Multipleks Ontologi Ibnu Khaldun

AHMADBINHANBAL.COMMultipleks Ontologi adalah cara memahami dunia yang memungkinkan masuknya berbagai perspektif tentang entitas atau konsep yang sama. Didasarkan pada gagasan bahwa dunia ini kompleks dan tidak ada cara tunggal yang benar untuk memahaminya. Konsep Multipleks Ontologi dari Ibnu Khaldun pertama kali dikenalkan oleh Prof. Recep Şentürk dari Ibn Khaldun University, Istanbul. Artikel ini berusaha mengupas beberapa konsep penting yang disampaikan Prof. Şentürk.


Apa yang dimaksud Ontologi?

Ontologi ini merupakan istilah dari bahasa Yunani yang berasal dari kata ‘ontos dan logos’. Ontos artinya segala sesuatu yang memiliki wujud atau berwujud, dan logis merupakan sebuah ilmu. Sehingga jika diartikan, ontologi merupakan ilmu atau teori yang mempelajari mengenai wujud yang ada.

Ontologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai hakikat sesuatu yang berwujud atau sesuatu yang ada, dengan berdasarkan dengan menggunakan logika. Secara keilmuan, pengertian ontologi merupakan ilmu atau kajian yang membahas tentang yang ada atau teori tentang hakikat sesuatu yang ada.

Dalam Ensiklopedia Britannica, pengertian ontologi berangkat dari Aristoteles yang menyatakan bahwa pengertian ontologi merupakan teori atau studi mengenai wujud, misalnya karakteristik terhadap suatu realitas. Ontologi merupakan persamaan dari metafisika yakni, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli atau real nature terhadap suatu benda dalam menentukan arti, struktur, dan juga prinsip dari benda.

Menurut Suriasumantri, ontologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai apa yang ingin kita ketahui dan seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian terhadap teori yang ada.

Menurut Bakhtiar, pengertian ontologi merupakan ilmu yang membahas mengenai hakikat yang ada dan sebagai suatu ultimate reality baik yang memiliki bentuk jasmani atau konkret maupun tentang rohani maupun abstrak.

Dan Soetriono, mengungkapkan definisi mengenai ontologi sebagai asas dalam menerapkan batas atau mengenai ruang lingkup suatu wujud yang menjadi objek dari penelaahan yang merupakan objek ontologi atau objek formal dari pengetahuan serta mengenai penafsiran mengenai hakikat realita (metafisika) dari objek ontologi atau objek formal tersebut dan menjadi landasan dari ilmu yang menanyakan terkait apa yang dikaji atau dibahas dalam suatu pengetahuan.

Apa yang dimaksud Multipleks Ontologi?

Multiplex Ontology adalah cara memahami dunia yang memungkinkan masuknya berbagai perspektif tentang entitas atau konsep yang sama. Ini berbeda dengan ontologi tradisional (traditional ontology), yang biasanya hanya memungkinkan satu perspektif. Multiplex Ontology didasarkan pada gagasan bahwa dunia ini kompleks dan tidak ada cara tunggal yang benar untuk memahaminya. Multiplex Ontology memungkinkan beberapa perspektif komplementer dibawa untuk menyelesaikan masalah yang sama. Ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan solusi yang lebih kreatif dan inovatif.

Multipleksitas biasa digunakan dalam kajian sosioliungistik dan hubungan sosial, tetapi menjadi konotasi yang berbeda dalam kajian peradaban, khususnya dalam kajian peradaban Islam. Prof. Recep Şentürk dari Ibn Khaldun University, Istanbul, Turki adalah orang yang kembali mengenalkan konsep ini dengan pondasi pemikiran Islam klasik.

Baca juga:   Bidah dan Khurafat di Indonesia

Biografi Ringkas Ibnu Khaldun

Ibn Khaldun lengkapnya Abdurrahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Abdurrahman ibn Khalid ibn Usman ibn Hani ibn al-Khattab ibn Kuraib ibn Ma’dikarib ibn Harish ibn al-Wail ibn Hujr. lahir di Tunisia pada 27 mei 1332 M dan wafat pada 25 Ramadhan 808 H / 19 maret 1406 M di kairo.

Semasa kecil ia biasa di panggil dengan Abdurrahman dan biasa dipanggil dengan nama keluarga (kunyah) Abu Zaid, yang diambil dari nama putra sulungnya, Zaid. Beliau sering disebut dengan gelar yang di sandangnya yaitu Waliuddin, sebuah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu memangku jabatan Hakim Agung di Mesir, akan tetapi nama populernya adalah Ibnu khaldun yang disandarkan kepada kakeknya yang kesembilan yaitu Khalid.

Mengapa Ibnu Khaldun menyandarkan nama dirinya kepada Khalid? Sebagaimana ditulis oleh Ibnu Khaldun dalam buku biografinya, al- Taʻrīf bi-Ibn Khaldūn wa-riḥlatihi gharban wa-sharqan. Khalid bin Usman adalah nenek moyangnya yang pertama kali memasuki Andalusia bersama para penakluk dari bangsa Arab pada abad ke-8 M. Ia menetap di Carmona. Lalu mereka pindah dan menetap di Sevilla, memainkan peran penting dalam perang saudara abad ke-9, dan menjadi salah satu keluarga terkemuka di kota itu. Selanjutnya, keturunan Khalid dikenal dengan sebutan Banu Khaldun.

Keluarganya berasal dari Hadramaut dan silsilahnya sampai kepada seorang sahabat nabi yang bernama Wail bin Hujr. Beliau pernah meriwayatkan sejumlah hadis Nabi, serta pernah pula dikirim oleh Nabi untuk mendakwahkan Islam kepada penduduk daerah itu. Kemudian, Khalid ibn ‘Utsman, memasuki Andalusia bersama orang arab penakluk di abad 8 M karena tertarik dengan kemenangan-kemenangan umat Islam.

Anak cucu Khalid membentuk keluarga besar yang di berinama bani khaldun. Bani ini pertama kali berkembang di kota Qarmunah di Andalusia. namun, ketika dinasti al-Muwahhidun mengalami kemunduran di Andalusia dan kekuasaanya jatuh ke penguasa Kristen, Bani khaldun pindah ke Tunisia.

Ayah ibn khaldun Abu Abdillah Muhammad terkenal ahli dalam bidang al-Qur’an, ilmu hukum islam, dan sastra arab. Dari ayahnya ibn khaldun belajar membaca dan menghapalkan al-Qur’an dan fasih dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca al-Qur’an). Tahun 1349, ayah dan ibunya meninggal saat bencana Black Death menyerang Tunisia.

Ibnu Khaldun juga belajar berbagai disiplin ilmu yakni tafsir, hadist, fiqh, dan gramatika bahasa arab dari sejumlah guru yang terkenal di Tunisia. Ia adalah pemikir dan ilmuan muslim yang pemikirannya di anggap murni dan baru pada zamannya.

Masa Pendidikan

Ibn Khaldun tumbuh dan berkembang sebagai orang yang mencintai ilmu. Ia sejak kecil sudah menghapalkan al-Qur’an dan mempelajari tajwid secara baik. Masa pendidikan ibn khaldun berada di Tunis dalam jangka waktu 18 tahun antara 1332 sampai 1350 M. Gurunya yang pertama adalah ayahnya sendiri yang bernama Muhammad ibn Muhammad telah mendidik ibn khaldun secara tradisional mengajarkan dasar-dasar agama islam karena ibn khaldun adalah seorang yang berpengetahuan agama sangat luas.

Baca juga:   Multipleks Ontologi Imam Al-Ghazali

Namun pendidikan ibn khaldun dari ayahnya tidak berlangsung lama karena ayahnya wafat pada tahun 1349 M akibat serangan penyakit The Black Death. Selain dari ayahnya ibn khaldun juga mempelajari berbagai disiplin ilmu di Tunis seperti ilmu fiqh, bahasa, sastra, sejarah, juga belajar ilmu mantiq dan filsafat. selain itu ibn khaldun juga mempelajari ilmu politik geografi, ekonomi dan lain-lain. ini menunjukkan bahwa ibn khaldun punya kecerdasan yang sangat luar biasa.

Aktifitas Politik Praktis

Karier politik Ibnu Khaldun dimulai dengan mengabdi kepada pemerintahAbu Muhammad ibn Tafrakin pada tahun 751 H/ 1349 M. Pada pemerintahan ini,Ibnu Khaldun menduduki jabatan sebagai penulis kata-kata al-hamdulillah dan al-shukrulillah dengan pena serta tulisan basmalah yang mengawali surat atauinstruksi. Jabatan ini membutuhkan suatu keahlian di bidang mengarang sehinggarangkaian kata-kata syukur dan isi surat dapat terpadu menjadi satu kesatuan tulisan yang serasi.

Setelah Tunis di serang oleh Amir Qusanthinah, Ibn khaldun pindah ke Baskarah, dan di angkat menjadi anggota majlis ilmu pengetahuan di Fez (maroko) dan menjadi pengawal sultan, saat itu umutnya 20 tahun. Kemudian oleh sultan Abu Inan di angkat menjadi sekretaris sultan. Setelah menikah dan dua tahun mengabdi, sultan imencurigainya bersekongkol dengan Amir Abdullah al-Hafsi yang akan memberontak pada tahun 758 H/ 1356 M.

Kemudian ia di masukkan kedalam penjara selama dua tahun lalu di bebaskan oleh wazir al-Hasan bin Umar dan mengabdikan diri pada penguasa barunya yakni Ibnu Salim. Ia di angkat menjadi sekertaris negara dan pegawai tinggi dalam soal hukum dan pelanggarannya.

Setelah terbunuhnya Ibn Salim dalam satu pemberontakan di istananya, tahun 764 H / 1361 M ibnu khaldun mengadakan perjalanan ke Andalusia, Gibraltar, dan Granada yang ternyata sultannya yakni Muhammad ibn Yusuf bin Ismail bin Ahmar adalah sahabat karibnya. Di Granada ibnu khaldun di percaya menduduki jabatan sekertaris dan penulis pidato-pidato sultan. Saat itu umurnya 30 tahun.

Tahun765 H / 1364 M, Ibnu Khaldun di utus oleh Bani Ahmar sebagai duta ke istana raja Pedro l (raja Kristen Castile dan Seville) untuk mengadakan berbagai perundingan. Di sana ia melihat monumen-monumen nenek moyangnya. Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Pedro memperlakukannya dengan sangat murah hati, menyatakan kepuasannya atas kehadirannya dan menunjukkan keunggulan nenek moyang mereka di Sevilla. Pedro bahkan menawarinya jabatan dan berjanji untuk memulihkan tanah leluhurnya, tetapi Ibnu Khaldūn dengan sopan menolak.

Namun, ia dengan senang hati menerima desa yang diberikan sultan Granada kepadanya. Tetapi, perdana menteri yang sangat berkuasa, Ibn al-Khaṭīb, menentangnya dan menimbulkan kecurigaan mengenai kesetiaannya.

Sekali lagi, Ibnu Khaldūn merasa perlu untuk pergi, dan ia kembali ke Afrika. Tak lama ibnu khaldun meninggalkan Andalusia pada pertengahan tahun 766 H / 1364 M menuju Bijayah. Di Bijayah Ibnu Khaldun disambut dan diberi kedudukan sebagai perdana menteri oleh Abdullah Muhammad al-Hafsi. Disini ia juga menjadi dosen ilmu hukum di Bijayah. Namun ada pergolakan politik di Bijayah, Ibnu Khaldun kemudian pergi ke Baskarah. Setelah itu, ia tinggal selama enam tahun di Baskarah. Setelah dari Baskarah ibnu khaldun menuju Tilmisan, di sana ia di tawari kedudukan sebagai perdana mentri Tilmisan tapi di tolaknya.

Baca juga:   Urgensi Kajian Historiografi Periode Sahabat

Setelah selesai mengarang kitabnya al-‘ibar, ia pulang ke Tunisia kemudian tinggal selama kurang lebih empat tahun 780-784 H / 1378- 1382 M. Kemudian pergi lagi ke Iskandaria, menuju ke Kairo di Kairo ia di beri kesempatan mengajar di Universitas al-Azhar.

Pada 786 H / 1384 M Ibnu Khaldun mendapatkan jabatan baru sebagai ketua pengadilan, untuk yang pertama kalinya 786-786 H / 1384-1385 M. Tahun 787 H / 1385 M ia turun dari jabatan itu setelah satu tahun. Tahun 801 H / 1399 M Ibnu Khaldun dipilih kembali menjadi ketua pengadilan Malikiah. Pada tahun itu pula sultan Zahir Burquq wafat dan digantikan oleh putranya sultan al- Nasir Faraj.

Terakhir ibnu khaldun mengalami naik turun jabatan di Kairo hingga menjelang wafatnya tahun 808 H.

Setelah ibn khaldun malang melintang di dunia politik ia merasa sudah lelah berada dalam urusan politik. Ibn khaldun memutuskanmemasuki tahap kehidupan baru yang di sebut dengan khalwat ibn khaldun.

Masa khalwat ini di alami ibn khaldun dalam jangka empat tahun pada tahun 1374 sampai 1378 M. Beliau mengasingkan diri di tempat terpencil yaitu rumah bani ‘Arif di dekat benteng Qal’at ibn salamah dan kemudian tinggal di sana dari 776-780 H/ 1374-1378 M.

Dalam masa ini Ibn khaldun dapat menyelesaikan karyanya yang sangat terkenal yaitu al- ‘ibar, kitab ini berisi kajian sejarah yang di dahului oleh pembahasan tentang masalah masalah sosial manusia yang popular dengan sebutan Muqaddimah ibn khaldun dan sekaligus merupakan jilid pertama dari kitab al-‘ibar. Setelah menyelesaikan karyanya ibnu khaldun merevisi dan melengkapinya.

Untuk mengetahui biografi lengkap dan metode penulisan sejarah Ibnu Khaldun, sila kunjungi artikel kami di https://ahmadbinhanbal.com/metodologi-penulisan-sejarah-islam-ibnu-khaldun/.

Multipleks Ontologi Ibnu Khaldun tentang Eksistensi

Multipleks Ontologi Ibnu Khaldun dalam Kajian Peradaban

Sumber:

Jumal Ahmad “Multipleks Ontologi Imam Al-Ghazali”, ahmadbinhanbal.com (blog), September 19, 2023 (+ URL dan tanggal akses)

Jumal Ahmad “Metodologi Penulisan Sejarah Islam: Telaah Terhadap Metode Ibnu Khaldun”, ahmadbinhanbal.com (blog), September 05, 2023 (https://ahmadbinhanbal.com/metodologi-penulisan-sejarah-islam-ibnu-khaldun/, diakses September 19, 2023)

Mukerrem Miftah, Multiplexity in Civilization Studies: Insights from Ibn Khaldun and Said Halim Pash. Journal of Ibn Haldun Studies Ibn Haldun University 3(2):203-224. DOI: 10.36657/ihcd.2018.45 (Tautan Researchgate)

Centre for Asian and Middle Eastern Studies, “Islam As An Open Civilization: Multiplexity | Lecture 03 | Prof. Dr. Recep Senturk” YouTube video, 1:27:33. 26 September 2021 https://youtu.be/a9-UJp1NAi0

Centre for Asian and Middle Eastern Studies, “Ibn Khaldun On Existence: Multiplex Ontology | Prof. Dr. Recep Şentürk” YouTube video, 1:15:56. 24 Februari 2023 https://youtu.be/FjKOmthr3T8

How to cite this Article:

Jumal Ahmad “Multipleks Ontologi Ibnu Khaldun”, ahmadbinhanbal.com (blog), September 19, 2023 (+ URL dan tanggal akses)

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *