharapkan nikmat.
Hal ini mungkin karena mengikuti bentuk fail syaakirin, kemudian disamakan dengan naa’imin padahal yang benar mun’imin.
Berikut ini i’rab sederhana dari
حمدا شاكرين
حمدا : مصدر مؤكد حذف عامله وجوبا والتقدير أحمد حمدا أو حمدت حمدا وهو مفعول مطلق منصوب بالفتحة لفعل محذوف.
شاكرين: حال
Contoh redaksi lain yang mirip adalah:
حمدا لله وشكرا
i’rabnya sebagai berikut:
حمدا : مفعول مطلق منصوب بالفتحة لفعل محذوف
لله : لفظ الجلالة اسم مجرور وعلامة جره الكسرة لإنها مضاف إليه
و: حرف عطف مبني على الفتح، لا محل له من الإعراب
شكرا: مفعول مطلق منصوب بالفتحة لفعل محذوف
Karena redaksi Naa’imin kurang pas, maka lebih selamatnya mengganti redaksi hamdan naaimin hamdan syaakirin menjadi hamdan haamidin hamdan syaakirin dan saya dapatkan dalam beberapa contoh doa. Atau menghilangkannya dan langsung membaca seperti berikut:
Bismillahirrahmaaninraahiim
Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin. Hamdan yuwaafii niamahu was yukaafi-u maziidah. Yaa rabbanaa lakal hamdu wa lakal syukru kamaa yanbaghii li jalaali wajhika was adziimi sulthaanika.
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah Kami persembahkan kepada-Mu seluruh bentuk pujian yang layak dengan kebesaran dan keagungan-Mu atas seluruh nikmat dan karunia yang Engkau anugerahkan kepada kami .”
Redaksi di atas disebutkan dalam sebuah Hadits yang menyebutkan keutamaan pujian tersebut.
Dari Abu An-Nashr at-Tammar berkata, “Adam As berkata: Tuhanku, aku sibuk mencari nafkah, maka ajarilah aku rangkaian pujian dan tasbih. Lalu Allah mewahyukan kepadanya: “Wahai Adam, di pagi hari bacalah tiga kali dan di sore hari bacalah tiga kali Alhamdulillah Hamdan yuwaafii niamahu was yukaafi-u maziidah. Yaa rabbanaa lakal hamdu wa lakal syukru kamaa yanbaghii li jalaali wajhika was adziimi sulthaanika itulah rangkuman pujian.
Makna lafal yuwaafii niamahu adalah pujian yang menyusul nikmat sehingga semua nikmat datang bersamaan dengan pujian ini.
Dan lafal yukaafi-u maziidah berarti menyamai penambahan nikmat itu, artinya seseorang melakukan syukur yang melebihi nikmat dan kebaikan Allah.
Imam As-Siroj Al-Bulqini memilih lafadz di atas sebagai bentuk pujian. Pilihan beliau berdasar bahwa lafadz itu merupakan awal Al-Quran yaitu Surat Al-Fatihah dan akhir doa penduduk Surga.
Keterangan kami di atas, mendapatkan penguat dari uraian KH. Fakhruddin Al-Bantani ketika membahasTema Pembuka doa dalam hal ini kesalahan yang sering dilakukan oleh Imam ketika berdoa dengan membaca Hamdan Syakirin Hamdan Na’imin.
Kenapa kata شاكرين nya di kalimat tersebut i’rob nya adalah حال ?padahal di awal anda menjelaskan scr tidak langsung bahwa شاكرين itu fa’il sedangkan حال itu menjelaskan keadaan dari fa’il
Maaf…
Mun’imin atau Mun’amin..
Lihat ayat : an’amta alaihim ….
Lihat ayat : wa Idza an’amna ‘alal insani….
Bagaimana kalau tulisannya itu
حمدالشاكرين maka artinya yang tepat adalah (seperti pujiannya orang orang yg bersyukur)
الشاكرين menjadi mudhof ilaih
Al mu’imin : para pemberi nikmat
Dengan demikian juga salah secara makna
Mohon dikoreksi kembali makna dari “Al mun’im”
Anda juga bisa cek dlm surat al fatihah ” An’amta ” Yang artinya engkau berikan nikmat
حمد الشاكرين
Pujianya orang orang yang bersyukur
حمد النعمين
Pujianya orang orang yang diberi nikmat
Salah bukan mun’imin. Kalau mun’amin mending masih bisa. Kalau mun’imin itu artinya yg memberi nikmat. Tolong ilmu harus sesuai sebelum membuat tulisan