Saya cukup rutin mengikuti acara Islamic Book Fair sejak beberapa tahun yang lalu, setelah dua tahun terhenti karena pandemi, harapannya IBF tahun ini saya bisa merasakan sensasi melihat dan menikmat buku, namun tidak bisa saya rasakan di IBF kali ini.
Beberapa hal yang mengecewakan menurut saya pribadi;
Pertama, tempat parkir motor yang kurang nyaman, berada di sebelah kiri setelah pintu masuk JCC, nyempil di bekas bangunan. Keluar dari parkir, bayar 5 ribu, padahal di dalam cuma 4 jam saja.
Kedua, area masjid berada di satu ruangan yang luas, sebelah kanan adalah masjid untuk putra dan putri dan sebelah kirinya ada ruang kosong yang tidak digunakan. Sempat terpikir setelah masuk ruang buku dan tempat jajan yang berada di dalam ruangan, kenapa tempat samping masjid tidak digunakan, agar pengunjung tidak terlalu padat di dalam.
Ketiga, Protokol kesehatan yang tidak ketat sama sekali, ketika datang ke JCC saya dapatkan anak-anak sekolah dari pesantren-pesantren tidak banyak yang pakai masker, ketika masuk ruang JCC pun tidak ada tempat cuci tangan atau hand sanitizer dan tidak ada pengukuran suhu dari petugas. (baca ini)
Keempat, Tempat jajan dan makan siang hanya diberi satu ruangan kecil, berisi macam-macam jajanan. Orang dewasa dan anak-anak berebut masuk dan keluar di tempat jajan. Saya khawatir kalau ada anak kecil masuk dan terhimpit lalu gak bisa nafas, bisa berakibat fatal. Penjual juga memberikan harga dagangan yang fantastis, saya dan istri hanya membeli pecel, ayam dan gorengan dua porsi dikasih harga total 90 ribu. Saran saya, sebelum ke IBF, beli jajan dari luar, biar tidak ikut berhimpitan untuk jajan.
Kelima, Tempat kajian dan talkshok di tengah pameran, sempit dan sedikit sekali tempat duduk.
Keenam, Buku dan penerbit yang kurang beragam, sebagian besar penerbit yang berafiliasi ke PKS.
Sekian.