Menembus Hujan

Beberapa hari ini Jakarta sering diguyur hujan deras, disyukuri akan menjadi berkah dikufuri akan membawa wabah. 

Bencana banjir Garut menjadi catatan penting dan tadzkirah agar lebih perhatian terhadap lingkungan sekitar, hutan lindung yang mestinya untuk serapan air jangan dieksploitasi untuk restoran, penginapan dan bisnis semata yang semakin membuat konglomerat kaya tapi rakyat sendiri melarat. 

#PrayforGarut semoga banjir seperti ini tidak terulang dan kita semua kembali mengintrospeksi diri. Sabar dan tabah bagi keluarga yang ditinggalkan dan bagi para korban semoga amalnya diterima di sisi Allah subhanahu wa taala. 

Kembali ke bahasan… 

Senin kemarin menjadi pengalaman pertama istri saya naik motor hujan hujanan, kami berdua habis pulang kajian Akhlak Senin Pagi di Masjid Pondok Indah bersama Ust Arifin Jayadiningrat. 

Habis Ashar kami pulang, sampai di Jalan Intan daerah Cilandak, hujan mengguyur kami dengan deras, karena jas hujan hanya satu dan saya bawa laptop, dengan baik hati memberi saya jas hujan dan rela menembus hujan tanpa mantel. 

Jalan yang kami lewati berubah jadi sungai kecil kalau bukan karena bantuan dari Allah subhanahu wa taala motor yang kami pakai bisa saja mati di tengah jalan. Jalan arah Ragunan dan Cilandak KKO banjir dan mati total, alhamdulillah masih bisa lewat jalan tikus yang lain. 

Sabtu kemarin, saya hujan hujanan lagi, kali ini bersama ojek online dengan rute dari  Halim Perdana Kusumah – Bintaro Jalan Cenderawasih setelah selesai antar anak Mentawai ke bandara. 

Jarak yang ditempuh lumayan jauh, lebih dari 25km, sementara aplikasi ojek membatasi limit jaraknya hanya 25, maka saya rencanakan untuk pesan 2 kali ojek, pertama dari Halim ke Fatmawati lalu Fatmawati – Bintaro. 

Ditengah perjalanan hujan deras mengguyur kami, sambil jalan saya nawari untuk mengantar langsung sampai Bintaro, gak papa tambahannya saya bayar reguler. Akhirnya kami deal harga 90 ribu sampai Bintaro, kalaupun terlalu mahal itu gak seberapa dengan jasa bang ojeknya. 

Di Bintaro saya turun di Mahad An-Naba, pesantren Muallaf pimpinan Ust Arifin Nababan, saya ambil motor yang saya titip disitu waktu ke Bandara. Lanjut lagi saya sendiri menembus hujan menuju daerah Jagakarsa tempat saya tinggal. 

Di perjalanan ini ada satu keteledoran saya yang saya sesali dan jadi pelajaran saya ke depan. 

Didalam tas ransel saya siapkan map berisi akte yayasan yang sedianya saya mintakan tanda tangan kalau sempat ke salah satu anggota yang tinggal di daerah Bintaro. 

Karena keteledoran dan hujan yang memang deras, map itu basah terkena air dan saya ketahui setelah sampai rumah. 

Yah, ini kesalahan saya yang semoga jadi pelajaran saya dan pembaca. Selanjutnya saya akan bertanggung jawab dengan meminta lagi tanda tangan seluruh anggota yayasan. 

Semoga saja Ust.Arifin Jayadiningrat bisa memaklumi… 😥😥😥

Alhamdulillah, akte yang kehujanan itu cukup saya ketik ulang dengan mengikuti tata tulis persis seperti aslinya karena surat akte ini masih mirip rpus di perusahaan. 😊😊😊

Sekian.. 

[ Jumal Ahmad] 

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *