Metodologi Penulisan Sejarah Islam: Telaah Terhadap Metode Ibnu Khaldun

"Tidak ada penulis Arab dan Eropa yang mempunyai pemikiran sejarah yang jelas seperti Ibnu Khaldun yang telah mengulasnya secara filosofis. Semua orang sepakat bahwa ia adalah ahli filsafat sejarah terbesar selama negara Islam terbentang dan salah seorang ahli filsafat sejarah terbesar selama dunia berkembang"

Philip K Hitti, History of the Arabs from the Earliest Times to Present, 568

"Ibnu Khaldun adalah orang pertama yang menghasilkan konsep filosofis dan sosiologis tentang sejarah"

Bernard Lewis, The Arabs in History, 136


Islam dalam lintasan sejarah selalu mengalami pasang dan surut sebagai sebuah peristiwa historis yang paling menakjubkan. Ibnu Khaldun adalah salah satu tokoh yang hidup pada masa ‘kegelapan Islam’.

Ibnu Khaldun dipandang sebagai cendekiawan Muslim yang tetap kreatif menghidupkan khazanah intelektualisme islam pada masa pertengahan. Saat itu, cendekiawan Muslim cenderung hanya melakukan evaluasi, kanonisasi dan memberikan ulasan kritik terhadap karya abad keemasan Islam. Hasilnya, ilmu pengetahuan Islam mengalami kemandegan, pemikir dan penulis Islam kreatif semakin berkurang.

Ibnu Khaldun dalam lintasan sejarah tercatat sebagai ilmuwan Muslim yang pertama serius menggunakan pendekatan historis dalam wacana keilmuan Islam. Makalah ini berusaha menjelaskan hal tersebu dengan segala kekurangan yang dimiliki penulis.

Konteks Sosio-Historis Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun hidup pada saat dunia Islam mengalami pergumulan dalam berbagai bidang, sebagai akibat adanya beberapa proses peralihan kekuasaan pemerintahan. Situasu politik dunia Islam pada masa Ibnu Khaldun tidak stabil. Instabilitas politik ini membuat beliau berpidanh-pindah dari satu kota ke kota yang lain.

Afrika Utara, tempat kelahiran Ibnu Khaldun merupakan medan pemberontakan dan kekacauan politik. Dinasti al-Muwahhidun hancur lebur dan di atas puing-puingnya berdiri dinasti-dinasti kecil. Di Tunis muncul keamiran Bani Hafs, di Tilmisan tegak kemairan Bani Abd Wad dan di Fez lahir dinati Bani Marin. Dari ketiga dinasti kekuasaan pemerintahan ini, Bani Marin adalah yang terbesar dan menguasai sebagian besar daerah penginggalan dinasti al-Muwahhidin.

Sementara itu, di Andalusia, pihak Salib sedang bersiap-siap untuk menaklukkan kawasan-kawasan yang berada di bawah kekuasaan Muslim. Toledo, Cordova dan Sevilla yang merupakan pusat kebudayaan muslim sudah jatuh ke tangan mereka. Kaum muslim hanya mampu mempertahankan sebagian kecil kawasan di Andalusia Selatan yang meliputi Granada, Almeria dan Gibraltar.

Adapun dalam bidang intekeltual, kaum muslim pada abad ke-14 Masehi mengalami stagnasi pemikiran. Karya umat Islam yang muncul pada masa itu hanya berupa syarah atau hasyiyah terhadp buku-buku yang dikarang para ulama yang tumbuh pada masa keemasan.

Ibnu Khaldun: Kelahiran dan Silsilahnya

Ibn Khaldun lengkapnya Abdurrahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Abdurrahman ibn Khalid ibn Usman ibn Hani ibn al-Khattab ibn Kuraib ibn Ma’dikarib ibn Harish ibn al-Wail ibn Hujr. lahir di Tunisia pada 27 mei 1332 M dan wafat pada 25 Ramadhan 808 H / 19 maret 1406 M di kairo.

Semasa kecil ia biasa di panggil dengan Abdurrahman dan biasa dipanggil dengan nama keluarga (kunyah) Abu Zaid, yang diambil dari nama putra sulungnya, Zaid. Beliau sering disebut dengan gelar yang di sandangnya yaitu Waliuddin, sebuah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu memangku jabatan Hakim Agung di Mesir, akan tetapi nama populernya adalah Ibnu khaldun yang disandarkan kepada kakeknya yang kesembilan yaitu Khalid.

Mengapa Ibnu Khaldun menyandarkan nama dirinya kepada Khalid? Sebagaimana ditulis oleh Ibnu Khaldun dalam buku biografinya, al- Taʻrīf bi-Ibn Khaldūn wa-riḥlatihi gharban wa-sharqan. Khalid bin Usman adalah nenek moyangnya yang pertama kali memasuki Andalusia bersama para penakluk dari bangsa Arab pada abad ke-8 M. Ia menetap di Carmona. Lalu mereka pindah dan menetap di Sevilla, memainkan peran penting dalam perang saudara abad ke-9, dan menjadi salah satu keluarga terkemuka di kota itu. Selanjutnya, keturunan Khalid dikenal dengan sebutan Banu Khaldun.

Keluarganya berasal dari Hadramaut dan silsilahnya sampai kepada seorang sahabat nabi yang bernama Wail bin Hujr. Beliau pernah meriwayatkan sejumlah hadis Nabi, serta pernah pula dikirim oleh Nabi untuk mendakwahkan Islam kepada penduduk daerah itu. Kemudian, Khalid ibn ‘Utsman, memasuki Andalusia bersama orang arab penakluk di abad 8 M karena tertarik dengan kemenangan-kemenangan umat Islam.

Anak cucu Khalid membentuk keluarga besar yang di berinama bani khaldun. Bani ini pertama kali berkembang di kota Qarmunah di Andalusia. namun, ketika dinasti al-Muwahhidun mengalami kemunduran di Andalusia dan kekuasaanya jatuh ke penguasa Kristen, Bani khaldun pindah ke Tunisia.

Ayah ibn khaldun Abu Abdillah Muhammad terkenal ahli dalam bidang al-Qur’an, ilmu hukum islam, dan sastra arab. Dari ayahnya ibn khaldun belajar membaca dan menghapalkan al-Qur’an dan fasih dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca al-Qur’an). Tahun 1349, ayah dan ibunya meninggal saat bencana Black Death menyerang Tunisia.

Ibnu Khaldun juga belajar berbagai disiplin ilmu yakni tafsir, hadist, fiqh, dan gramatika bahasa arab dari sejumlah guru yang terkenal di Tunisia. Ia adalah pemikir dan ilmuan muslim yang pemikirannya di anggap murni dan baru pada zamannya.

Ibn khaldun adalah seorang cendikiawan muslim yang hidup pada masa kegelapan islam. ia di pandang sebagai satu-satunya ilmuan muslim yang masih kreatif menghidupkan khazanah intelektualisme islam pada periode pertengahan.

Perjalanan Hidup Ibnu Khaldun

Untuk mempermudah deskripsi perjalanan hidup Ibnu Khaldun, penulis hendak memaparkan dua fase kehidupan Ibnu Khaldun yaitu fase masa pendidikan, fase politik praktis.

Masa Pendidikan

Ibn Khaldun tumbuh dan berkembang sebagai orang yang mencintai ilmu. Ia sejak kecil sudah menghapalkan al-Qur’an dan mempelajari tajwid secara baik. Masa pendidikan ibn khaldun berada di Tunis dalam jangka waktu 18 tahun antara 1332 sampai 1350 M. Gurunya yang pertama adalah ayahnya sendiri yang bernama Muhammad ibn Muhammad telah mendidik ibn khaldun secara tradisional mengajarkan dasar-dasar agama islam karena ibn khaldun adalah seorang yang berpengetahuan agama sangat luas.

Namun pendidikan ibn khaldun dari ayahnya tidak berlangsung lama karena ayahnya wafat pada tahun 1349 M akibat serangan penyakit The Black Death. Selain dari ayahnya ibn khaldun juga mempelajari berbagai disiplin ilmu di Tunis seperti ilmu fiqh, bahasa, sastra, sejarah, juga belajar ilmu mantiq dan filsafat. selain itu ibn khaldun juga mempelajari ilmu politik geografi, ekonomi dan lain-lain. ini menunjukkan bahwa ibn khaldun punya kecerdasan yang sangat luar biasa.

Aktifitas Politik Praktis

Karier politik Ibnu Khaldun dimulai dengan mengabdi kepada pemerintahAbu Muhammad ibn Tafrakin pada tahun 751 H/ 1349 M. Pada pemerintahan ini,Ibnu Khaldun menduduki jabatan sebagai penulis kata-kata al-hamdulillah dan al-shukrulillah dengan pena serta tulisan basmalah yang mengawali surat atauinstruksi. Jabatan ini membutuhkan suatu keahlian di bidang mengarang sehinggarangkaian kata-kata syukur dan isi surat dapat terpadu menjadi satu kesatuan tulisan yang serasi.

Setelah Tunis di serang oleh Amir Qusanthinah, Ibn khaldun pindah ke Baskarah, dan di angkat menjadi anggota majlis ilmu pengetahuan di Fez (maroko) dan menjadi pengawal sultan, saat itu umutnya 20 tahun. Kemudian oleh sultan Abu Inan di angkat menjadi sekretaris sultan. Setelah menikah dan dua tahun mengabdi, sultan imencurigainya bersekongkol dengan Amir Abdullah al-Hafsi yang akan memberontak pada tahun 758 H/ 1356 M.

Kemudian ia di masukkan kedalam penjara selama dua tahun lalu di bebaskan oleh wazir al-Hasan bin Umar dan mengabdikan diri pada penguasa barunya yakni Ibnu Salim. Ia di angkat menjadi sekertaris negara dan pegawai tinggi dalam soal hukum dan pelanggarannya.

Setelah terbunuhnya Ibn Salim dalam satu pemberontakan di istananya, tahun 764 H / 1361 M ibnu khaldun mengadakan perjalanan ke Andalusia, Gibraltar, dan Granada yang ternyata sultannya yakni Muhammad ibn Yusuf bin Ismail bin Ahmar adalah sahabat karibnya. Di Granada ibnu khaldun di percaya menduduki jabatan sekertaris dan penulis pidato-pidato sultan. Saat itu umurnya 30 tahun.

Tahun765 H / 1364 M, Ibnu Khaldun di utus oleh Bani Ahmar sebagai duta ke istana raja Pedro l (raja Kristen Castile dan Seville) untuk mengadakan berbagai perundingan. Di sana ia melihat monumen-monumen nenek moyangnya. Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Pedro memperlakukannya dengan sangat murah hati, menyatakan kepuasannya atas kehadirannya dan menunjukkan keunggulan nenek moyang mereka di Sevilla. Pedro bahkan menawarinya jabatan dan berjanji untuk memulihkan tanah leluhurnya, tetapi Ibnu Khaldūn dengan sopan menolak.

Namun, ia dengan senang hati menerima desa yang diberikan sultan Granada kepadanya. Tetapi, perdana menteri yang sangat berkuasa, Ibn al-Khaṭīb, menentangnya dan menimbulkan kecurigaan mengenai kesetiaannya.

Sekali lagi, Ibnu Khaldūn merasa perlu untuk pergi, dan ia kembali ke Afrika. Tak lama ibnu khaldun meninggalkan Andalusia pada pertengahan tahun 766 H / 1364 M menuju Bijayah. Di Bijayah Ibnu Khaldun disambut dan diberi kedudukan sebagai perdana menteri oleh Abdullah Muhammad al-Hafsi. Disini ia juga menjadi dosen ilmu hukum di Bijayah. Namun ada pergolakan politik di Bijayah, Ibnu Khaldun kemudian pergi ke Baskarah. Setelah itu, ia tinggal selama enam tahun di Baskarah. Setelah dari Baskarah ibnu khaldun menuju Tilmisan, di sana ia di tawari kedudukan sebagai perdana mentri Tilmisan tapi di tolaknya.

Setelah selesai mengarang kitabnya al-‘ibar, ia pulang ke Tunisia kemudian tinggal selama kurang lebih empat tahun 780-784 H / 1378- 1382 M. Kemudian pergi lagi ke Iskandaria, menuju ke Kairo di Kairo ia di beri kesempatan mengajar di Universitas al-Azhar.

Pada 786 H / 1384 M Ibnu Khaldun mendapatkan jabatan baru sebagai ketua pengadilan, untuk yang pertama kalinya 786-786 H / 1384-1385 M. Tahun 787 H / 1385 M ia turun dari jabatan itu setelah satu tahun. Tahun 801 H / 1399 M Ibnu Khaldun dipilih kembali menjadi ketua pengadilan Malikiah. Pada tahun itu pula sultan Zahir Burquq wafat dan digantikan oleh putranya sultan al- Nasir Faraj.

Setelah Ibnu Khaldun malang melintang di dunia politik ia merasa sudah lelah berada dalam urusan politik. Ibn khaldun memutuskan memasuki tahap kehidupan baru yang di sebut dengan ‘khalwat Ibnu Khaldun‘.

Masa khalwat ini di alami ibn khaldun dalam jangka empat tahun pada tahun 1374 sampai 1378 M. Beliau mengasingkan diri di tempat terpencil yaitu rumah bani ‘Arif di dekat benteng Qal’at ibn Salamah dan kemudian tinggal di sana dari 776-780 H/ 1374-1378 M, tempat ini sekarang terletak di kota Frenda, Aljazair.

Dalam masa ini Ibn khaldun mengumpulkan pemikirannya dan menyusunnya dalam serial tujuh buku besar yang berjudul “kitab al ‘ibar, wa diwan al mubtada’ wa al khabar fi ayyam al ‘arab wa al ‘ajam wa al barir wa aman ‘asarahum min dhawi al sultan al akbar“. Kitab ali’bar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun.

Kitab ini berisi kajian sejarah universal dari bangsa Arab dan non Arab, yang di dahului oleh pembahasan metode penulisan sejarah dan masalah masalah sosial manusia yang popular dengan sebutan Muqaddimah ibn Khaldun dan sekaligus merupakan jilid pertama dari kitab al-‘ibar. Buku selesai pada tahun 1381 M dan setelah menyelesaikan karyanya ini, Ibnu khaldun terus merevisi dan melengkapinya sepanjang hidupnya.

Tahun 1382 M, Ibnu Khaldun pergi haji ke Makkah, dan dia tidak pernah kembali lagi ke kampungnya di Afrika Selatan.

Tahun 1384 M, Ibnu Khaldun diangkat sebagai pegawai di kerajaan Mamluk, Mesir. Ibnu khaldun mengalami naik turun jabatan di Kairo sampai 6 kali selama hidupnya.

Saat itu, kerajaan Mamluk adalah satu-satunya kerajaan yang stabil di Timur Tengah. Setelah mendapat serangan dari Mongol dan bencana Black death.

Pada tahun yang sama, kapal yang membawa istri dan anak-anaknya tenggelam di lepas pantai Alexandra. Sejak itu Ibnu Khaldun mengambil waktu istirahat dari posisi politik dan mulai mengajar di beberapa sekolah dan universitas di kerajaan Mamluk.

Saat Timur Lenk hendak telah menyerang Damaskus dan mau menyerang Mesir, Sultan Mamluk mengajak Ibnu Khaldun menemuinya Timur Lenk untuk melakukan perundingan. Akhirnya, semua tentara Mamluk kembali ke Mesir namun Ibnu Khaldun tetap tinggal.

Dalam negosiosinya dengan Timur Lenk, Ibnu Khaldun banyak melakukan diskusi berbagai topik. dan terjadi diskusi antara keduanya, antara lain Timur Lenk bertanya ihwal pekerjaan Ibn Khaldun dan tentang sejarah Afrika Utara. Timur Lenk tentulah cukup terkesan dengan pengetahuan ensiklopedis Ibn Khaldun sehingga memerintahkannya menulis sejarah Afrika Utara. Ibnu Khaldun menyanggupinya karena memiliki banyak pengetahuan tentang itu.

Karena bantuan ini, Ibnu Khaldun meminta Timur Lenk untuk memperlakukan kota dengan baik dan membiarkannya kembali ke Mesir.

Timur mengizinkannya dan kemudian dia menjarah Damaskus dan membakar masjid besarnya karena bagaimana lagi akan memastikan bahwa dia dikenang sebagai Timur si Penghancur.

Sekembali ke Kairo, Ibn Khaldun ditunjuk lagi menjadi hakim pada akhir 803 H.

Pada 26 Ramadan 808 H/17 Maret 1406 M, beberapa pekan sebelum penunjukan terakhirnya, sejarawan yang cemerlang dan sang pelopor ilmu masyarakat ini wafat dalam usia 74 tahun, pasca menjalani keriuhan kehidupan politik dan kecemerlangan ilmu. Dia dikubur di pemakaman sufi di luar Bab al-Nasr, Kairo, Mesir.

Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below to subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *