Awalnya Al Quran secara umun tidak memiliki titik pada beberapa huruf seperti ب،ت،ث،ج،خ،غ،ي،… dan seterusnya, seperti terlihat dalam manuskrip Quran Birmingham dan Sana’a. Namun orang Arab asli dapat membedakannya.
Mushaf Ṣanʿāʾ dikenal sebagai satu-satunya bukti dari versi Al-Qur’an yang lain. Terlepas dari kondisinya yang terpisah-pisah saat ini, menurut Dr. Éléonore Cellard perkamen pada awalnya itu adalah mushaf, yang sama dengan apa yang disebut “mushaf Sahabat”
Pemberian titik pada badan huruf-huruf pada mushaf Quran baru dilakukan sekitar tahun 75-80 Hijriah dibawah perintah Khalifah Abdul Malik bin Marwan disaat Islam mulai menyebar ke Eropa. Usaha ini dibawah tanggung jawab Yahya bin Ya’mar dan Nashr bin ‘Ashim (murid Abu Aswad Ad Duali). Pemberian titik ini disebut “Nuqtatul Ijami“, pemberian titik untuk memudahkan orang non Arab membedakan huruf.
Pada tulisan ini, kami menyampaikan pandangan dari beberapa ahli yang berkecimpung dalam manuskrip Al-Quran yaitu Marijn van Putten dan Éléonore Cellard
Marijn van Putten (bukan Marjin) adalah asisten profesor di Universitas Leiden, memiliki spesialisasi kajian dalam bidang kajian sejarah linguistik bahasa Arab. Saat ini fokus pada penelitian fitur Linguistik dari Teks Konsonan Alquran dan hubungannya dengan bahasa Arab sebagaimana tercermin dalam papirus dan prasasti Islam awal, serta transkripsi dalam aksara non-Arab seperti teks Yahudi-Arab dan transkripsi Graeco- dan Copto-Arab.
Marijn van Putten mendapatkan ERC Consolidator Grant yaitu program hibah yang diberikan oleh European Research Council senilai dua juta euro untuk mengeksplorasi bacaan Al-Qur’an yang telah berusia berabad-abad.
Dia aktif di twitter atau sekarang X di akun @PhDnix. Pada tanggal 30 September yang lalu, dia menulis cuitan tentang:
Apa sesuatu yang salah di bidang Anda yang tidak akan mati, tidak peduli seberapa sering Anda menunjukkan / mengatakan / mempublikasikan bahwa itu adalah kesalahpahaman?
Anggapan bahwa “Manuskrip Alquran paling awal tanpa titik konsonan/ titik baru diperkenalkan sekitar tahun 60 H”.
Berdasarkan penelitiannya, ia menemukan bahwa kertas papirus yang paling awal (22 H), yang berasal dari SEBELUM pemerintahan Utsman, sudah memiliki titik-titik konsonan, dan SETIAP manuskrip Alquran awal memiliki titik-titik konsonan.
Papirus yang dimaksud adalah.
yang tertulis:
شهر جمدى الاولى من سنه اثنان وعشرون
’Meski demikian, dia tidak menilai tidak ada titik konsonan dalam mushaf Usmani. Semua naskah awal bertitik, beberapa mungkin salinan langsung atau mungkin salinan Mushaf Usman asli. Kemungkinan kodeks Utsman juga bertitik.
Dr. Éléonore Cellard, seorang peneliti manuskrip Quran dari College de France menemukan fakta menarik jika ternyata penggunaan titik diakritik dalam Quran sudah ada pada abad pertama hijriah.
I’m working in parallel on 2 Qur’ānic manuscripts which contradict totally what is commonly thought about the use of diacritical dots in Qur’ānic copies. Left: the Rabat manuscript, 5th/11th(?), completely devoid of diacritics. Right: A fragment, 1st AH.(?), almost fully dotted. pic.twitter.com/3GxMb8FuYw
— Dr. Éléonore Cellard (@CellardEleonore) July 1, 2022
Thread : Diacritics in early Qur’ān manuscripts.
— Dr. Éléonore Cellard (@CellardEleonore) March 12, 2019
1/6. I recently read : « The Hijazi script has no diacritical signs » (Mraizika, "Le Coran décrée"). I intend to show evidences against this theory and give a brief overview of practices of putting diacritics in early Qur’ān mss pic.twitter.com/y380N7yJjC
Pada bagian akhir dari tulisan kami sebelumnya tentang Sejarah Harakat dan Tanda Titik Huruf di Al-Quran, kami sampaikan beberapa fakta bahwa tanda titik (nuqath al-i’jam) ternyata telah dikenal dalam tradisi bahasa Arab kuno pra Islam atau setidaknya pada masa awal Islam sebelum mushaf ‘Utsmani ditulis.
Ada beberapa penemuan kuno yang menunjukkan hal tersebut, antara lain:
- Pertama, batu nisan Raqusy (di Mada’in Shaleh), sebuah inskripsi Arab sebelum Islam yang tertua, diduga ditulis pada tahun 267 M. Batu nisan ini mencatat adanya tanda titik di atas huruf dal, ra’ dan syin.
- Kedua, dokumentasi dalam dua bahasa di atas kertas papyrus, tahun 22 H (sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional Austria). Dokumentasi ini menunjukkan penggunaan titik untuk huruf nun, kha, dzal, syin, dan zay.
- Ditambah dengan beberapa temuan lainnya, setidaknya hingga tahun 58 H. Terdapat 10 karakter huruf yang diberi tanda titik, yaitu: nun, kha, dzal, syin, zay, ya, ba, tsa, fa, dan ta.
Sehingga apa yang dilakukan oleh Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar adalah sebuah upaya menghidupkan kembali tradisi itu dengan beberapa inovasi baru yang disesuaikan dengan kebutuhan.
M. Musthofa Azami dalam bukunya Sejarah Al-Quran mengungkapkan berdasarkan temuan artefak bahwa sebenarnya pemberian titik sudah ada sebelum itu. Namun hal ini masih langka dalam tradisi budaya Arab, sehingga Abu Amar Utsman bin Sa’id ad-Dani (444 H) dalam kitab Al-Muhkam fi Naqth al-Mashahi menyimpulkan jika titik pertama kali diberikan pada teks Al Quran oleh kalangan sahabat.
The Qur’ān copy attributed to caliph ‘Uthmān in the Mashhad Husayn, Cairo (until 2006) is the only monumental manuscript preserving almost the complete Qur’ānic text. With its 1087 leaves (not all are original), each made of one entire animal’s skin, it weights around 80 kg!(1/2) pic.twitter.com/GSjCg5sg6G
— Dr. Éléonore Cellard (@CellardEleonore) January 21, 2021
Tulisan Ayat dan Hadis di perkamen tulang Unta
الكتابة على عظام أكتاف الإبل. كم من آية وحديث حملتها تلك العظام. pic.twitter.com/U4OYm807NZ
— عبدالله محمد المنيف (@a_muneef) April 11, 2016
Sumber:
https://x.com/PhDniX/status/1707822888135311812?s=20.
Jumal Ahmad, Sejarah Harakat dan Tanda Titik Huruf di Al-Quran, (blog) 20 September 2023, link: https://ahmadbinhanbal.com/sejarah-harakat-dan-tanda-titik-al-quran/, diakses pada 5 Desember 2023.
Baca juga buku Marjin van Putten berjudul Quranic Arabic: From Hijazi Origins to its Classical Reading Tradition yang terbit tahun 2022. Link Archive.