Tidak mengapa memberikan sesuatu dari harta benda kepada seseorang untuk tujuan agar dia masuk Islam. Demikian pula, dengan mengiming-iming hadiah kepada seorang Muslim agar rajin ibadah, atau giat datang ke Masjid.
Sebab boleh jadi niat awalnya memang karena harta dunia. Akan tetapi, jika dia telah merasakan hakikat indahnya Islam, serta nikmatnya ibadah kepada Allah, yakin saja Islam akan lebih dia cintai ketimbang harta dunia itu. Bahkan lebih dia cintai dari raga dan jiwanya sekalipun.
عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ، فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ، فَأَتَى قَوْمَهُ فَقَالَ: “أَيْ قَوْمِ أَسْلِمُوا، فَوَاللهِ إِنَّ مُحَمَّدًا لَيُعْطِي عَطَاءً مَا يَخَافُ الْفَقْرَ”. فَقَالَ أَنَسٌ: “إِنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إِلَّا الدُّنْيَا، فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الْإِسْلَامُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا”.
Dari Anas Ra bahwa ada seorang laki-laki pernah meminta seekor kambing dari Rasulullah di antara dua gunung. Tanpa ragu-ragu, Rasulullah pun memberikan kambingnya kepada orang tersebut. Setelah itu, laki-laki tersebut mendatangi kaumnya seraya berseru: “Hai kaumku, masuklah kalian ke dalam agama Islam! Demi Allah, sesungguhnya Muhammad memberikan sesuatu tanpa takut miskin”.
Maka Anas Radliyallahu Anhu- berkata: “(Terkadang di masa kami) ada seorang yang masuk Islam karena menginginkan (materi) duniawi saja. Namun setelah itu (saat sadar akan hakikat Islam sebenarnya), Islam menjadi lebih ia cintai ketimbang dunia dan segala isinya”. (HR. Muslim no. 2312).
Rasulullah Saw pun pernah memberikan hadiah/bantuan kepada seseorang untuk menjaga keislamannya, terkadang kemiskinan membuat seseorang mudah keluar dari Islam.
Dari Sa’ad r.a,, katanya: “Nabi saw pernah membagi-bagikan hadiah (pemberian) kepada beberapa orang, dimana ketika itu Sa’ad sedang duduk dekat mereka. Tetapi Rasulullah meninggalkan (tidak memberi) seorang laki-laki, kejadian mana sangat menarik perhatianku. Aku bertanya, “Apa sebabnya Anda tinggalkan si Fulan itu? Demi Allah! Menurut hematku dia adalah orang mukmin”. Jawab Nabi, “Ataukah dia muslim?” Aku diam sebentar. Sekali lagi apa yang kuketahui tentang orang itu mendesakku untuk bertanya kembali. Rasulullah menjawab seperti tadi juga. Kemudian beliau bersabda, “Hai Sa’ad! Sesungguhnya aku memberi orang itu. Aku lebih menyukai (pemberian) yang lain, untuk menjaga supaya orang yang diberi itu jangan sampai ditelungkupkan Allah di dalam neraka” (Shahih Bukhari, jilid 1, Hadits no 22)
Perkataan Nabi saw: “Ataukah dia muslim?”, ucapan Nabi itu mengandung makna: lebih baik dia disebut muslim daripada disebut mukmin, karena arti muslim ialah orang yang patuh mengikut perintah dan larangan Allah.
Sedangkan arti mukmin ialah orang yang percaya. Patuh mengikut perintah dan larangan mudah dilihat, sedangkan percaya sukar mengetahuinya. Jadi menamakan orang itu muslim lebih mudah daripada menamakannya mukmin.
Mari kumpulkan pakaian layak pakai, baju, koko, mainan edukasi untuk saudara dan anak anak di Kepulauan Mentawai.
Berdasarkan pengalaman dakwah Ust.Arifin Jayadiningrat di Mentawai, terbukti banyak warga disana yang akhirnya masuk Islam karena pakaian yang kita berikan dengan ikhlas.
Bagi jamaah yg ingin menyampaikan bantuan ke Mentawai bisa diserahkan di kajian ahad pagi besok bersama Ust.Arifin Jayadiningrat di Masjid Raya Pondok Indah.
https://www.instagram.com/p/BFppwOStCzW/
https://www.instagram.com/p/BFpp6uBNCzn/