Manusia Bukan Batu

Suatu hari, seseorang datang dan tiba tiba membisikkan kepada saya “Bapak sudah kenal bapak si X ? “. Ini dikarenakan si X terlihat dekat dengan saya. Saya jawab “iya, insya Allah pak  X ia orang baik”. 

Pembisik saya tersenyum sinis seraya berkata “Saya lebih kenal dia pak, saya kan dulu bertahun tahun dengan si X. Itu orang tidak baik.”. Saya langsung meninggalkan pembisik tadi, tidak saya dengarkan dan saya tidak ingin percaya sebab itu mengotori jiwa saya.

Ini gambaran ghibah yang dilarang dalam Islam. Sebagian ulama mengklasifikasikannya ke dalam dosa besar karena membongkar keburukan orang lain. Bukan berhenti dalam dosa ghibah tapi dosa pembisik tadi merasakan lebih baik dari si X. Itulah kesombongan yang menjadi penghalang masuk surga.

Jangan melihat manusia laksana batu artinya “manusia tidak berubah seperti batu”.
 Betul ada analogika dalam Al-Quran bahwa manusia laksana batu, hal ini harus dipahami gambaran kekerasan hatinya bahkan lebih keras dari batu. Kekerasaan hati karena kesombongan merasa benar dan berujung pada menolak kebenaran. 

Kita tidak boleh menilai orang hanya dengan latar belakangnya saja lalu menilai “buruk” dan secara tidak langsung “merasa kita lebih baik dari si X”. 
Ingat 2 hal :

MANUSIA BUKAN BATU, IA BERUBAH

Bisa jadi dulu banyak dosa dan tenggelam dalam kubangan maksiat akan tetapi ia bertaubat merubah lembaran hidupnya. Walaupun jarak antara maksiat dan taubat hitungan menit !!. Ia bisa berubah. 

Bisa saja si X beberapa waktu lalu ia berdosa dan tiba tiba ia bertaubat dan memohon ampunan Allah. Kemudian Allah mengampuninya. Akan tetapi kita menilai si X adalah manusia kotor lebih hina dari kita, sementara Allah sudah memuliakan si X karena sudah kembali ke jalan yang benar. 

Baca juga:   Menjadi Mulia Atau Hina Dengan Ujian

Inilah sabda Rasulullah saw setelah menghukum cambuk sang pendosa kepada orang  yang hina dan melaknat si pendosa. 

 “: لا تلعنوه، فو الله ما علمت -أي لقد علمت- أنه يحب الله ورسوله.” 

Janganlah kamu melaknat pendosa itu, maka Demi Allah kamu tidak mengetahui bahwa orang itu mencintai Allah dan Rasul-Nya”. (HR Bukhori) 
 
Inilah sikap kita kepada siapapun harus melihat manusia berubah ia bukan batu. 

Kita juga kenal kisah sang pelacur masuk surga karena memberikan air minum kepada anjing. 

Jangan lihat latar belakang wanita si pelacur dengan kacamata negatif karena ia berubah bisa lebih baik dari diri kita.

Ingat kasus wanita pezina yang taubat setelah dihukum rajam lalu Nabi saw menyolatkannya. Beliau mendoakannya dengan doa bagi orang yang telah meninggal. Lalu Umar berkata kepadanya, ‘Apakah engkau menshalatkannya sedangkan dia telah berbuat zina, wahai Rasulullah?” Sedangkan zina adalah termasuk dosa yang paling besar.

 Maka Rasulullah berkata, “Ia telah bertaubat dengan taubat yang apabila dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, niscaya mereka semua akan mendapatkan bagian.” Yakni, taubat yang luas, seandainya dibagikan kepada 70 orang dimana semua mereka berbuat dosa, niscaya mereka akan mendapatkan taubat itu dan bermanfaat untuk mereka. !! 

Dahsyat 😭😭
MANUSIA BUKAN BATU, MANUSIA SELALU BERUBAH

Termasuk diri kita yang kadang merasa sudah  baik merasa paling shalih. Padahal didepan kita ada waktu, nafsu dan syetan yang menjebak diri ini kepada kemaksiatan. 

Hati hatilah dengan kesombongan dalam diri dan menilai orang lain. 
Perhatikan hadits ini :

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan melihat orang lain lebih rendah dari dirinya“ (HR. Muslim no. 91). 

Baca juga:   Resep Cinta Ust. Arifin Jayadiningrat

Marilah kita rubah kacamata melihat siapapun didepan kita katakan didalam hati ini “bisa jadi ia lebih baik dari saya di mata Allah”

Motivasi Ramadhan oleh Ust.Arifin Jayadiningrat Direktur Islamic Character Development-ICD 

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *