Kesesuaian (Munasabah) Antara Awal dan Akhir Surat Al-Baqarah

munasabahAllah swt berfirman dalam awal surat al-baqarah:
“ Alif laam miin 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”

Dan di akhir surat al-baqarah:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”.

Awal al-baqarah bercerita tentang orang-orang yang bertaqwa dan di akhir surat tentang pertolongan, dan antara ketaqwaan dan pertolongan terdapat hubungan yang erat antara sebab dan musabab. Karena orang yang bertaqwa adalah orang yang mendapat pertolongan, sehingga ada yang mengatakan: “dengan bertaqwa kepada Allah, kalian akan mendat pertolongan, wahai umat islam.” Dan terdapat banyak ayat dalam al-quran yang menghubungkan antara ketaqwaan dan pertolongan, seperti dalam al-a’raf: 128, thaha: 132, al-baqarah: 194 dan an-nahl: 128. Namun banyak kita dapatkan pada zaman ini orang-orang yang menginginkan pertolongan datang tetapi mereka tidak mempersiapkan sebuah generasi yang bertaqwa kepada Allah, mereka selalu tergesa-gesa sehingga akhir mereka seperti perkataan: “barang siapa yang tergesa-gesa sebelum waktunya, maka ia akan diharamkan darinya.”

Dan antara awal dan akhir surat ini Allah swt menjelaskan hukum dam amal-amal yang bisa mengantarkan kepada derajat taqwa seperti; keyakinan yang benar, rukun islam, hukum-hukum muamalat seperti jual beli, nikah dan jihad; dan Allah Y telah mengumpulkan semua ini dalam satu ayat, yaitu al-baqarah: 177 dan dikhiri dengan sebutan taqwa bagi orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. “bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (qs. Al-baqarah:177)

Baca juga:   Bentuk-Bentuk Tafsir Al-Quran

Dalam surat ini pula Allah banyak mengisahkan cerita tentang kaum yang tidak memperhatikan taqwa sehingga mereka tidak berhak atau haram untuk mendapatkan pertolongan, sebagaimana kisah bani israil yang banyak sekali disebutkan dalam surat ini. Di antara kisah yang Allah swt ceritakan adalah Allah telah menyelamatkan bani israil dari musuh mereka dan memberikan kemudahan bagi mereka untuk kembali ke daerah mereka, sebagaimana firman Allah: “dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: “Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan Katakanlah: “Bebaskanlah Kami dari dosa”, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik”. Ibnu katsir berkata ketika menafsirkan ayat di atas bahwa mereka diperintrahkan untuk tunduk kepada Allah setelah kemenangan dengan perkataan dan perbuatan, agar mereka mengakui kesalahan dan meminta ampun atas kesalahan tersebut serta agar mereka bersyukur atas nikmat Allah tersebut, sebagaimana firman Allah swt dalam qs. An—nashr, sebagian sahabat ada yang menafsirkannya dengan zikir dan istighfar dan ibnu abbas menafsirkannya dengan dekatnya ajal nabi saw, dan antara kedua tasiran ini tidak ada pertentangan dan disebutkan alam sebuah riwayat bahwa nabi saw dalam fathu makkah, beliau sangat khudu’.

Maka terdapat kesamaan dalam hal ini, yaitu kalau kalau bani israil diperintahkan untuk sujud dan nabi saw diperintahkan untuk bertasbih yang salah satu bentuknya adalah shalat, dan bani israil diperintahkan untuk meminta agar dosa mereka dihapus, nabi juga diperintah untuk melakukan istighfar dan ada satu kesamaan bahwa mereka dilarang untuk masuk ke negeri mereka, dan ini termasuk keajaiban petunjuk ibnu katsir dalam tafsirnya.

Baca juga:   Mengenal Corak Tafsir Sufi

Bani israil diperintahkan untuk bersyukur dengan pekerjaan tetapi mereka menggantinya dengan tidak masuk ke quds dengan sujud tetapi malah membelakangi lalu mereka juga diperintahkan untuk bersyukur dengan perkataan, dan mereka menggantinya dengan perkataan yang menghina yaitu ‘Hinthah’.

Walhasil bahwa bani israil diperintahkan agar mereka bertaqwa, sebagaimana firman Allah: “dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.” (qs al-baqarah: 41) tetapi mereka menyelisihinya sehingga mereka berhak untuk mendapat azab. Dan kisah semisal juga dapat kita temukan dalam thalut dan jalut, sebagai pelajaran bagi orang yang menginginkan pertolongan dengan tergesa-gesa dan bukan orang yang bertaqwa; mereka meminta kepada nabi mereka agar diturunkan seorang nabi untuk memimpin mereka berjihad, dan ketika pemimpin itu telah datang mereka enggan untuk menaatinya hanya karena ia hanya orang yang lemah. Dan selanjutnya ketika dalam perjalanan hanya orang yang bertaqwa saja yang bisa sampai pada tempat tujuan, dan orang-orang ini hanyalah sedikit.

Ada beberapa faidah-faidah yang dapat kita ambil dari surat al-baqarah dalam kaitannya dengan al-quran.

Dalam surat ini Allah banyak memuliaka al-quran dan juga menyebutkan hidayah yang akan menjadi sebab kebahagiaan di dunia serta karamah dan kebaikan yang akan mereka dapat kelak di akhirat.

Dalam banyak ayat Allah swt banyak menyebutkan pembagian dan penggolongan manusia, dan pembagian ini bisa kita lihat menjadi tiga bagian.

Bagian pertama, permbagian manusia dalam masalah beriman kepada al-quran, ada tiga golongan yaitu orang yang bertaqwa, orang kafir dan orang yang munafik.

Bagian kedua, Allah swt telah memberikan peringatan dari berselisih terhadap al-quran, dan hasil dari perselisihan tersebut hanyalah perpecahan. Sebagaimana firman Allah: “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (qs al-baqarah: 137)

Baca juga:   Siapa Yahudi?

Pada bagian yang ketiga Allah swt berfirman untuk menguatkan keterangan di atas: “yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al kitab dengan membawa kebenaran; dan Sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).” (qs al-baqarah: 176).

Sebab perselisihan dalam kalam Allah ada dua:

Perselisihan dalam masalah turunnya al-quran, perselisihan ini termasuk kekafiran karena berarti mengimani yang sebagian dan mengkufuri yang sebagian, perselisihan model ini banyak kita dapati pada agama-agama terdahulu kecuali agama islam, kalau dalam yahudi mereka mengimani musa tapi mengkufuri nabi muhammad dan dalam nasrani, mereka mengimani isa tetapi mengkufuri nabi muhammad, sedangkan dalam islam, mereka mengimani muhamamad juga mengimani musa dan isa, sebagaimana firman Allah: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan Kami taat.” (mereka berdoa): “Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (qs al-baqarah: 285)

Perselisihan dalam takwil atau tafsir al-quran. Dan hal inilah yang menyebabkan adanya kelompok dalam islam yang keluar dari jama’ah islam dengan kebid’ahan mereka, dan sebab perselisihan ketika masa awal islam adalah karene menafsirkan al-quran bukan dengan tafsiran yang diinginkan oleh Allah swt.

Maka memerangi orang yang melakukan takwil bid’ah terhadap al-quran sangat dianjurkan seperti yang pernah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib yang memerangi khawarij disebabkan salah takwil pada al-quran dan banyak kitab-kitab para ulama dahulu ditulis untuk membantah tawilan dari ahli bid’ah.

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *