Kenapa Paham Agama Tapi Korupsi? 

Penting dipahami bahwa instruksi ini tidak hanya dimaksudkan untuk pemilik toko yang menjual produk berdasarkan berat, tetapi untuk semua orang dalam setiap profesi. Apakah Anda seorang bankir, guru, atau pejabat tinggi pemerintah, Anda harus memberikan 100% pekerjaan Anda, dan menjadikan penghasilan Anda halal (diizinkan) untuk Anda dan keluarga Anda.

Siang ini di WAG Islamic Character Development-ICD ada satu pertanyaan dari peserta sebagai berikut: Kenapa bangsa ini mempunyai banyak pemimpin penipu, pembohong, rakus, julik, padahal mereka orang2 pinter dan nempunyai pengetahuan agama yg hebat2?

Saya coba menampilkan beberapa tanggapan peserta WAG. Semoga bisa menambah keilmuan kita.

Bapak Aditya Wijaya menjawab pertanyaan ini sebagai berikut.

Kita bisa lihat di negara2 arab, yg sangat bisa jadi pengetahuan agama nya secara rata2 lebih hebat dari Indonesia.

Silih berganti konflik yang datang, bentuk pemerintahan kekhalifahan yang bukan kerajaan/keturunan/dinasti saja sudah lama tidak ada..dinasti muawiyah muncul tahun 661, “hanya” 30thn setelah Baginda Rasul wafat.

Saya yakin orang2 di zaman itu sangat hebat pengetahuan agama-nya, bahkan beberapa/banyak diantaranya sempat bertatap mula langsung.

Tapi memang kodrat manusia banyak khilaf dan sering terbutakan nafsu, nafsu berkuasa itu yang paling bahaya.

Yang bisa kita lakukan saya rasa adalah banyak istighfar, berpegang sekuatnya terhadap ajaran Rasulullah serta tingkatkan sabar dan taqwa

Wallahu a’lam bish-shawab. 

Kemudian ada jawaban dari mas Ahmad Darda yang menulis demikian:

Kesalahan adalah bukan pada pengetahuan agamanya tapi pada manusianya oleh karenanya berbeda sekali antara ahli agama dengan ahli taqwa, ahli agama yang penipu atau korup hanya meletakkan pengetahan hanya pada tahap materi semata, tidak dalam praktik di kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya ada tambahan ilmu dari bu Dina yang menuliskan jawaban dalam bentuk poin poin.

Menurut dia, sebab para pemimpin yang berilmu tapi korupsi adalah sebagai berikut.

  1. Pengetahuan agama yg salah
  2. Iman dan ke Taqwaan nya lemah
  3. Mementingkan penilaian manusia
  4. Harta, Tahta, Wanita dan Pria
  5. Mengikuti Ego,  hawa nafsu, gangguan syeitan
  6. Manusia tempatnya Dosa dan Khilaf
  7. Dunia adalah ujian
  8. Dunia tujuannya
  9. Lupa akan Akhirat
  10. Kekuasaan,  uang,  adalah kekuatan
  11. Golongan Munafiq
  12. Belum di tolong Allah dan belum mendapatkan Hidayah Allah SubhanaWaTa’alla
  13. Tersesat karena perbuatan nya yg melanggar aturan2 Allah dan Rasulullah SAW
  14. Tidak paham dengan agama Islam dan Rabb nya juga ajaran2 perintah dan larangannya.
  15. Lebih mengikuti life style, lingkungan adat istiadat,  kebiasaan buruk sekitarnya, bukan agamanya.
Baca juga:   Analisa Pengaruh Al-Qawaid Al-Ushuliyyah Dan Fiqhiyyah Terhadap Perbedaan Pendapat Dalam Fiqih (Kasus Hukuman Untuk Tindak Pidana Korupsi)

Firman Allâh Azza wa Jalla berikut:

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Saba/34:36]

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” [al-Anbiyâ/21:35]

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allâh-lah pahala yang besar” [al-Anfâl/8:28]

Wallahu’alam Bishowap ❤️

Demikian jawaban dari teman teman anggota WAG ICD.

90% lebih masyarakat Indonesia adalah muslim dan ironisnya kita juga dikenal sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dua hal ini bisa terjadi bersamaan.

Bisa jadi karena muslim Indonesia memgambil ayat-ayat Al-Quran secara literal, meski ada banyak instruksi metaforis.

Firman Allah Swt dalam Qs. Isra ayat 35

وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا۟ بِٱلْقِسْطَاسِ ٱلْمُسْتَقِيمِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

” Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Dan Firman Allah Swt dalam Qs. Al-Muthaffifin ayat 1-6

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَۙ الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَۖ وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَۗ اَلَا يَظُنُّ اُولٰۤىِٕكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَۙ لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ
ۙ

“Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi. Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.”

Penting dipahami bahwa instruksi ini tidak hanya dimaksudkan untuk pemilik toko yang menjual produk berdasarkan berat, tetapi untuk semua orang dalam setiap profesi. Apakah Anda seorang bankir, guru, atau pejabat tinggi pemerintah, Anda harus memberikan 100% pekerjaan Anda, dan menjadikan penghasilan Anda halal (diizinkan) untuk Anda dan keluarga Anda.

Baca juga:   Peran Rahasia Assasins dalam Perang Salib (1095 – 1192 M)

Tidaklah cukup menjalani kehidupan yang rusak dan kemudian melakukan haji (dan “dimurnikan dari semua dosa”) setelah seseorang pensiun. Kita harus menjalani kehidupan yang baik sepanjang jalan, dan merasa kasihan kepada orang lain yang membutuhkan dan tidak berdaya.

Sudut pandang lain tentang kenapa orang beragama tetap korupsi, menurut saya di antaranya adalah Gagalnya Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia.

Kurikulum PAI di negara kita masih banyak berorientasi pada kognitif, seperti menghafal tanpa ada pendidiakan afektif yaitu bagaimana melibatkan rasa dan hati dalam belajar. Misalnya ketika belajar nama nama Allah, bukan hanya menghafal saja tapi juga sampai pada merasakan keagungan Allah.

Pelajaran shalat diajarkan hanya sampai pada hafalan, tidak ditingkatkan sampai kepada afeksi bagaimana ketika shalat kita merasakan sedang menghadap Allah swt sehingga shalat kita akan berpengaruh pada kehidupan sosial.

Pun demikian ketika belajar Fisika, Biologi dan ilmu alam yang lain, bukan berhenti pada materi, tapi hendaknya diteruskan mengenal siapa yang menciptakan materi, alam yang terbentang luas, dari mikro sampai makro tidak mungkin berdiri sendiri, pasti ada dzat yang menciptakan yaitu Allah swt.

Orang orang yang sekarang menjadi pimpinan negeri ini adalah produk dari kegagalan kurikulum kita. []

Jumal Ahmad

Islamic Character Development

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *