Menulis dengan UCE (Unity, Coherence, Emphasis)

Tidak ada yang instan, semua butuh proses. Menulis bukan sekedar menebar tinta di atas lembar kertas bersih atau mengetik keyboard di layar kosong. Menulis lebih dari itu, menulis membutuhkan skill, menulis membutuhkan struktur, menulis membutuhkan wawasan dan menulis wajib menciptakan titik epicentrum untuk membuat pembaca tergugah.

Membuat main idea dalam sebuah paragraf masih susah bagi saya, menurut Dr. Usep Abdul Matin kekurangan penulisan proposal atau karya ilmiah untuk tesis dan disertari kebanyakan mahasiswa di Indonesia adalah tidak adanya Coherence dan Unity dalam paragraf.

Coherence artinya penyusunan kalimat dalam paragraf secara teratur agar pembaca mudah memahami teks bacaan. Dalam paragraf yang baik tiap-tiap kalimat selalu mengembangkan kalimat utama (topic sentence). Jika perlu, dilakukan penulisan ulang (rewriting) agar diperoleh paragraf yang utuh.

Unity artinya semua teks berhubungan dengan topic tersebut atau dapat dikatakan dalam satu kesatuan topic. Unity akan membuat sebuah tulisan fantastis dan pembaca tidak akan kesulitan dan bosan untuk membaca sebuah teks.

Emphasis adalah menekankan kualitas fokus, minat, dan kontrol. Kata-kata, ide, dan gambar secara halus diberi bobot atau peringkat sedemikian rupa sehingga kata, ide, atau gambar yang paling penting dalam setiap kalimat, paragraf, dan bab menonjol. EMphasis membimbing pembaca membangun makna dari teks dengan membedakan apa yang dianggap penting.

Penulisan paragraf sangat penting dalam meningkatkan keterbacaan tulisan. Panjang pendeknya paragraf memang merupakan masalah format dan pembaca.

Tulisan untuk pembaca ahli, seperti buku teks cenderung menggunakan paragraf yang panjang, kecuali untuk pembaca awal. Namun, tulisan untuk pembaca awal cenderung menggunakan paragraf pendek. Paragraf yang terlalu panjang membuat tulisan tampak lebih sulit dan paragraf yang pendek tampak lebih mudah dibaca.

Baca juga:   Epistemologi Penelitian Kuantitatif

Paragraf yang pendek membuat komunikasi dengan pembaca juga lebih efektif. Namun demikian, menurut Barras (2002) paragraf merupakan kesatuan gagasan, bisa hanya satu gagasan atau beberapa gagasaan yang sangat berkaitan. Jadi, panjang paragraf tentu sangat beragam, tergantung dari gagasan yang dikemukakan.

Selain faktor format dan pembaca, menurut Glatthorn dan Joyner (2005), penulisan paragraf juga sangat penting dalam membagi gagasan. Buku teks mengenai menulis biasanya menyarankan bahwa dalam satu paragraf hanya ada satu gagasan. Dalam tesis atau disertasi, aturan yang perlu diperhatikan, menurut Glatthorn dan Joyner (2005:147) adalah bahwa dalam satu paragraf hanya terdiri dari 100-150 kata. Paragraf yang terlalu pendek akan memberi kesan kurang matang, paragraf terlalu panjang tidak menarik pembaca.

Selain itu, Glatthorn dan Joyner dan Roberts juga menyarankan bahwa paragraf dalam tulisan akademik cenderung bergerak dari yang umum ke khusus. Paragraf sebaiknya dimulai dengan pernyataan umum dan kemudian ke pernyataan khusus untuk mengembangkan dan mendukung pernyataan umum itu. Dengan mengikuti Murray (1995:205), Roberts (2004:102) memberikan saran dalam mengembangkan paragraf yang sebenarnya saran yang sudah lama, yakni: metode CUE, yang merupakan singkatan dari:

Coherence: Satu pernyataan harus secara logika menggiring pernyataan lain

Unity: Semua aspek dalam paragraf harus tentang satu hal.

Emphasis: Gagasan utama dari paragraf harus jelas (Roberts, 2004:102).

Saran lain dalam penulisan paragraf dari Roberts (2004:106) yang perlu diperhatikan adalah bahwa kita sebaiknya tidak memulai kalimat dengan kutipan, yang diikuti dengan kata-kata kita. Lebih baik, kita memulai kalimat dengan kata-kata kita, kemudian didukung dengan kutipan atau pernyataan yang diparafrase.

Semuanya butuh proses, belajar pun butuh proses, semakin banyak mengulang, kualitas tulisan semakin meningkat. Terima kasih.

Baca juga:   Pengaruh Religiositas Terhadap Perilaku Koruptif

Sumber:

Menulis Tesis dan Disertasi, Emi Emilia, Dosen Pascasarjana jurusan Bahasa Inggris di UPI Bandung. link

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *