Menghafal Al-Quran Meski Menderita Epilepsi

Sebelum masuk waktu shalat dia sudah bersiap-siap untuk pergi berwudhu, dia membawa Al-Quran yang biasa ia pegang dan tak lupa peci kesayangannya, dia sudah siap pergi ke masjid dikala teman-teman yang lain masih asyik mengobrol atau menunggu bentakan kakak asuh baru mereka mau ke masjid.

Pernah suatu malam saya dibangunkan oleh para santri, mereka menggedor-gedor kamar saya dan bilang ‘ustadz…ustadz…Fikri kambuh….Fikri kambuh….’ Langsung kami bergegas ke kamar santri yang terletak di lantai dua dan saya mendapati santri yang rajin ke masjid itu menggedor-gedorkan kepala ke kamar tidur yang terbuat dari besi, karuan saja saya langsung kaget melihat kejadian itu.

Dari teman-temannya saya baru tahu kalo santri ini mengidap penyakit Epilepsi yang secara kedokteran adalah adalah pelepasan muatan listrik yang tidak terkontrol masa kelabu susunan saraf pusat (otak) yang menyebabkan gejala klinis yang mengganggu fungsi normal. Seseorang yang epilepsi mengalami kejang yang bukan karena alkohol dan tekanan darah yang sangat rendah.

Fikri memang berasal dari keluarga yang bermasalah atau broken home, kedua orang tuanya berpisah dan Fikri dibawa oleh ayahnya, ayahnya menikah lagi dengan istri baru yang kurang menyayangi fikri, konon dia seperti hidup dalam neraka.

Ketika dia kelas 5 SD barulah ayah dan ibu tirinya menyadari kesalahan yang mereka perbuat terhadap anaknya itu, mereka meminta maaf dan tidak akan menyakiti Fikri lagi, tapi pengaruh asuhan yang buruk semasa kecil tetap dia rasakan, sampai dia kelas 2 SMP waktu pertama kali saya bertemu dengan dia.

Untuk mengobatinya dia harus minum obat anti kejang setiap hari seperti fenobarbital atau diazepam, masalah akan timbul ketika obatnya habis, kadang dalam semalam dia bisa kejang (santri menyebutnya kumat) sampai tiga kali dalam semalam dan dengan tidak sadar menjedotkan kepalanya berkali-kali ke lantai sampai kepalanya bentol-bentol, pernah dalam sehari dia kumat sampai delapan kali dan bikin saya sampai menangis ketika itu lantaran ingat dengan perjuangan anak ini untuk menghafal Al-Quran.

Baca juga:   QP | Quran Project Indonesia

Satu hal yang saya kagumi dari santri ini adalah semangat dan perjuangannya dalam menghafal Al-Quran, setiap apa yang disuruh oleh ustadz atau target hafalan yang diminta oleh ustadz selalu dia penuhi, bahkan sekalipun malamnya dia harus berjibaku melawan penyakitnya itu, pagi hari dia masih bisa mendatangi saya dan setoran hafalan hari itu kepada saya. Subhanallah…setiap ingat santri ini, semangat saya untuk menghafal atau mengulang hafalan Al-Quran pun juga selalu bertambah.

Kepada Fikri saya hanya mengingatkan untuk bersabar sebagaimana kisah yang disebutkan dalam kitab Riyadhus Shalihin tentang seorang wanita yang tergugu dihadapan Nabi saw. Musibah yang menimpanya menyeret langkah kakinya datang mengadu. Memohon jalan keluar atau minta didoakan dari penyakit Epilepsi yang ia derita. Nabi saw hanya tersenyum. Sejenak kemudian beliau berucap, “Mana yang engkau pilih, bersabar dan engkau memperoleh surga atau aku akan mendoakan agar Allah menyembuhkanmu? Ia pun menjawab, ‘Aku akan bersabar’.

Saya juga sampaikan ke dia suapaya yakin bahwa obat antum adalah Al-Quran, Al-Quran adalah penyembuh setiap penyakit, jika antum hafal Al-Quran dengan kuasa Allah penyakit antum juga akan hilang.

Sampai terakhir kali dia lulus kelas 3 SMP di Bina Qolbu, keadaaanya mulai membaik dan orang tuanya pun sering mengunjungi dia, kata bapaknya, fikri akan lanjut menghafal Al-Quran di daerah Banten dekat rumah untuk menyelesaikan hafalan Al-Quran yang kurang 15 juz lagi.

Pembaca, itulah sepenggal kisah pengalaman saya bersama seorang penghafal Al-Quran yang tetap semangat ingin mendapat anugerah menjadi salah satu keluarga Allah swt meskipun kepala atau otak yang menjadi sarana penting dalamg menghafal terganggu. Tapi itu tidak sedikit pun mengurangi semangat dan perjuangannya. []

Baca juga:   Tips Menghafal Al Quran untuk Orang Dewasa

Wallahu A’lam Bisshawab
[Jumal Ahmad | Twitter: @JumalAhmad]

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *