‘REFLECTIVE PRACTICE’ menjadi tema yang menarik untuk diangkat di perguruan tinggi dan universitas Islam untuk menggali lebih mendalam konsep Islam tentang pendidikan dan sejauhmana pemahaman dan aplikasi mahasiswa calon guru dalam teori dan praktiknya.
Belum banyak yang mengetahui apakah reflective practice, terbukti ketika penulis mengajukan rencana penelitian tentang tema ini banyak dari teman dan dosen yang menanyakan apakah ini, apakah ada hubungannya dengan pijat refleksi?
Di beberapa fakultas Tarbiyah, refleksi dalam kelas belum menjadi perhatian para dosen. Refleksi masih diserahkan kepada dosen masing-masing di dalam kelas.
Ada yang hilang dalam pembelajaran agama Islam selama ini. Selama ini pendidikan secara umum dan termasuk dalam PAI lebih menekankan pada aspek kognitif dengan porsi yang sangat besar, padahal dalam Pendidikan ada aspek lain yang juga besar pengaruhnya yaitu Afektif dan Konatif dan dilaksanakan dalam pembelajaran yang reflektif.
Reflective Practice bagi seorang guru, dia akan akan berpikir bagaimana memberikan yang terbaik bagi murid, kata John Dewey, ‘It’s not the doing that matters, it’s the thinking about doing’. (1933).
Dengan self reflection yang ditumbuhkan dalam diri anak, lebih mudah melihat kekurangan diri dan punya pola pikir berkembang (growth mindset) dan sikap ini semakin dirasa penting untuk dimiliki setiap orang. Sementara yang lemah self reflection cenderung merasa benar dan menganggap orang lain salah.
Orang yang punya self reflection tinggi akan mampu belajar dari dirinya, dari orang lain bahkan dari lingkungan tempat dia tinggal, karena terus belajar, maka selau merasa diri berkekurangan dan tidak mudah merendahkan orang lain.
Maka diri, guru, murid dan lembaga Alan terus berkembang ke arah yang lebih baik dengan menciptakan culture of reflective practice.
Reflective Practice menurut Donald Schon; “Reflective practice is the ability to reflect on one’s actions so as to engage in a process of continuous learning” yaitu kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan sehingga terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan. Makna lain dari Reflective Practice adalah kegiatan memikirkan ulang sebuah pengalaman dan berusaha untuk mempelajari dan meningkatkannya.
Bagi seorang calon guru, kemampuan RP penting dimiliki, dengannya guru mampu mengontrol tindakannya, melihat apa yang masih bisa diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan.
Pendidikan agama pada tingkat awal dan dasar perlu menekankan pada aspek karakter, nilai dan akhlak. Dilakukan bukan dalam bentuk ‘factual knowledge’ yang dihafal.
*Tulisan akan terus disempurnakan
Referensi
How important is the reflective practice in teaching Islamic Religious Education? Link
Reflective Practice Toolkit; https://libguides.cam.ac.uk/reflectivepracticetoolkit
Sebagaimana ditulis di atas ada yang hilang dalam pembelajaran agama Islam selama ini. Selama ini pendidikan secara umum dan termasuk dalam PAI lebih menekankan pada aspek kognitif dengan porsi yang sangat besar, padahal dalam Pendidikan ada aspek lain yang juga besar pengaruhnya yaitu Afektif dan Konatif dan dilaksanakan dalam pembelajaran yang reflektif.
Mas Jumal, tanggapan seklaigus pertanyaan ya…..
Apakah ada sesuatu yg hilang dalam Pendidikan Islam (yg dijadikan obyek penelitian Mas Jumal) ?
Sehingga membutuhkan pendekatan Reflective Practice…..