Keutamaan Menjadi Imam Shalat di Masjid

Perhatian Islam terhadap masjid sangat besar, di bawah naungannya dididik generasi Qurani dan di bawah naungannya pula Nabi saw menjadi Imam para hamba-hamba yang shalih dan membina mereka dengan adab-adab Islam setiap saat. Maka ketika itu masjid menjadi tempat belajar ilmu dan adab Islam, menjadi tempat ibadah serta menjadi pusat pemerintahan.

Keutamaan Masjid

Masjid memiliki urgensi yang besar bagi Islam dan umat Islam, ia adalah tempat penggemblengan ruh dan pikiran umat Islam dan tempat berkumpulnya umat untuk memecahkan masalah.

Ada beberapa keutamaan yang dimiliki masjid.

  • Pertama, Masjid adalah tempat yang dikhususkan oleh Allah SWT untuk mengumandangkan azan, Allah SWT berfirman: “Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan pada waktu petang.” (QS an-Nur: 36)
  • Kedua, Orang yang memakmurkan masjid adalah orang yang beriman, Allah SWT berfirman: “Hanyalah orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS at-Taubah: 18)
  • Ketiga, Masjid itu milik Allah, Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah Allah).” (QS Jin: 18)
  • Keempat, Hal pertama yang dilakukan Nabi SAW sesampainya ditempat hijrah, Madinah adalah mendirikan masjid bersama para sahabat.
  • Kelima, Setelah seorang khalifah diangkat, ia disunahkan untuk berkhutbah di masjid, sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar ra setelah beliau diangkat menjadi khalifah kaun muslimin.
Baca juga:   Tuntunan dalam Iduladha

Lalu timbul satu pertanyaan, bagaimana cara mengembalikan fungsi masjid pada zaman sekarang?

Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan memilih imam yang jujur lagi ikhlas, beraqidah benar dan mempunyai semangat dalam dakwah dan amar ma’ruf.

Manzilah Imam dalam Islam

Kata imam secara bahasa adalah pecahan dari “al-Umm”sedangkan secara istilah memiliki 3 makna yaitu Imamah al-Kubra atau seorang Khalifah, Imamah as-Sughra atau Imam Masjid dan seorang ‘alim yang diikuti. Sedangkan makna imam salat sendiri menurut Muhammad al-Haskafi yaitu mengikat salat makmum dengan imam.

Posisi imam shalat dalam Islam memiliki posisi yang mulia, tentang hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa termasuk sunnah Nabi, Khulafa’ ar-Rasyidin dan para pemimpin Daulah Islam bahwa seorang amir posisinya sebagai imam dalam shalat dan dalam jihad.

Orang yang Berhak menjadi Imam Salat

Rasulullah saw bersabda: “Jika ada tiga orang, maka hendaklah salah seorang di antara mereka menjadi imam dan yang paling berhak di antara mereka adalah yang paling bagus bacaanya,” (HR Muslim 1/464)

Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa orang yang paling berhak menjadi imam adalah:

  • Orang yang paling bagus bacaanya dan memahami fiqih shalat.
  • Jika tidak ada orang yang paling mengetahui sunnah Nabi saw lalu orang yang pernah hijrah kemudian orang yang paling tua.
  • Jika mereka sama, dipilih yang paling bertaqwa.
  • Jika mereka sama, maka dipilih dengan cara diundi karena pada dasarnya mereka semua punya hak yang sama.

Sifat-sifat Imam Salat

  • Pertama. Mempunyai hafalan al-Quran yang cukup. Rasulullah SAW bersabda: “Hendaknya mengimami suatu kaum orang yang paling tahu tentang kitab Allah.” (HR Muslim)
  • Kedua. Mengetahui sunnah-sunnah Nabi. Rasulullah saw bersabda: “Jika bacaan mereka sama maka pilihlah orang yang paling mengetahui sunnah.” (HR Muslim)
  • Ketiga. Mempunyai bacaan yang baik. Sebagaimana sabda Nabi saw kepada Abu Musa al-As’ari: “Wahai Abu Musa, sunguh engkau telah diberikan seruling dari seruling keluarga Dawud.” (HR Bukhari)
  • Keempat. Memiliki aqidah yang benar terlebih kalau ia juga seorang khatib
  • Kelima. Memiliki kemampuan berkhutbah yang baik. Jabir bin Abdullah ketika mensifati khutbah Nabi saw mengatakan:Jjika beliau berkhutbah merah matanya, tinggi suaranya dan sangat marah seakan-akan beliau seorang pemberi peringatan pada waktu pagi dan sore (HR Muslim)
Baca juga:   Fiqih Salat Dua Gerhana

Hal-hal yang disyariatkan seorang imam

  • Pertama. Meringankan salat dan menyempurnakannya. Anas bin Malik mensifati salat Nabi, ia berkata: “Aku belum pernah shalat di belakang imam yang lebih ringan dan lebih sempurna dari Nabi SAW.” (HR Bukhari)
  • Kedua, merapikan barisan sebelum salat. Nabi bersabda: “Luruskanlah barisan kalian, karena meluruskan barisan termasuk dari kesempurnaan shalat.” (HR Ibnu Majah)
  • Ketiga, Menunggu makmum ketika pertengahan ruku’ atau tasyahud akhir.

Imam al-Khatabi menjadikan hadits dari Anas bin Malik. “Sungguh saya mendengar tangisan bayi ketika aku shalat, maka saya ringankan, takut (tangisan itu) menyiksa ibunya.” (HR at-Tirmidzi). Bahwa seorang imam disunahkan memendekkan bacaan karena urusan dunia para makmum, ia juga disunnahkan untuk memanjangkannya jika ada makmum yang ingin shalat bersamanya karena ia berniat untuk ibadah.

  • Keempat. Melaksanakan sunnah dalam shalat. Rasulullah SAW bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana aku shalat.” (HR Bukhari)
  • Kelima. Setelah shalat tidak langsung menghadap makmum, tetapi beliua membaca istighfar dan doa ter;ebih dahulu.

Semoga penjelasan singkat ini bisa bermanfaat bagi para pengurus masjid dalam memilih seorang imam masjid yang baik. Wallahu ‘Alam Bisshawab

 

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

7 Comments

  1. Saya mencoba memperhatikan tulisan kami di atas dengan seksama, namun mohon maaf belum kami temukan redaksi yang bermaksud tidak ada pahala bagi imam shalat.

    Kedudukan imam di dalam shalat itu memiliki keutamaan tersendiri, barangsiapa melaksanakannya dengan baik maka ia akan mendapatkan pahala yang agung.

    Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengemban tugas menjadi imam demikian pula Khulafa’ur Rasyidin setelah beliau. Jelas sekali ada pahala yang berlipat lipat disana.

    Dan karena imam itu dipilih dari pribadi yang paling sempurna dan utama keadaanya. Maka dari itu mayoritas para ulama ahli fikih memilih pendapat bahwa tugas imam itu lebih utama dari tugas muadzin/tukang adzan.

    Pahala antara imam dan makmum itu berserikat sebagaimana yang diisyaratkan oleh Imam Izz Ibnu Abdissalam di dalam Qawa’idul Ahkam beliau berkata :

    Diantara para ulama ada yang lebih memilih kedudukan imam dikarenakan imam ini menjadi perantara berlipatnya pahala ketika shalat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Dan shalat jama’ah itu lebih utama dari shalat sendiri sebanyak dua puluh lima derajat atau dua puluh tujuh derajat berdasarkan apa yang telah disebutkan di dalam sunnah. Dan ini tidak didapati di dalam adzan.

    Dan apabila dikatakan apakah orang yang ditemani imam melaksanakan shalat mendapatkan berlipatnya pahala shalat jama’ah ? kami katakan, iya berdasarkan sabda nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ; Siapa yang mau bersedekah pada orang ini (maksudnya: menemani shalat orang yang belum shalat agar ia bisa berjamaah). Selesai.

    Dari ‘Ali Al Mishri, ia berkata: “Kami berpergian bersama ‘Uqbah bin ‘Amir Al Juhani, lalu datanglah waktu shalat kepada kami, kemudian kami menginginkan supaya dia yang maju, lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang mengimami suatu kaum, jika imam itu shalatnya sempurna maka ia mendapatkan pahala atas kesempurnaannya dan mereka (makmum) juga mendapatkan atas kesempurnaannya, tetapi jika imam tidak melakukan dengan sempurna, maka makmum akan mendapatkan kesempurnaannya sedangkan imam yang mendapat dosanya,’” (HR Imam Ahmad). 

    Semoga, bermanfaat jawaban kami dan jangan ragu dengan pahala seorang imam masjid. Wallahu a’lam.

  2. Waalaikum Salam wr wb.

    Berikut ini beberapa hadits yang bisa kami dapatkan tentang pahala menjadi Imam Shalat.

    Apabila imam memperbagus shalatnya maka ia akan memperoleh pahala semua makmum di belakangnya

    Diriwaytakan oleh Abdullah bin Umar Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda,

    مَنْ أَمَّ قَوْمًا فَلْيَتَّقِ اللهَ وَالْيَعْلَمْ أَنَّهُ ضَامِنٌ مَسْؤُوْلٌ لِمَا ضَمِنَ وَإِنْ أَحْسَنَ كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ أَجْرِ مَنْ صَلَّى خَلْفَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا وَمَا كَانَ مِنْ نَقْصٍ فَهُوَ عَلَيْهِ

    Barangsiapa yang memimpin shalat suatu kaum hendaknya ia takut kepada Allah. Dan hendaknya ia mengetahui bahwa dirinya adalah orang yang bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggung jawabnya. Apabila ia memperbagus shalatnya maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang berada di belakangnya tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala mereka. Dan apabila ada kekurangan maka ia yang akan menanggungnya. (HR Thabrani, Mu’jam al-Ausath)

    Pada hari kiamat imam akan berada di atas tumpukan minyak kasturi

    Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda,

    ثَلاَثٌ عَلَى كِتْمَانِ الْمِسْكِ، أَرَاهُ قَالَ: يَوْمَ الْقِيَامَةِ، عَبْدٌ أَدَّى حَقَّ اللهِ وَحَقَّ مَوَالِيْهِ وَرَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ بِهِ رَاضُوْنَ وَرَجُلٌ يُنَادِى بِالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ

    Tiga orang yang akan berada di atas timbunan minyak kasturi pada hari kiamat; Yaitu seorang hamba yang menunaikan hak Allah dan hak budak-budaknya, seorang yang memimpin suatu kaum dan kaum itu meresa senang dengannya, dan orang yang menyerukan shalat lima waktu dalam sehari semalam. (HR Ahmad, Tirmidzi)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *