Mengenal Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan Metode mereka dalam Menafsirkan al-Quran

Quran-Karim biru

 

Dalam pembahasan Aqidah kata as-sunnah memiliki dua kemutlakkan yaitu mutlak secara umum dan mutlak secara khusus. As-sunnah yang mutlak secara umum artinya lawan dari bid’ah yaitu Islam yang murni yang bersih dari noda bid’ah dan yang mengikuti Nabi dan sahabatnya dalam masalah aqidah dan ibadah, sedangkan as-sunnah yang khusus adalah lawan dari Syiah sehingga ada Sunni dan Syi’I dimana sunni adalah mereka yang meridhai sahabat nabi saw dan menetapkan kekhilafahan sebelum Ali ra sedangkan Syiah adalah mereka yang menolak kekhilafahan tiga khalifah sebelum Ali ra.

Maka Ahlus sunnah adalah mereka yang mengikuti para sahabat, mereka adalah jama’h muslimin, mereka berpegang pada al-Quran dan as-Sunnah dan mereka tidak berselisih dalam masalah ushuluddin.[1]

Dan jika ditanyakan kapan munculnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah? Maka kita jawab bahwa munculnya nama ini bersamaan dengan kemunculan Islam itu sendiri. Lalu jika ia berkata yang saya  tanyakan adalah awal kemunculan nama ini, maka kita jawab bahwa nama ini sebenarnya telah ada ketika zaman sahabat yang dibuat pertama kali oleh Ibnu Abbas ra  ketika beliau menafsirkan Qs Ali Imran: 240 bahwa orang yang akan putih wajahnya adalah Jama’ah dan orang yang akan hitam wajahnya adalah orang yang sesat.[2]

 Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah secara global

  1. Beriman kepada Allah s wt sesuai dengan yang telah disebutkan dalam al-Quran dan diterangkan oleh Nabi Muhammad saw.
  2. Mengimani tentang apa-apa yang telah Nabi saw sifatkan tentang Allah swt.
  3. Mengimani bahwa al-Quran adalah kalamullah bukan makhluk
  4. Mengimani berita-berita Nabi saw tentang kematian, siksa kubur, surga dan neraka.
  5. Mengimani taqdir Allah yang baik maupun yang buruk.
  6. Demikian secara global, adapun secara rincinya seperti: Mencintai Ahlul bait dan berwala kepada istri-istri Nabi saw, mensucikan Allah swt dari sifat Bada’, menetapkan ru’yatullah dan mengimani bahwa al-Quran selamat dari tahrif.
Baca juga:   Al-Fatihah sebagai Obat Bagi Hati dan Tubuh

 Sifat dan kelebihan-kelebihan Ahlus Sunnah wal Jama’ah

Sifat Ahlus Sunnah

  1. Mendahulukan al-Quran dan as-Sunnah di atas semua pendapat, politik dan adapt istiadat.
  2. Mengambil yang muhkam dari al-Quran dan mengembalikan yang mutasyabihat kepada yang muhkam.
  3. Tidak membuat hal-hal yang baru dalam agama.
  4. Memasuki agama Islam secara keseluruhan.
  5. Bersungguh-sungguh untuk menyatukan umat Islam dalam panji kebenaran
  6. Menghidupkan sunnah dan amar ma’ruf nahi mungkar.

Kelebihan Ahlus Sunnah

  1. Selalu bersepakat dan tidak pernah berpecah belah.
  2. Bersikap pertengahan dan tidak berbuat ghuluw atau tafrith
  3. Selalu menjaga hak-hak Allah swt.
  4. Bersandar pada Allah swt dan menjadi tentara-tentara-Nya.

 Pokok-pokok Tafsir Ahlus Sunnah wal Jama’ah

  1. Tafsir al-Quran bil Quran
  2. Tafsir al-Quran bis Sunnah
  3. Tafsir al-Quran bi Aqwal Tabi’in
  4. Tafsir al-Quran bi Aqwal Tabi’ut Tabi’in

Contoh kitab Tafsir Ahlus Sunnah wal Jama’ah di era modern

 Tafsir Adwaul Bayan fi Idhah al-Quran bil Quran oleh Syaikh Muhammad al-Amin as-Sinqithi

Syaikh as-Sinqithi memulai penulisan tafsirnya pada bulan Dzulqa’dah pada tahun 1386 H dan sampai pada akhir surat al-Mujadalah pada bulan Syawal 1396 H yang terkumpul menjadi 7 jilid lalu kitab ini disempurnakan oleh salah seorang muridnya yang bernama Athiyah Muhammad Salim menjadi dua jilid yang besar.

Dalam pendahuluan kitabnya ia telah menuliskan sebab penulisan kitab ini, yang ia sebutkan ada dua hal.

  1. Menjelaskan al-Quran dengan al-Quran, karena telah menjadi konsesus ulama bahwa cara ini adalah yang terbaik.
  2. Menjelaskan hukum-hukum fiqih yang ada dalam al-Quran.

Taisir Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di

Tafsir ini meliputi semua ayat-ayat al-Quran meski demikian tidak ditulis dengan metode yang panjang lebar sehingga cepat membosankan.

Baca juga:   Marijn van Putten: Titik dalam Al-Qur'an sudah ada sebelum masa Usman

Mahasin al-Takwil oleh Syaikh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi

Al-Qasimi dalam setiap pembahasannya selalu berpatokan kepada metode pemahaman salaf as-shalih tanpa menambah dan mengurangi begiti juga ketika menemui hal-hal yang ikhtilaf, selalu ia tanggapi dengan inshaf  dan mengikuti dalil.

Tafsirnya berjumlah 17 jilid, telah diterbitkan oleh Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah di Kairo dan ditahqiq oleh Muhammad Bahjah al-Baithar.

Secara global metode al-Qasimi dalam tafsirnya dapat kita tulis dalam point-point berikut:

  1. Banyak menukil perkataan dari kitab-kitab tafsir terdahulu seperti kitab tafsir at-Thabari, Ibnu Katsir, Abu Hayyan dan Ibnu Athiyyah.
  2. Termasuk ulama tentang hadits dan ia telah mengarang sebuah kitab yang berjudul Qawaid Tahdits min Funun Musthalah Hadits
  3. Berpedoman pada bacaan qiraat yang mutawatir
  4. Menolong mazhab Ahlus Sunnah dan ia banyak membantah anggapan dan argument kalangan Muktazilah.
  5. Menjauhi riwayat Israiliyyat
  6. Terkadang menyebutkan ayat-ayat dalam injil untuk selanjutnya ia bantah

 Al-Tafsir al-Hadits oleh Muhammad Izzah Daruzah

Kitab ini berjumlah 12 juz dan surat-suratnya diurutkan sesuai dengan waktu turunnya ayat, dalam pendahuluan kitabnya beliau telah menjelaskan metode yang ia pakai yang secara umum sebagai berikut.

  1. Membagi ayat menjadi pasal-pasal
  2. Menjelaskan kata-kata asing secara singkat tanpa pembahasan nahwu dan balaghah.
  3. Menjelaskan kalimat secara global
  4. Menjelaskan korelasi antar pasal dan antar surat

Sumber:

Artikel ini adalah terjemahan sub bab dari kitab Ittijahat at-tafsir fil Qarn al-Rabi’ al-Ashr, karya Syaikh Fahd bin Sulaiman ar-Rumi, yang menjadi karya disertasinya di Universitas Muhammad bin Sa’ud, diterbitkan oleh Maktabah Universitas Muhammad bin Sa’ud al-Islami, Urdun, cet ke-1, 1984M/ 1404 H.


[1] Dr. Abu Zaid bin Muhammad Makki, Madah Maqalat al-Fiiraq, hal. 6

Baca juga:   Muhammad Husain Az-Zahabi, Peneliti Awal Bidang Metode Tafsir

[2] Ittijahat at-tafsir fil Qarn al-Rabi’ al-Ashr, karya Syaikh Fahd bin Sulaiman ar-Rumi, hal. 51

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *