Pemahaman tentang Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau perguruan tinggi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktivitas dan PAI sebagai fenomena.
PAI sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sikap sosial yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran serta nilai-nilai Islam.
Sedangkan PAI sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau penciptaan suasana yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.
Implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) antara di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dan di Perguruan Tinggi Umum (PTU) sangatlah berbeda. Hal ini dapat dilihat dari tujuan penyelenggaraan pendidikan agama Islam yang berbeda dari dua kelompok perguruan tinggi tersebut, dimana tujuan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yaitu mencetak para ahli agama (ulama) dalam semua tingkat, kurikulumnya juga lebih dominan menekankan aspek keagamaan Islam serta nuansa dan lingkungan yang religius juga lebih kentara (tampak) di kampus atau universitas yang berciri khas agama Islam.
Berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU), dimana bertujuan untuk memenuhi kewajiban setiap orang mengetahui dasar-dasar ajaran agamanya sebagai seorang pemeluk agama, kurikulum pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) hanya merupakan mata kuliah pengembangan kepribadian, bukan merupakan mata kuliah dasar keahlian dan mata kuliah keahlian, dan kondisi perbedaan latar belakang keagamaan mahasiswanya juga bermacam-macam, dalam arti mahasiswa di PTU lebih bersifat heterogen, jadi dengan keadaan yang seperti itu, sangat sulit untuk menciptakan lingkungan yang religius bernuansa Islam.
Buku “Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah” layak dibaca dan bermanfaat untuk memberikan kepahaman kepada dosen dan mahasiswa pendidikan yang sedang mempelajari subjek Kebijakan Pengembangan Pendidikan Agama Islam, Problematika Pendidikan Islam dan Perencanaan Pengajaran atau Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, semoga resume ini bisa memberikan gambaran singkat isi buku yang berjumlah 320 halaman ini.
File saya upload di akun ResearchGate dan bisa di unduh di link ini: