Islam Akan Memasuki Setiap Rumah

 Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Sungguhh perkara ini akan sampai ke seluruh dunia sebagaimana malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumah pun baik di kota maupun di desa kecuali Allah akan memasukkan agama ini dengan kemuliaan yang dimuliakan atau kehinaan yang dihinakan: kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghina-dinakan kekufuran.” (HR Ahmad no: 16344 dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra)

Imam Ahmad mengeluarkan hadits di atas di dalam al-Musnad dari Abu al-Mughirah dari Shafwan bin Sulaim, dari Sulaim ibn ‘Amr, dari Tamim ad-Dari. Al-Haitsami di Majma’ az-Zawaid berkomentar: “rijal (para perawi) Ahmad rijal ash-shahih.” Riwayat yang sama juga dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra dan al-Hafidz Abdul Ghani al-Maqdisi mengeluarkannya dalam Dzikr al-Islam. Beliau mengatakan: “Hadits ini Hasan Shahih.”.

 

Makna Hadits

Tamim ad-Dari setelah meriwayatkan hadits di atas mengatakan: “Sungguh aku mendapatkan pada keluargaku, yang masuk Islam mendapatkan kebaikan dan kemuliaan dan yang kafir mendapatkan kehinaan dan jizyah.”. Riwayat di atas memberikan satu makna, yaitu berita gembira bahwa Islam akan masuk setiap rumah di muka bumi ini. Faktanya, masih banyak wilayah di muka bumi ini yang belum pernah dimasuki oleh Islam; misalnya wilayah Eropa Barat, Amerika, Australia, Cina dan banyak wilayah Afrika.

Masuknya Islam ke setiap rumah yaitu dalam bentuk penduduknya masuk Islam, atau mereka tunduk pada sistem Islam dan membayar Jizyah (pajak yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan Islam sebagai imbalan bagi adanya jaminan keamanan kepada mereka orang-orang kafir). Dalam konteks ini mereka tidak tunduk pada ajaran Islam, melainkan mereka tunduk pada  hukum Islam dengan membayar jizyah. Selain itu, hadits ini menunjukkan tentang akan munculnya kekhilafahan yang telah dijanjikan oleh Nabi Muhmamad SAW.

Baca juga:   Etika Bertamu Sesuai Tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihiwasallam

 

Manusia diciptakan sebagai Khalifah di dunia

Allah SWT telah menegaskan salah satu tujuan penciptaan manusia, yaitu sebagai Khalifah di muka bumi, sebagaimana firman-Nya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah diu muka bumi.” (QS. Al-Baqarah: 30) Tafsir dari khalifah di sini adalah Adam as dan ahli Tafsir berbeda pendapat tentang khalifah bagi siapakah Adam as itu?

Ada yang berpendapat khalifah bagi jin. Alasannya sebelum manusia diciptakan, penghuni bumi adalah jin. Namun, karena mereka banyak berbuat kerusakan, Allah SWT kemudian mengutus para Malaikat untuk mengusir dan menyingkirkan mereka. Setelah mereka berhasil disingkirkan sampai di pesisir dan gunung. Adam as diciptakan untuk menggantikan kedudukan dan posisi mereka.

 

Pendapat kedua, Adam sebagai khalifah bagi Malaikat. Sebab setelah berhasil menyingkirkan jin, Malaikatlah yang tinggal di bumi. Karena itu, yang digantikan Adam as adalah Malaikat, bukan jin. Demikian pendapat as-Syaukani dan al-Waqidi.

 

Pendapat ketiga, disebut sebagai khalifah karena mereka menjadi kaum yang sebagiannya menggantikan sebagian lainnya. Di antara yang berpendapat demikian adalah Ibnu Katsir.  Dan pendapat keempat, menjadi khalifah bagi Allah di muka bumi untuk menegakkan hukum-hukum-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya. Pendapat ini dipilih oleh al-Baghawi, al-Alusi dan asy-Syanqithi, pendapat inilah yang lebih dapat diterima.

Sejak kemunculannya, Islam telah mampu memimpin dunia, menyingkirkan bangsa-bangsa yang telah sekian lamanya memperlakukan umat manusia secara semena-mena, di bawah pimpinan para khalifah umat Islam, bangsa-bangsa lain terjamin kebahagiaan dan keamanannya, di antara faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah:

 

Pertama, Umat Islam menjunjung tinggi Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah Y dan berpegang teguh pada hukum Ilahi. Mereka tidak mengada-ada dalam masalah agama dan berlaku sewenang-wenang terhadap orang lain, dalam masalah politik atau pergaulan sehari-hari.

Baca juga:   Aljazair dan Upaya Arabisasi

 

Kedua, Umat Islam mengambil alih kepemimpinan bukan tanpa akhlaq dan pembersihan jiwa lebih dahulu. Tidak seperti bangsa-bangsa lain, atau tokoh-tokoh pemerintahan masa lalu dan masa kini. Sebelum itu mereka lama sekali dengan tekun mengikuti pendidikan Nabi Muhammad SAW.

 

Ketiga, Mereka bukan manusia yang mengabdikan diri kepada bangsa atau ras, bukan pula wakil rakyat yang bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa dan tanah airnya saja. Apa yang mereka lakukan adalah untuk membebaskan manusia dari kesesatan menyembah manusia dan menarik mereka agar menyembah Allah yang Maha Esa. Hal ini tercermin dari perkataan Rabi’, yang menjadi utusan kaum muslimin ke raja Persia: “Allah menciptakan kami untuk mengeluarkan manusia dari kesesatan menyembah manusia dan mengajak mereka supaya menyembah Allah yang Maha Esa. Untuk mengeluarkan manusia dari kepengapan dunia ke suasana yang cerah, dan untuk mengeluarkan  mereka dari kedhaliman agama-agama lain ke dalam Islam.”.

 

Islam peradaban masa depan

Umat manusia membutuhkan satu peradaban yang dapat mengembalikan kodrat mereka berupa iman kepada Allah SWT dan ajaran-Nya, Rasul-Nya dan hari perhitungan berupa pahala atau dosa. Dunia sekarang sedang menghajatkan satu peradaban yang dapat menghubungkan antara langit dan bumi dimana nilai-nilai rabbani serta kepentingan kemanusiaan saling bersambut, antara hati, akal dan pikiran saling melengkapi.

Peradaban ini hanyalah Allah SWT yang dapat menghadirkan, karena peradaban-peradaban seperti materialisme, rasionalime dan empirisme adalah peradaban yang kering dengan spiritual, mereka tidak mengenal Allah SWT dan menjauhkan-Nya dari kehidupan sehingga segala yang berifat duniawi diagungkan dan yang berifat spiritual dikesampingkan.

Kita tidak ingin menghancurkan peradaban ini, sebab dengan demikian kita menghancurkan segalanya. Kita hanya ingin menawarkan jalan yang akan menyelamatkan peradaban ini dari kehancuran. Misi peradaban Islam adalah Rabbaniyah, Insaniyah dan akhlaqiyah, suatu misi yang berifat bimbingan ilahiyah, seimbang dan membuka jalan bagi manusia untuk membangun dan mewarisi kepeminpinan atas makhluk-makhluk lainnya (khalifah). Wallahu ‘Alambisshawab

Referensi:

  1. Maza khasiral ‘alam bi inhithat al-muslimin
  2. Islam peradaban masa depan, Yusuf qardhawi
  3. Video kajian Syaikh Muhammad Hasan dengan judul ‘al-mustaqbal li hadza ad-din’ di Suriah.
Baca juga:   Perbedaan Setan dan Manusia

[soundcloud url=”http://api.soundcloud.com/tracks/69144338″ params=”show_comments=false&auto_play=true&color=ff7700″ width=”100%” height=”81″ iframe=”false” /]

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *