Tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini demikian besar, dan itu akan bisa dihadapi jika kita bersatu dalam porsi perjuangan Islam. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’alau suka orang yang berjuang di jalan-Nya dalam satu barisan yang kokoh.
Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam memberikan perhatian kepada pentingnya menjaga persatuan umat dan menghindarkan dari fitnah perpecahan. Ia merupakan kewajiban yang sangat tinggi dan agung di sisi Allah yang disinggung dalam banyak nash Alqur’an dan As-Sunnah. Sebab mustahil tegak agama ini tanpa persatuan.
Salah satu contohnya adalah ketika Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam meninggalkan merubah bangunan Ka’bah dan menjadikannya seperti apa yang dibangun oleh Nabiullah Ibrahim Alaihis Salam, berupa masuknya Hijr Islail dalam bangunan Ka’bah, ratanya pintu ka’bah dengan tanah, serta keberadaan dua pintu yakni pintu barat dan timur (saat ini yg ada hanya pintu timur).
Diriwayatkan, saat bangunan Ka’bah roboh lantaran banjir, orang-orang Quraisy kembali membangunnnya dengan uang paling halal yang mereka miliki. Lantaran biaya yang terkumpul kurang, maka mereka pun membangunnya berbentuk kubus seperti yang ada saat ini, di mana Hijr Ismail tidak di masukkan di dalamnya.
Maka, saat orang-orang Makkah telah berbondong-bondong masuk Islam, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun bersabda:
“ﻟَﻮْﻟَﺎ ﺣِﺪْﺛَﺎﻥُ ﻗَﻮْﻣِﻚِ ﺑِﺎﻟْﻜُﻔْﺮِ ﻟَﻨَﻘَﻀْﺖُ ﺍﻟْﻜَﻌْﺒَﺔَ ﻭَﺟَﻌَﻠْﺖُ ﻟَﻬَﺎ ﺑَﺎﺑًﺎ ﺷَﺮْﻗِﻴًّﺎ ﻭَﺑَﺎﺑًﺎ ﻏَﺮْﺑِﻴًّﺎ ﻭَﺃَﺩْﺧَﻠْﺖُ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺍﻟْﺤِﺠْﺮَ”.
“Kalau bukan karema kaummu baru lepas dari kekufuran, maka sungguh aku telah merubah Ka’bah, dan aku akan membuat pintu timur dan barat, dan aku akan memasukkan Al Hijr ke dalam lingkup Ka’bah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits ini nampak di hadapan Nabi dua kewajiban yang ada dalam satu waktu. Merubah bangunan Ka’bah serta kewajiban menjaga persatuan kaum muslimin dan menghindarkan mereka dari fitnah.
Nabi Shallalahu Alaihi Wasallam memilih menjaga kalimat kaum Muslimin dan menghindari mereka dari fitnah perpecahan, ketimbang merubah bangunan Ka’bah yang merupakan Rumah Allah, kiblat kaum Muslimin saat shalat, serta tujuan dari datangnya Jama’ah haji ke Makkah. Padahal beliau sangat bisa melakukannya saat itu.
Persatuan umat dianggap sejajar dengan inti tegaknya agama, yaitu takwa dan penghambaan, “Sesungguhnya umat kalian ini adalah satu umat dan Aku adalah Tuhan kalian, maka sembahlah Aku” (QS. Al-Anbiya`: 92).
Di sisi lain, penegakan agama yang benar berkaitan erat dengan persatuan, “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. As-Syura: 13).
Ust. Farid Ahmad Okbah dalam satu kajiannya menyampaikan 7 cara agar umat Islam bisa bersatu.
- Menguatkan Aqidah umat Islam agar dalam perjuangan tidak maju mundur dan tidak goyah.
- Menguatkan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
- Meningkatkan amal shalih terkait hak kepada Allah, hak kepada manusia, maupun terkait diri pribadi.
- Menjalankan Islam dengan mengikuti Allah dan Rasul (mutaba’ah) dan menjauhi dari mengikuti hawa nafsu.
- Tazkiyatun Nufus, jangan menganggap diri paling hebat, paling benar dan paling tinggi ibadahnya.
- Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan Jihad di jalan Allah.
- Menyatukan umat di atas kebenara, melepaskan bendera golongan.
Sekian.