Pada tanggal 31 Desember 1968, Seorang pendeta dari Selandia Baru bernama Alex tiba di rumah H. Turmundzi Mojokerto, Jawa Timur. Alex adalah pendeta internasional yang mendapat tugas di Indonesia. Ia baru saja datang dari pertemuan pendeta sedunia di Vatikan. Ia di utus oleh Geraja untuk menyebarkan Kristen di Indonesia. Sesampainya di Indonesia, ditemani oleh pendeta WNI keturunan Cina, ia mulai mendatangi tokoh-tokoh islam untuk masuk kristen, di antaranya adalah H. Turmundzi. Mereka mengajak berdebat, maka Turmundzi pun menelpon Wasian (KH. Abdullah Wasian).
Tepat Pukul 09.00, debat di mulai. Debat tersebut di pimpin oleh Turmundzi. Kesempatan pertama diberikan kepada Alex. Singkat cerita, Wasian memenangkan perdebatan tersebut. Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan yang dilontarkan oleh Wasian, sang kristolog pertama di Indonesia ini.
Sebelum perdebatan berakhir, Wasian mengajak Alex dan temannya masuk Islam. Ajakan ini kontan mengagetkan mereka. Baru kali ini ada orang yang berani mengajaknya masuk Islam. Kemudian Alex menantang Wasian untuk menunjukan kenapa ia harus masuk Islam. Mendapat tantangan tersebut, Wasian sang kritolog yang pandai berbahasa belanda ini meminta Alex untuk membuka Alkitab pada kitab Ulangan Pasal 18:18 yang berbunyi:
”Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini. Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.”
Wasian berkata kepada Alex bahwa yang di maksud seorang nabi dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad. Tetapi kedua pendeta itu tidak mau menerima, karena menurut meraka adalah Yesus. Mereka meminta Wasian untuk menunjukkan dalil yang menyebutkan bahwa kata Nabi dalam kitab tersebut adalah Nabi Muhammad.
Untuk membuktikannya, Wasian membacakan kitab Ulangan pasal 34:10 yang berbunyi:
“Seperti Musa yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel.”
Ini artinya tidak ada lagi dari kalangan bani israel yang menjadi nabi, maka sangat keliru jika selama ini kaum Nasrani menafsirkan nabi yang akan dibangkitkan dalam kitab tersebut adalah Isa, karena Isa berasal dari bani Israel.
Setelah Elex terdiam atas keterangan Wasian, kemudian dia bertanya: ”Lalu mana yang menunjukkan bahwa orang Kristen harus masuk Islam?”
Wasian pun menjawab: “Silahkan buka Ulangan 18:19 yang berbunyi:
‘Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.’”
Jawaban Wasian ini membuat Alex semakin tertegun. Ia sama sekali tidak menyangka, ada orang islam yang hafal isi Alkitab seperti Wasian, padahal ia sendiri tidak hafal. Setelah perdebatan itu selesai, ia tidak berani lagi mengajak Turmidzi masuk Kristen.
KH. Abdullah Wasian wafat pada hari Rabu (16 Februari 2011 M/13 Rabi’ul Awwal 1432 H) di rumahnya, jalan Perumahan Rewwin, Wedoro, Sidoarjo, Jawa Timur. Sebelum dipanggil Allah SWT, KH. Abdullah Wasian dikenal sangat produktif menulis dan berkarya. Menurut M. Mashud, seorang kristolog muda asal Surabaya, meski usianya 94 tahun, almarhum masih produktif menulis buku-buku tentang kristologi.
Di antara buku-bukunya yang sangat populer di masyarakat adalah:
- 100 Jawaban untuk Missionaris,
- Jawaban untuk Pendeta,
- Nabi Muhammad dalam Alkitab,
- Pendeta Menghujat, Kiai Menjawab.
Menurut Mashud, selama ini almarhum terus menulis, meski dengan bantuan lensa pembesar (lup/suryakanta) dan mesin ketik butut. Duduknya pun di lantai.
“Beliau memiliki keterbatasan pandangan mata. Meski dengan keterbatasan alat, beliau tetap menulis dibantu kaca pembesar dan mesin ketik kuno, “ ujar Mashud.
Sumber: http://islamstory.com/id/kh-abdullah-wasian-kristolog-indonesia-yang-melegenda