Membantu pekerjaan istri di rumah adalah salah satu sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, disamping merupakan jalan mengekalkan rasa cinta dan kasih sayang. Dia bukan aib apalagi sampai merubuhkan marwah seorang lelaki.
Masih dalam suasana Maulid, pantas sekali jika kita kembali meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW terutama dalam hubungan berkeluarga.
Sebagai pengingat bagi kita, kaum bapak, seorang Tabi’in bernama Al Aswad rahimahullah berkata:
سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ – تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ – فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَة
“Aku pernah bertanya kepada Aisyah, apa yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di rumahnya? Aisyah menjawab: “Beliau membantu pekerjaan istrinya, maka apabila masuk waktu sholat, beliau keluar untuk sholat.” (HR. Al Bukhari).
Pengingat ini Saya khususkan untuk diri pribadi yang masih berkeras hati enggan membantu istri, masih berfikir kalau tugas saya banyak, tidak ada waktu membantu istri.
Namun, ketika saya merubah persepsi dengan semangat meneladani Nabi Muhammad, muncul suasana baru dalam keluarga, kami lebih saling mencintai dan keluarga menjadi harmonis.
Efek seperti ini pernah disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Salih Al Utsaimin rahimahullah yang berkata:
الإنسان إذا كان في بيته فمن السنة أن يصنع الشاي مثلاً لنفسه ويطبخ إذا كان يعرف ويغسل ما يحتاج إلى غسله كل هذا من السنة أنت إذا فعلت ذلك تثاب عليه ثواب سنة اقتداء بالرسول عليه الصلاة والسلام وتواضعاً لله عزّ وجل ولأن هذا يوجد المحبة بينك وبين أهلك إذا شعر أهلك أنك تساعدهم في مهنتهم أحبوك وازدادت قيمتك عندهم فيكون في هذا مصلحة كبيرة
“Apabila seseorang berada di rumahnya, maka termasuk sunnah ia membuat teh sendiri, memasak sendiri jika ia bisa memasak, mencuci sendiri yang perlu dicuci, semua ini termasuk sunnah. Jika engkau melakukannya dalam rangka meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan tawadhu’ kepada Allah Ta’ala, engkau akan mendapatkan pahala mengamalkan sunnah. Juga karena hal ini akan menguatkan rasa cinta antara dirimu dan keluargamu. Jika mereka merasakan bahwa engkau selalu membantu mereka dalam menyelesaikan pekerjaan, maka mereka akan mencintaimu dan bertambah kedudukanmu di sisi mereka, sehingga padanya ada maslahat yang besar.” (Ibnu Utsaimin, Syarh Riyadh Al Shalihin, 3/529).
Selanjutnya, penting juga kami sampaikan larangan Nabi SAW untuk saling berdiam diri antara sesama Muslim termasuk kepada istri.
Dalam sebuah Hadits Nabi SAW bersabda:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ (رواه البخاري)
Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi dari tiga malam; yang (jika bertemu) saling berpaling antara yang satu dengan yang lainnya. Dan sebaik-baik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu memulai mengucapkan salam.” (HR. Bukhari)
Ego yang terlalu dipaksakan dan tidak ada keinginan dari kedua belah pihak untuk mengalah pada akhirnya hanya menyisakan kesia siaan dan kehancuran.
Hubungan pertemanan, hubungan keluarga bisa berantakan karena masing-masing lebih banyak mengingat dan memikirkan kesalahan orang lain. Mereka kerap mengabaikan dan melupakan kebaikan atau keistimewaan yang dimiliki orang lain. Ketika seseorang melakukan kesalahan kecil, sering menutupi semua kebaikan yang pernah dilakukannya.
Dale Carnegie menjelaskan akibat buruk dari mengabaikan hal hal sepele, “Persoalan persoalan sepele dalam kehidupan rumah tangga dapat merampas akal sehat suami istri dan melahirkan separuh penyakit hati yang ada di dunia ini”.
Kesimpulan ini dikuatkan oleh Joseph Sabbath, seorang hakim di pengadilan Chicago yang telah menangani lebih dari 40 ribu kasus perceraian. Joseph berkata, “Anda akan mendapati bahwa perosalan sepele selalu menjadi aktor utama dibalik terjadinya konflik suami istri”.
Frank Hogan, anggota Parlemen di New York juga berkata, “Separuh dari kasus tindak pidana disebabkan oleh soal soal sepele, seperti cekcok antara anggota keluarga, penghinaan, kata-kata kasar atau isyarat melecehkan. Persoalan sepele itulah yang memicu terjadinya pembunuhan dan tindak kriminalitas lain. Mungkin di antara kita hanya sedikit yang memiliki watak keras dan pemarah. Namun, kemarahan besar sering kali disebabkan oleh serangan kecil pada identitas, kehormatan, dan kemuliaan diri kita. Pemantik yang kecil itu telah melahirkan separuh masalah dunia”.
Kesia siaan dari ego dan nafsu fujur yang diagungkan digambarkan di video pendek berikut.
Sumber: Jadid Hayaatak Syaikh Muhammad Al-Ghazali.
Setuju.
Mari memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu.
https://polldaddy.com/js/rating/rating.js
https://polldaddy.com/js/rating/rating.jshttps://polldaddy.com/js/rating/rating.jsYg pasti mmbntu istri gak haram, hnya sja faktanya, ada org2 yg susah memahami istrinya atau sebaliknya, sehingga jd malas dan cuek, pdhal dari suka menyepelekan yg sepele itu lah timbul konflik gak sepele.
Tks mas